Virna Camelia

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Dasar Nyebelin!

“Kak, bangun. Shalat subuh dulu,” Nek Riah membangunkan cucu kesayangannya itu dengan lembut. Namun sudah hampir 10 menit Hareesha tidak kunjung bangun juga. Nek Riah pun tidak kehabisan akal, ia mempunyai satu cara lagi untuk membangunkan Hareesha. “Kak, Nenek berangkat sekarang ya,” bisik Nek Riah tepat pada telinga kanan Hareesha.

Benar saja, gadis berumur 10 tahun itu langsung berdiri seketika. Kantuknya seolah lenyap begitu saja. “Eh-- jangan dulu, Nek!” seru Hareesha sambil menggisik kedua matanya yang membuat Nek Riah tersenyum. “Iya, Nenek belum berangkat. Masih ada 20 menit lagi. Reesha ambil wudhu dulu gih,” pinta Nek Riah yang dijawab dengan anggukan kecil oleh Hareesha. Lalu ia berjalan menuju kamar mandi.

Setelah shalat subuh, Hareesha menghampiri Nek Riah yang baru selesai menyiapkan sarapan untuknya. Di meja makan sana sudah terhidang nasi goreng kecap dan tempe bacem kesukaan Hareesha. “Ayo sarapan,” kata Nek Riah. Hareesha pun langsung duduk di samping neneknya itu.

“Asin ya?” tanya Nek Riah.

“Sedikit,” jawab Hareesha.

Nek Riah terkekeh pelan. Ia tahu betul bahwa rasa setiap masakannya selalu sangat asin. Tapi Hareesha tidak pernah mengeluh, ia selalu menghabiskan semua masakan yang dibuatkan oleh neneknya itu.

“Habis sarapan langsung mandi, ya. Seragamnya ada di lemari sudah Nenek siapkan,” jelas Nek Riah.

Hareesha tersenyum, “Makasih, Nek.”

“Ya sudah, Nenek berangkat dulu ya,” pamit Nek Riah.

Hareesha mencium tangan neneknya. Lalu Nek Riah bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu.

“Hati-hati, Nek!”

“Iya, kamu juga awas kesiangan.”

Hareesha menjadi termenung ketika melihat punggung neneknya yang semakin lama semakin menjauh. Nek Riah sudah cukup tua, tapi ia masih gigih bekerja di pagi buta seperti ini. Dalam hati, Hareesha sadar semuanya itu pasti hanyalah demi dirinya dan adiknya.

Tak mau larut terlalu lama, Hareesha pun langsung mengunci pintu dan bergegas untuk mandi. Selang 15 menit kemudian, ia sudah mengenakan seragam silatnya. Bu Mira, mamanya Hareesha pun sudah bangun dan tengah memandikan Hareeva, adik Hareesha yang berumur 4 tahun.

Setelah selesai mengurus Hareeva, Bu Mira menghampiri putri sulungnya itu dengan membawakan handuk, sisir, dan sebuah ikat rambut berwarna merah muda. Hari ini ia mengikat rambut Hareesha dengan gaya ponytail.

“Coba berdiri dulu, Kak,” kata Bu Mira.

Hareesha menurut, ia langsung berdiri dengan tegap. Begitu juga dengan Bu Mira, ia merapikan seragam putrinya lalu mengacungkan kedua jempolnya pertanda semuanya sudah rapi.

***

“Kiri, Pak!” seru Hareesha. Angkutan umum pun langsung berhenti. Hareesha merogoh sakunya, mengeluarkan uang selembar seribu rupiah dan menyerahkannya pada sopir angkutan umum itu.

Baru saja Hareesha turun, sekumpulan teman laki-lakinya yang berada di seberang sana langsung menyambutnya.

“Hore! Jagoan kita datang!”

“Reesha, sini dong! Sarapan gorengan dulu!”

“Kata si Denis dia mau silat lawan kamu!”

Begitulah kehebohan mereka. Sementara Hareesha langsung menyeberang, “Aldi, sudah ngerjain pr belum?” tanya Hareesha seraya menghampiri sekumpulan temannya itu. Yang ditanya malah menggeleng dengan wajah tanpa dosa membuat Hareesha menghela nafas panjang.

