Zahra Rindani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
KAUM REBAHAN

KAUM REBAHAN

KAUM REBAHAN

(Oleh: Zahra Rindani)

SMA Negeri 2 Tanjungpandan

Selama kurang lebih satu tahun belakangan ini, wabah virus corona tak kunjung hilang dari tanah air. Selama itu juga, pembelajaran daring atau pembelajaran yang sering disebut pembelajaran secara online ini telah menjadi sebuah alternatif utama pengganti pembelajaran tatap muka atau pembelajaran offline. Belajar daring ini jelas bukan lagi hal yang asing di kalangan masyarakat, terutama di kalangan pelajar.

Teknologi semakin canggih. Pelajar dituntut untuk melaksanakan berbagai macam kegiatan pembelajaran semaksimal mungkin. Untuk mendukung hal tersebut, pemerintah memberikan bantuan subsidi kuota. Untuk para pelajar dan para guru.

Sebagian besar orang mungkin menganggap hal ini adalah hal yang mudah. Nyaman untuk di lalui di bandingkan dengan pembelajaran tatap muka. Padahal kenyataan dilapangan faktanya tidak begitu. Belajar daring ini justru lebih mempersulit seorang pelajar untuk menerima materi dengan baik. Tidak semua tipe pelajar, bisa menerima materi hanya melalui via online saja. Apalagi hanya berbentuk tugas. Tanpa melalui penjelasan terlebih dahulu. Seperti menggunakan zoomeeting. Apalagi dengan deadline waktu yang sebentar. Hal itu sangat “meresahkan” bagi sebagian pelajar.

Lantas apakah pembelajaran secara daring ini berjalan produktif dan efektif? Tentu saja tidak. Bahkan bisa memicu pelajar menjadi malas belajar. Tidak ingin membuka buku pelajaran. Banyak pelajar belajarnya santai selama masa darurat pandemik seperti ini. Buruknya lagi menganggap remeh pendidikan. Sehingga tanpa di sadari sikap mereka sudah memicu faktor semakin rendahnya tingkat kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Ini menunjukan krisis, telah terjadi di dunia pendidikan Indonesia.

Walaupun begitu masih ada sebagian orang tua pelajar mengambil sisi positif dari pembelajaran daring ini. Mereka yang selalu sibuk, dalam kondisi ini bisa lebih dekat dengan anak-anak mereka. Disamping itu, selama pembelajaran daring mereka dapat menghemat pengeluaran biaya rumah tangga. Tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi dan uang jajan. Namun, sebenarnya anggapan itu tidak sebanding dengan tingkat kualitas pendidikan anaknya yang menurun. Itu semua tidak dapat digantikan dengan uang.

Selain kualitas SDM yang menurun. Lebih fatal lagi terjadi perubahan karakter pada diri pelajar. Lebih bersikap acuh kepada orang yang ada disekelilingnya. Serta mulai menurunnya sikap hormat kepada orang yang lebih tua. Hidupnya lebih individualis. Akibat kurangnya bersosialisasi, membuat pelajar cenderung menjadi anti sosial dan sering bersikap masa bodoh. Hal itu tentu saja bukanlah hal yang baik. Akan tetapi, itu lah faktanya.

Hari-hari yang di lalui serba online, membuat para pelajar cenderung bosan dan tidak bergairah dalam beraktivitas. Apalagi yang berbau tentang pelajaran. Hal ini telah menciptakan sebuah kaum yang di kenal anak milenial sebagai kaum rebahan. “Kapan ya kita masuk sekolah?”, “kapan sih mulai offline lagi?”, “kapan sih masa pandemi ini berakhir?” itulah pertanyaan yang sering di pertanyakan oleh ‘kaum rebahan’. Banyak di antara mereka yang sudah rindu akan bersekolah normal seperti dulu lagi. Bertemu dengan guru-guru hebat, teman-teman, yang bisa mengembalikan semangat dan gairah belajar mereka lagi. Lantas adakah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tadi? Tentu saja masih dalam tanda tanya. Paling dinanti “Kaum Rebahan”.

Namun, dibalik itu semua kegiatan pembelajaran daring ini bukanlah sebuah pilihan semata. Akan tetapi sebuah keharusan yang bagi seluruh warga Indonesia. Bukan hanya pelajar saja. Bila ingin Indonesia bebas dari wabah. Agar kita bisa kembali seperti sedia kala. Dari sini kita bisa mendapatkan pengalaman hidup yang berharga. Semua yang kita anggap buruk belum tentu buruk, begitu juga sebaliknya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post