Siti Fatimatu Azzahrok

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Malin Kundang
https://pin.it/54xqxCs2G

Malin Kundang

Dahulu kala, di sebuah desa nelayan di pesisir Sumatra Barat, hiduplah seorang anak bernama Malin Kundang bersama ibunya, Mande Rubayah. Ayahnya telah lama pergi merantau dan tak pernah kembali, sehingga mereka harus berjuang hidup dalam kesederhanaan.

Malin tumbuh menjadi anak yang cerdas dan penuh semangat, meskipun kadang agak nakal. Ketika beranjak dewasa, ia merasa harus merantau untuk mencari peruntungan di negeri orang. Malin berharap kelak bisa pulang dengan membawa kekayaan dan membahagiakan ibunya.

Suatu hari, seorang nahkoda kapal dagang yang dulunya miskin namun kini sukses dan kaya raya datang ke desa mereka. Malin yang terinspirasi pun meminta izin kepada ibunya untuk ikut berlayar dan mencari kehidupan yang lebih baik. Awalnya, Mande Rubayah ragu dan berat hati, namun akhirnya mengizinkan Malin pergi dengan satu pesan, "Ingatlah, Nak, jika engkau berhasil, jangan pernah lupakan ibumu dan kampung halamanmu."

Di kapal, Malin dikenal sebagai pekerja keras dan bertanggung jawab. Tahun demi tahun berlalu, ia pun berhasil menjadi seorang saudagar yang kaya dan bahkan menikahi seorang putri bangsawan yang jelita. Kabar kesuksesan Malin sampai ke telinga ibunya, yang setiap hari dengan penuh harapan menanti kepulangannya di tepi pantai.

Akhirnya, suatu hari kapal megah milik Malin Kundang berlabuh di kampung halamannya. Mande Rubayah yang melihatnya segera berlari dan memeluk Malin dengan haru. Namun, Malin yang kini sudah berubah justru menepis pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh.

"Siapa wanita tua ini? Aku tidak mengenalnya!" kata Malin dengan angkuh di hadapan istrinya.

"Ia ibumu?" tanya sang istri.

"Tidak, dia hanya seorang pengemis yang ingin mengaku sebagai ibuku agar bisa mendapat hartaku!" jawab Malin dengan dingin.

Mande Rubayah yang mendengar jawaban itu merasa hatinya hancur. Dengan penuh kesedihan, ia menatap kapal anaknya yang berlayar meninggalkan pantai dan berdoa agar Tuhan memberikan keadilan.

Tak lama kemudian, badai dahsyat datang menerjang kapal Malin Kundang. Ombak besar menghancurkan kapal dan seisinya. Malin yang ketakutan bersimpuh memohon ampun, namun segalanya sudah terlambat. Tubuhnya perlahan berubah menjadi batu karang yang hingga kini masih dapat dilihat di pesisir pantai.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post