Umar Abdul Aziz

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Penembak, Pistol, dan Peluru

Penembak, Pistol, dan Peluru

Penembak, Pistol, dan Peluru

Sudah satu tahun lebih Pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Hingga hari ini, belum ada tanda-tanda yang menunjukkan pandemi ini akan berakhir. Panduan Protokol Kesehatan, pembatasan mobilitas, imbauan untuk tetap di rumah, dan vaksinasi terus digalakkan sampai sekarang.

Pandemi memaksa manusia untuk terus beradaptasi dengan kondisi yang tidak biasa ini, sebagaimana dengan virus yang terus bermutasi untuk bertahan hidup. Pandemi memberi dampak yang luar biasa terhadap kehidupan manusia. Pandemi merubah banyak hal. Pandemi telah ‘membungkus’ berbagai rutinitas dan aktivitas kehidupan manusia dengan berbagai pembatasan.

Sebelum pandemi, kita bisa bebas pergi dan melakukan apa saja, tanpa segudang syarat dan aturan. Selain itu, tidak ada rasa takut dan khawatir dalam diri sendiri. Mau masuk ke tempat umum, harus bawa kartu vaksin. Sebelum menyentuh dan menggunakan barang-barang harus cuci tangan atau memakai handsanitizer. Makan di warteg maksimal 20 menit. Penyekatan jalan terjadi di banyak tempat. Hanya pekerja kritikal dan esensial yang diprioritaskan saat melintas di berbagai akses jalanan. Ingin kesini, harus ini. Ingin kesitu, harus itu. Membuat hati dan jiwa naik pitam.

Salah satu sektor yang terkena imbas pandemi adalah sektor pendidikan. Penyebaran virus covid-19 yang begitu cepat membuat semua sekolah harus ditutup. Hampir semua guru, siswa, dan warga sekolah ‘dirumahkan’. Proses belajar mengajar di sekolah, kini berpindah di rumah. Hanya guru dan warga sekolah tertentu yang diperbolehkan masuk ke sekolah, itu pun secara bergantian dan tidak setiap hari. Sistem pembelajaran tatap muka yang biasa disebut dengan luring (luar jaringan), berubah menjadi tatap layar yang biasa disebut dengan daring (dalam jaringan). Banyak perbedaan antara pembelajaran luring dan daring. Baik dari suasana, interaksi, psikologis, dan sebagainya.

Sampai hari ini, tepatnya sudah satu tahun lebih, aku, teman-temanku, dan murid di seluruh pelosok negeri belajar dari rumah. Bapak dan Ibu guru, sudah sekitar lima belas bulan kami tidak mencium tanganmu. Sudah sekitar lima belas bulan Engkau tidak mendengar celotehan murid ketika belajar, istirahat, dan pulang sekolah. Hingga detik ini, banyak murid yang belum bisa bertemu langsung dengan Engkau.

Bapak dan Ibu guru, aku ingin sekali bertemu dengan Engkau secara langsung. Aku rindu belajar bersama Engkau. Aku rindu ketika Engkau masuk kelas, kemudian memberi salam, menanyakan kabar, mengabsen satu kelas, memulai belajar dengan menyalakan proyektor atau menulis di papan tulis, lalu memberikan tugas, mengerjakannya, dan mengumpulkannya, atau memperhatikan muridnya yang sedang melakukan presentasi, dan mengakhiri pelajaran dengan ucapan salam.

Masih banyak lagi yang aku rindukan ketika belajar secara langsung. Contohnya, momen ketika menceritakan kisah hidup kalian yang memotivasiku untuk belajar lebih giat. Menegur murid yang tidak patuh, suka mengobrol atau suka izin ke kamar mandi tapi tidak balik-balik, atau murid yang suka berbuat ulah yang bikin gemas, hehehe. Ikut tertawa ketika mendengar celetukan lucu teman-teman. Menasihati murid yang telat masuk sekolah. Dan ketika Engkau mendengar pertanyaan murid yang membuat bulu kuduk murid lainnya berdiri, karena pertanyaannya yang tingkat dewa. Mbah google pun tidak tahu jawabannya. Namun Bapak dan Ibu guru dengan cerdasnya membimbing kami sehingga dapat menemukan jawabannya.

Aku sendiri masih ingat saat aku gagap dalam menjawab pertanyaan seorang teman ketika sedang presentasi, lalu seketika guruku membantuku dalam menjelaskan jawaban tersebut. Selain itu ketika aku sedang mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional, wali kelasku menyemangatiku dengan perhatian yang besar.

Alangkah rindunya melihat raut wajah dan senyuman Engkau. Alangkah rindunya melihat dirimu yang siap memberi ilmu kepada para murid. Alangkah rindunya merasakan energi positif dari Engkau. Alangkah rindunya belajar bersamamu. Alangkah rindunya bisa mengobrol secara leluasa denganmu.

Guru diibaratkan seperti seorang penembak, murid diibaratkan seperti pistol dan peluru. Guru yang akan mengarahkan pistol tersebut dengan baik, agar tembakan peluru itu tepat sasaran. Selain itu, guru yang mengisi pistol itu dengan peluru yang berkualitas tinggi agar dapat menghasilkan tembakan yang sesuai dengan kebutuhan, serta pistol itu yang mengarahkan kemana melesatnya peluru yang ditembakkan, jika didikan pistol meleset, maka peluru akan salah sasaran.

Bapak dan Ibu guru, Engkaulah pahlawan dan penyelamat anak bangsa. Engkau tidak akan terkekang oleh zaman. Bapak dan ibu guru, terima kasih atas segala hal yang Engkau berikan kepada kami, semoga pandemic ini segera berakhir, sehingga kita bisa berjumpa kembali.

Nama: Umar Abdul Aziz

Tempat, Tanggal lahir: Jakarta, 19 Juli 2004

Nama Sekolah: SMAN 29 Jakarta

Email: [email protected]

Nomor WA: 087746239552

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post