“Cepetan abis itu langsung kerjain. Nanti Bu Lala marah, loh! Kalian masih mau di sini?” tanya Hareesha.

Teman-temannya itu mengangguk serentak. “Ya sudah aku duluan, ya!” sambung Hareesha.

Kemudian gadis itu berjalan di bibir lapangan menuju kelasnya. Sesampainya di kelas, ia langsung meletakkan tas di bangkunya lalu melaksanakan piket. Hareesha menyapu bersama Didi dan Lisna, teman yang satu jadwal dengannya.

Setelah hampir selesai, Lisna baru menyadari sesuatu. “Yang piket hari ini siapa saja, sih?” tanya Lisna.

“Aku, kamu, Hareesha, Putri, sama Ramdan,” jawab Didi.

“Terus Putri sama Ramdan kemana? Kok gak ada?” tanya Hareesha.

“Si Ramdan mah pasti kesiangan lagi,” ujar Didi.

“Terus si Putri?” tanya Lisna.

“Beli minum ke kantin, sekalian mau liat Kak Bima main bola katanya,” jelas Didi.

Hareesha ikut bertanya, “Kak Bima siapa?”

“Itu kelas VI-C. ‘Kan si Putri memang suka sama dia,” kata Lisna.

Hareesha ber-oh ria, “Ya sudah kita selesain piketnya, yuk!”

Baru saja Hareesha akan meneruskan piketnya, datanglah seorang anak laki-laki yang lebih tinggi dari mereka, “Ada yang namanya Hareesha?”

“Aku,” Hareesha mengangkat tangan kanannya.

“Kamu ditunggu Bu Marlin di koperasi sekarang,” kata anak laki-laki itu.

“Oh iya, makasih,” kata Hareesha. “Aku ke sana dulu ya,” sambung Hareesha pada Lisna dan Didi yang dibalas dengan anggukan oleh keduanya.

***

“Ada apa, Bu?” tanya Hareesha pada Bu Marlin sesampainya di koperasi.

“Hareesha, bisa tolong gantiin ibu jagain koperasi dulu gak sebentar? Ibu harus ambil tas dulu ketinggalan di rumah soalnya,” tutur Bu Marlin.

“Oh iya, Bu. Bisa kok,” jawab Hareesha.

“Ya sudah Ibu titip ya,” kata Bu Marlin seraya meninggalkan Hareesha.

Tidak lama dari perginya Bu Marlin, sekumpulan anak laki-laki kelas VI pun datang. Salah satu dari mereka melihat-lihat pulpen yang terpajang di dalam etalase.

“Yang ini berapa?” tanya anak laki-laki itu sambil menunjuk pulpen berwarna hitam.

“Rp. 3.000, Kak,” jawab Hareesha.

“Aku mau satu,” ucap anak laki-laki itu. Baru saja Hareesha akan membuka etalase, gadis dengan rambut terurai datang mendahuluinya mengambil pulpen itu lalu menyerahkannya pada anak laki-laki di depannya.

“Ini, Kak Bima. Gak usah dibayar gak apa-apa," katanya enteng sambil tersenyum tidak jelas. Benar, dia adalah Putri dan anak laki-laki itu adalah Kak Bima.

Lalu Kak Bima dan teman-temannya langsung meninggalkan koperasi. “Putri! Kamu apa-apaan, sih?!” seru Hareesha.

“Ini aku yang bayar. Gak usah galak-galak deh! Serem tahu, gak?!” balas Putri sambil meletakkan uang selembar 2000-an dan 1000-an di atas etalase. Setelah itu ia langsung menyusul Kak Bima dan meninggalkan Hareesha sendirian.

“Dasar nyebelin!” umpat Hareesha.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

lanjut kak! bgs bgt.....

31 Mar
Balas

makasii yaa! aku jg udh baca sebagian cerita km :D

31 Mar

Lanjut, Kak! I like your story ♡

31 Mar
Balas

aaa trimakasiii, aku juga suka cerita kamu xixi

31 Mar



search

New Post