Ada yang bilang, setiap orang pastinya memiliki cinta dan perasaan kasih, namun benarkah semua orang memilikinya? benarkah cinta akan di bagi sama rata atas seluruh kehidupan manusia? Bagaimana dengan manusia tanpa cinta? apakah mereka mati?.

Tidak, kehidupan itu bukan hanya tentang cinta. "Katanya cinta sedalam samudra" Musik itu mengingatkanku pada kenyataan dimana bukan kita yang harus datang pada cinta, melainkan hanya yang tulus saja yang mampu bertahan dengan kita.

Shella, adalah gadis berusia 17 tahun yang cantik. Kegemarannya pada hobinya, membuatnya lupa akan dunia cinta. Tidak ingin berurusan dengan sebuah perkara yang pada akhirnya akan melukai dirinya sendiri.

Baginya cinta adalah bumerang, dimana disaat kau ingin melemparkannya pada musuhmu namun dia akan kembali menyerangmu. Menurut Shella, cinta hanya akan buang-buang waktu dan tenaga.

"Shell ayolah, kau bisa dilindungi kalau punya pacar"

"Aku tidak butuh perlindungan Sif, aku bisa melindungi diriku sendiri tanpa melibatkan laki-laki"

Sifa, adalah teman Shella yang paling dekat di antara teman yang lain. Namun begitu berbalik dengan Shella, Sifa malah lebih dekat dengan anak laki-laki dan memiliki seorang pacar.

"Shell, apa susahnya coba punya pacar? kamu bisa minta apapun ke dia" Ujarnya kembali mencoba tetap menyakinkan.

"Ibuku sendiri menuruti semua permintaanku, dan lagi nantinya seorang lelaki yang harus datang bukan kita yang mendatangi lelaki" Jemarinya masih setia di antara lembaran kertas-kertas tipis yang di penuhi tulisan itu. Shella sangat menyukai cerita, entah itu fiksi maupun nonfiksi.

"Shell...gimana ceritanya laki-laki yang datang? ya kalo kamu ga mau deket sama mereka?"

"Sudahlah kenapa harus perdebatkan ini?" Sahut Shella sedikit keras dengan membanting bukunya ke meja.

"Kok jadi marah ke aku? kan aku cuma mau bikin kamu deket biar ga sendiri" Sifa kembali berujar dengan santainya sembari menatap Shella.

"Buat apa sih Sif nyari laki-laki yang nantinya malah bikin sakit hati?" Ucapnya sedikut membantah.

"Ya kalo kamu cari yang baik-baik ga akan nyakitin lah" Jawab Sifa kembali.

"Dengar ya Sif, yang namanya laki-laki nyari perempuan itu ga ada yang baik-baik dan kalau memang niat mereka karena cinta mana ada sekarang kasus pelecehan" Jelasnya dengan pelan.

Namun itu tidak di terima baik oleh sifa, entah apa yang ada dalam pikuran gadis itu yang menganggap Shella seolah merendahkannya. Tatapan tak suka di dapatkan oleh Shella dari sifa yang tidak terima dengan ucapan yang dianggap merendahkannya.

"SHELLA! Maksud kamu apa? kamu nganggep aku gampangan?!" Suara lantang dari luar itu membuat semua orang di kelas menoleh bersamaan ke arah mereka berdua.

"Aku ga bilang begitu, kamu merasa berarti kamu sadar" Ucap Shella kembali.

"Aku temen kamu loh! kamu kok tega ngomong gitu?" Sahutnya semakin lantang.

"Terserah kamu nganggep ucapan aku gimana Sif, yang pasti aku cuma mau nyadarin kamu bahwa dunia ga harus selalu tentang cinta" Shella menutup bukunya dan melangkah keluar dari kelas memilih mengalah agar tidak memperpanjang permasalahan.

Sifa manatap punggung temannya itu yang semakin menjauh dan mulai hilang dari pandangannya. Tidak ada yang mencoba kembali untuk membuat mereka bicara, sama-sama mempertahankan ego masing-masing. Tidak ada yang mau mengalah dan memaafkan. Ini lah dampak buruknya yang membuat akan ketidak sadaran yang lebih mementingkan ego daripada harus saling mendengarkan.