Rilla Anggraini

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Bertahan Untuk Ibu

Bertahan Untuk Ibu

Tentang seseorang yang menjadi alasan saya masih bisa berdiri, melangkah, dan maju melawan sesuatu yang menerjang begitu kuat, yang hanya dengan senyumannya bisa membuat saya berdiri sekokoh-kokohnya, dia adalah ibu, disini saya akan menceritakan tentang hebatnya seorang ibu, yang bisa membuat saya tetap bertahan di setiap saat.

Salah satu hal yang membuat ibu senang adalah dengan melihat anaknya berhasil. Dan itulah yang membuat saya begitu keras ingin berusaha agar bisa mendapatkan keberhasilan itu, setidaknya dengan sebuah prestasi.

Tetapi itu sangat tidak mudah, tidak semulus yang saya bayangkan.

Di jenjang sekolah tingkat SLTA ini, persaingan memang begitu ketat, saya melihat teman-teman saya datang dari berbagai sekolah yang terfavorit, dan itu membuat saya sangat tidak yakin untuk mendapat prestasi, ditambah lagi saya mengambil jurusan IPA, mata pelajaran yang dari dulu tidak saya sukai, tetapi karena ibu saya yang menyarankan masuk ke jurusan ini, saya memilih ini, saya yakin ibu selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya, dan untuk ibu saya akan bertahan di jurusan ini.

Di sekolah, tepatnya di kelas, ada seorang teman yang tergolong paling pintar, karena saat Masa perkenalan lingkungan sekolah, dia memenang kan lomba ranking satu di angkatan kami, dan itu hal paling kuat yang membuat saya minder, bagaimana mungkin saya mendapat juara satu disini. Saya bertekad mendapatkan prestasi itu disini, karena itu adalah hal yang paling membuat ibu senang.

Hingga karena itulah saya pernah mengatakan pada ibu saya…

" Ibu kalau aku tidak bisa mendapat juara satu bertahan seperti dulu di madrasah ini bu, ranking tiga besar saja tidak apa-apa ya ibu."

Dan ditengah harapan ibu saya terhadap saya yang begitu besar, beraninya saya mengatakan itu, bahkan ibu saya memperbolehkannya.

Saat saya sedang belajar di kelas, melihat teman saya yang begitu pintar, dan saya hanya diam saja disini, tiba-tiba, entah karena apa, di papan tulis itu terbayang oleh saya seperti apa ibu pagi-pagi menyapu, mempersiapkan keperluan saya untuk pergi sekolah, saya berpikir apakah saya mampu, membalas lelah itu dengan keberhasilan. Saya merasa kurang yakin.

Sampai dirumah ibu saya menatap dengan tatapan teduhnya, saya benar-benar tidak tahan dengan bodohnya diri saya, saya merasa tidak berguna, berani-beraninya merasa tidak percaya diri, hanya karena orang lain, saya berpikir ' Kenapa saya berani menyerah dan pasrah untuk mendapatkan prestasi hanya karena orang lain, sementara ada ibu disini yang harus saya banggakan'. Semenjak itu saya mulai maju dan bersuara, saya mulai berusaha untuk lebih terbuka, lebih aktif dalam belajar, dan prinsip saya ' Seseorang itu berhasil bukan karena kepintarannya, tetapi karena usaha nya yang begitu keras', ok, untuk ibu, saya akan berusaha keras.

Dan usaha itu adalah hal yang tidak mudah, waktu tidur yang harus dikorbankan, ditengah orang enak tidur, sedangkan kita harus bergadang, karena belajar. Setiap hari, sangat melelahkan memang, tetapi dibandingkan dengan perjuangan ibu, ini bukanlah apa-apa, untuk belajar begitu keras, ditambah saat-saat ujian, dan ulangan, saya harus tetap bertahan dengan saat-saat seperti ini demi senyum ibu.

Dan…, ada hal yang membuat saya sangat kecewa, disaat kita sudah lelah untuk belajar, sedangkan teman-teman mendapat nilai yang tinggi dari pada kita, hanya karena mencontek, itu membuat saya sangat kecewa, dan itu sering terjadi, 'jika begini, bagaimana mungkin saya bisa mendapat ranking pertama, untuk ibu'. Dan hal itu mendorong saya untuk mengadukannya kepada guru yang bersangkutan.

Semanjak peristiwa itu, teman-teman saya hampir sekelas mulai melontarkan kata-kata kasar kepada saya, Saya hanya diam, saya takut, jika melawan, nanti dampaknya akan lebih parah, mereka melontarkan itu bukan beberapa hari saja, bahkan hampir satu Minggu. Untuk ibu, saya akan bertahan, ditengah lontaran kata-kata yang begitu menyakitkan. Entah apa yang membuat saya, kenapa saat itu saya begitu penakut, mungkin karena hanya saya saja yang berasal dari sekolah yang berbeda disini.

Saya tetap berusaha terlihat biasa-biasa saja, agar ibu saya mengetahui bahwa hari-hari sekolah saya adakah hari-hari yang menyenangkan, tetapi saya benar-benar tidak tahan, hingga saya bersuara, membungkam mulut mereka. Disaat itu mereka benar-benar diam, dan tidak berani melawan, disaat saya bersuara disertai dengan tangisan. Saya berpikir ' Saya punya ibu yang harus dibanggakan, dan ingin membuatnya bahagia, dengan prestasi,tetapi seenaknya mereka mengambil itu dengan contekan.'

Saya pikir dengan diam akan menyelesaikan masalah, tetapi ternyata harus bersuara. Dan hal itu mengajarkan saya untuk menjadi orang yang berani.

Dan singkat cerita, karena kegigihan, dan Do'a ibu, karena senyuman ibu yang membuat saya tetap bertahan disetiap waktu, saya sangat bersyukur bisa mendapatkan apa yang selama ini saya perjuangkan, yaitu prestasi dan bahagianya ibu, Saya berharap bisa mempertahankan ini, untuk keberhasilan selanjutnya,....

Untuk Ibu…

BIODATA PENULIS

Perkenalkan, Nama saya Rilla Anggraini, biasa dipanggil Rilla, lahir di kabupaten Pesisir Selatan pada tanggal 30 Maret 2007 Saya bersekolah di MAN 3 Pesisir Selatan, Saya sekarang kelas 10, Hobi saya menulis Diary, kata-kata mutiara, dan apapun tentang menulis.

Instagram: Rilla Anggraini

Email: **(censored)**

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post