Not all the home is home sweet home
Not all the home is home sweet home
Judul : not all the home is home sweet home
Nama penulis : Satrio hadi utomo
Sekolah : SMA Al-muslim Tambun selatan
Kelas : X-IPS
Di suatu pagi yang indah seperti biasanya, ada seorang anak bernama Gwen dia hidup dengan bahagia bersama kedua kakak kakaknya dan kedua orangtua nya, walaupun dia hidup kurang berkecukupan di bidang ekonomi, tapi dia hidup dengan sangat bahagia, dia tinggal di daerah Jakarta barat, di rumah ukuran 6x3.5m2. walaupun dia hidup dengan kondisi ekonomi secukupnya, dia tetap di sekolahkan di salah satu sekolah swasta terbaik di daerah rumahnya, karena bapaknya selalu ingin memperbaiki kehidupan anak anak nya.
Kehidupan dia di sekolah swasta pun tidak se bahagia anak anak lain, dia selalu terbully oleh teman teman nya terutama anak bernama Roy. karena ia selalu menggunakan sepatu yang sudah bolong, ia sudah meminta kepada bapaknya untuk membelikn sepatu baru, namun bapaknya selalu berkata “iya nak nanti ya saat bapak ada rejeki lebih”. suatu saat teman yang biasa membully nya meminta maaf padanya
“gwen, aku minta maaf ya kalau sering bully kamu” ucap Roy
“iya gapapa kok santai aja” saut Gwen
“ ini aku ada sepatu yang dulu aku pakai tapi sekarang sudah ga aku pakai, (sambil memberikan sepasang sepatu sekolah berwarna hitam” ucap Roy
(Gwen menerima sepasang sepatu tersebut dengan sangat berbahagia dan langsung memakainya dan membuang sepatu lama nya ke dalam tong sampah yang ada di dekatnya)
Dengan perasaan bahagia Gwen kembali menuju kelas nya. Namun ternyata Roy tidak memberi sepatu miliknya kepada Gwen melainkan sepatu milik Putra yang ada di masjid saat dia sedang solat, dan dengan sengaja Roy memberitahu guru piket bahwa sepatunya ada pada Gwen.
Lalu pada saat jam terakhir guru piket bersama dengan Roy dan Putra mendatangi kelas nya Gwen, dan meminta izin kepada guru yang sedang mengajar untuk mencari sepatu Putra.
Dan ditemukan lah sepatu Putra sudah dipakai oleh Gwen dan Gwen pun langsung mengembalikan sepatu tersebut dengan rasa malu karena dilihat oleh teman sekelas nya lalu dia melihat Roy sedang senyum tengil menghadap kearah Gwen dibelakang guru piket.
Gwen pun langsung berlari dan membuka tempat sampah dimana dia sudah membuang sepatu lama nya,
Kesedihan gwen tidak berhenti disitu, saat dia pulang sekolah dia mendapati rumah nya sudah penuh oleh kerumunan orang sedang sedih dan terlihat ada beberapa bendera kuning menempel di pagar rumah Gwen, ternyata ayah Gwen yang selama ini mencari uang untuk dirinya dan keluarganya meninggal dunia, karena menjadi korban peluru salah sasaran saat itu sedang mengamankan demo yang saat itu sedang terjadi di daerah kantor beliau.
Beberapa hari kemudian, datanglah seorang laki laki dan perempuan menggunakan pakaian rapih mengetuk rumah Gwen di sore hari, ternyata itu adalah orang kepercayaan bapak nya Gwen, dan ternyata bapaknya Gwen adalah pemilik salah satu perusahaan yang memiliki profit sangat besar di Jakarta, dan ternyata bapak Gwen meninggalkan uang sekitar 2triliun rupiah untuk keluarga nya.
sejak saat itu keluarganya bisa membeli apapun yang mereka mau, merea langsung membeli rumah seluas 3hektar, membeli beberapa mobil mewah, membeli apapun yang mereka mau, mereka foya foya melupakan satu sama lain, hingga suatu saat Gwen sadar dan membicarakan hal itu di meja makan sembari makan malam bersama ibu dan kakak kakak nya,
“kita terlalu foya foya saat dapat uang itu, kita sudah sangat jarang makan bersama di meja makan, seperti dulu saat kita tidak punya uang, uang sudah merusak jiwa kekeluargaan kita, kita tidak lagi saling tolong menolong, tidak lagi saling menyapa di dalam rumah.” Ucap Gwen
Ibu dan kakak kaka nya pun merenung dan memikirkan perkataan Gwen dan meminta maaf kepada Gwen
Sejak saat itu mereka hidup dengan bahagia dan tidak lagi foya foya, mereka saling peduli kepada sesama
Kesimpulan dari cerpen ini adalah :
Uang bisa menyatukan kita tapi uang juga bisa mempecah belahkan kita
Dan kekeluargaan itu lebih penting daripada uang, sebanyak apapun uang yang kita punya akan terasa kosong dan tidak ada artinya apabila tidak ada keluarga
Lebih baik hidup serba pas pas an dan saling peduli antar sesame anggota keluarga daripada hidup serba berkecukupan tapi tidak di perhatikan oleh sesame anggota keluarga
Profil penulis :
Hai, Nama saya Satrio Hadi Utomo, saya lahir di Bekasi, 27 Agustus 2005, Hobi saya adalah membaca dan mempelajari tentang otomotif dan permesinan kendaraan roda 2 dan 4
Saya adalah penulis baru jadi saya mohon bantuan nya apabila ada kritik dan saran bisa langsung Dm saya di instagram di @satsatriooo
-TERIMAKASIH-
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar