Akun kosong

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Misteri Sosok Tanpa Wajah - Kembar Cabai Rawit

Kembar Cabai Rawit

Di Precious Elementary School, ada sepasang anak kembar. Kembaran pertama di sekolah itu. Kembaran itu memiliki julukan “Kembar Cabai Rawit”. Mereka adalah Lia dan Rai. Lia dan Rai adalah kembar pertama sekaligus kembar paling kompak di sekolah mereka. Bukan hanya kembar paling kompak dari satu sekolah, bahkan mungkin kembar paling kompak sedunia.

Lia dan Rai memang sangat kompak. Mereka sering sekali sependapat, memiliki hobi yang sama, ketertarikan yang sama, cita-cita yang sama, nilai-nilai pelajaran yang sama, dan lain-lain. Lia dan Rai selalu juara kelas setiap tahunnya. Meskipun pintar, mereka suka iseng dan paling ingin tahu sedunia. Kalau ada sesuatu yang misterius dan menarik perhatian, mereka pasti langsung ikut campur. Tanya ini lah, tanya itu lah. Terkadang, sifat mereka yang selalu suka ikut campur membuat orang lain merasa terganggu.

Kekompakan mereka dalam ketertarikan yaitu sangat menyukai sesuatu yang berbau misteri. Apapun yang berbau misteri, pasti mereka akan berusaha sebisa mungkin untuk mencari tahu dan menyelidikinya. Dua anak kembar itu memiliki banyaaaaak sekali buku-buku bergenre misteri, serial detektif, juga buku-buku bertema horor dan dark fantasy. Ya, dua anak kembar ini memang memiliki cita-cita menjadi detektif.

Akan tetapi, walaupun mereka sibuk menyelidiki kasus, mencari tahu ini dan itu, mereka selalu giat belajar. Itu adalah peraturan paling penting di keluarga mereka. Makanya, nilai-nilai pelajaran mereka selalu bagus, rata-rata sembilan puluh ke atas.

Rai tidak memiliki batasan dalam menyelidiki sesuatu. Semuanya dia selidiki. Rasa ingin tahunya 15% lebih tinggi dari rasa ingin tahu Lia. Dia tidak peduli jika pertanyaan yang dia ajukan menyinggung bahkan menyakiti perasaan orang lain. Rai suka nekat dan melakukan sesuatu tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Terkadang, dia bisa tidak sabaran dan menjadi amat menyebalkan.

Sebaliknya, Lia memiliki batasan dalam banyak hal. Dia tidak se-agresif Rai dalam menyelidiki sesuatu. Lia sangat perhatian dengan kondisi di sekitarnya dan perasa. Dia selalu berhati-hati saat menanyakan sesuatu. Ia selalu berpikir dengan cermat dan memperhatikan sekitar. Namun, ada saatnya ketika Lia bisa menjadi menggebu-gebu, biasanya saat situasi semakin “seru”.

Rai lahir lima menit lebih dulu daripada Lia. Namun, Lia lebih seperti kakaknya Rai dibandingkan Rai terhadap Lia. Karena, Lia lebih disiplin dalam segalanya dibandingkan Rai.

Lia pandai dalam pelajaran Musik, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Seni, PPkn, dan IPS. Sementara Rai pandai dalam pelajaran Matematika, IPA, Olahraga dan, Komputer. Rai dan Lia saling melengkapi. Mereka saling mengajarkan satu sama lain. Di situlah terlihat kekompakan mereka dalam hal akademis.

Satu kegemaran yang sama di antara mereka adalah suka membaca buku dengan genre misteri. Selain itu, kegemaran mereka cukup berbeda. Lia suka menulis, menggambar, fotografi, dan membuat komik. Rai suka bermain bola, bermain komputer, berenang, dan bermain badminton. Dalam hal permainan, Lia lebih suka bermain boardgame atau cardgame, sedangkan Rai lebih suka bermain games di komputer atau ponsel.

Flashback ke masa lalu.

“Kenapa, sih, kalian untuk selalu ingin tahu? Memangnya, kalian tidak sadar, kalau kalian itu menyinggung orang lain? Kalian bahkan membahayakan diri kalian sendiri! Kalian ini benar-benar… benar-benar kembar cabai rawit!” seorang anak kelas enam memarahi Lia dan Rai. Saat itu Lia dan Rai duduk di bangku kelas empat.

Pada saat itu, Lia dan Rai sedang menyelidiki tentang ruangan misterius di sekolah. Katanya, tidak ada murid yang boleh masuk ke ruangan tersebut tanpa bersama guru. Lia dan Rai tidak sengaja menyinggung seorang kakak kelas enam, dikarenakan mereka membantah kakak kelas enam itu yang mengatakan kalau mereka tidak boleh masuk ke ruangan itu. Tak disangka, ruangan itu ternyata adalah laboratorium sains khusus anak-anak yang akan mengikuti olimpiade sains. Rai iseng mencampur bahan-bahan di laboratorium tersebut dan menyebabkan ledakan. Untungnya, tidak ada korban yang terkena luka parah.

“Hahahaha, kembar cabai rawit! Kembar cabai rawit!” sontak, murid-murid di sekitar mereka mengejek.

Lia yang merasa marah karena ejekan tersebut pun membela diri. Beberapa detik setelah mengucapkan pembelaan dirinya juga saudara kembarnya, ia tiba-tiba menyadari, betapa uniknya julukan tersebut. Dia pun tertawa terbahak-bahak, juga Rai. Kedua saudara kembar itu bisa membaca pikiran satu sama lain. Sejak saat itu, mereka selalu dipanggil “kembar cabai rawit”, dan mereka tak pernah merasa tersinggung dengan julukan tersebut, malah bangga.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post