Tanggal 8 Agustus menjadi hari yang tak terlupakan bagiku. Saat teman-temanku sibuk mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia, aku justru hanya bisa terbaring lemah di rumah. Demam berdarah dan flu tulang membuat tubuhku panas, pegal, dan sulit bergerak.

Aku merasa sedih karena tidak bisa hadir di kelas. Aku tahu hari itu ada presentasi dari kelompok 3 dan 4, yang pasti membahas materi penting. Namun, apa boleh buat, aku harus istirahat.

Meski tubuhku lemah, aku tidak ingin sepenuhnya tertinggal. Dengan perlahan, aku membuka buku catatan dan mencari materi yang sesuai. Kadang aku berhenti karena pusing, lalu melanjutkan kembali ketika rasa sakit sedikit mereda. Aku berusaha membaca, mencatat, dan memahami isi pelajaran dengan caraku sendiri, meski tidak ada yang membimbing atau menjelaskan.

Belajar sedikit demi sedikit memang terasa berat, tetapi justru di situlah aku belajar arti kesabaran. Walau sakit menghambat, aku tetap bisa menyalakan semangat. Aku percaya, kemandirianku mencari materi sendiri akan membantuku mengejar ketertinggalan.

Hari itu aku menyadari satu hal: sakit bisa membuat tubuh lemah, tapi semangat belajar harus tetap kuat.