Akun kosong

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Misteri Sosok Tanpa Wajah - Kejadian-kejadian Aneh

Kejadian-kejadian Aneh

Siang itu…

“Rai..! Kenapa tendanya berantakan seperti ini?!” Lia berkacak pinggang, menggeleng-geleng melihat seisi tenda yang berantakan.

“Mm.. memangnya kenapa?” tanya Rai. Dia tidak peduli sama sekali dengan hal-hal seperti itu.

“Lihat, Rai! Lihat!” Lia berseru marah, menyadari bahwa dia tidak dipedulikan sama sekali.

Tenda itu memang sangat berantakan. Sebelum Lia keluar dari tenda untuk mengamati sekitar, tenda itu rapi, tidak berantakan sama sekali. Lihatlah, sekarang, seperti habis disapu badai, tenda itu saaangat berantakan. Buku-buku tergeletak dimana-mana. Permainan-permainan yang dibawa dari rumah berhamburan. Bidak-bidak catur berserakan. Benar-benar seperti kapal pecah.

“Rai! Ayo bantu aku merapikan tendanya!” Lia mengepalkan jemari-jemarinya. Ia mengambilkan sapu kecil yang sengaja dia bawa, lalu mulai membersihkan remah-remah makanan.

“Kau sajalah,” Rai masih asyik dengan buku yang ia baca. Buku itu baru saja ia beli beberapa hari yang lalu.

“Huftt.. Benar-benar terbalik. Bukankah aku adiknya?” Lia bergumam, membungkuk untuk mengambil bidak-bidak catur.

Saat Lia masih sibuk merapikan tenda, tiba-tiba, Rai melihat sekilas bayangan lewat di antara pintu tenda yang terbuka. Bayangan itu lewat beberapa kali. Namun, tidak ada suara sama sekali, misalnya, suara angin berhembus.

“Lia!” Rai mencicit, dia terpaku di tempatnya. “Ada.. ada…”

“Ada apa?! Ada aku sedang merapikan tenda?!” Lia meledak. Dia masih kesal karena Rai mengabaikannya begitu saja.

“Tidak, bukan itu.. Ada bayangan yang lewat di belakangmu!” Rai berseru parau.

“Kau tidak bisa membohongiku,” Lia mendesis.

“Itu! Itu, tadi dia lewat lagi!” Rai berseru semakin keras, beranjak berdiri. “Aku tidak berbohong, Lia.. Buat apa aku berbohong kalau aku tahu kamu tidak bisa ditipu?”

Lia pun menoleh, sejenak sadar kalau Rai memang tidak bercanda, dari nadanya. Namun, Lia tidak melihat apapun. Hanya ada pohon-pohon yang rindang, ranting-ranting pohon, dedaunan kering, dan semak-belukar. Tidak ada sesuatu yang aneh lewat di belakangnya.

“Kau mencoba menakut-nakutiku?” Lia bersedekap, menatap Rai seolah dia adalah kepala sekolah dan Rai adalah anak TK yang baru saja membuat kesalahan. “Tidak ada apapun di belakangku, kecuali pepohonan, apapun yang memang ada di hutan.”

“Ta.. tadi ada, Lia.. Sungguh!” Rai menatap Lia, berusaha memberikan penjelasan.

“Tidak, kau hanya mengarang-ngarang, Rai! Kau hanya mencari alasan agar kau tidak perlu ikut membantuku merapikan tenda!” Lia berseru kesal. “Sekarang, kau bantu aku merapikan tenda ini.”

Rai mendengus, mengambil buku-buku yang berserakan dan memasukkannya ke dalam tas ransel.

Rai dan Lia memang tidak pernah kompak dalam hal kebersihan dan kedisiplinan. Lia sangat ketat dalam kebersihan dan kerapian, sedangkan Rai sebaliknya. Dalam hal itu, Rai dan Lia bagaikan langit dan bumi.

Padahal tadi benar-benar ada, kok.., batin Rai dongkol.

***

“Rai, aku akan mencari kayu dan ranting untuk membuat api unggun. Tolong kau siapkan korek api, ya!” Lia keluar dari tenda. Pada saat itu, hari sudah mulai gelap.

“Oke,” Rai mencari kotak korek api di dalam tas ranselnya. Rai segera menemukannya di saku tas ranselnya.

Sementara itu, Lia pergi mencari kayu dan ranting untuk membuat api unggun, lengkap dengan senter sebagai penerangan. Dalam waktu tiga menit, Lia baru menemukan beberapa ranting. Itu belum cukup untuk membuat api unggun yang bisa menghangatkan mereka berdua. Maka dari itu, Lia semakin masuk ke dalam hutan, terus mencari ranting dan kayu sampai cukup untuk membuat api unggun.

Set!

Apa itu? Lia menoleh.

Set! Ada lagi. Sesuatu yang lewat.

Jantungnya berdetak kencang. Apa yang melewati dirinya tadi? Apakah itu hewan? Burung? Kelelawar? Tapi rasanya, itu tidak mungkin. Hutan ini sepi sekali. Sedari tadi, tidak ada hewan yang lewat, mungkin hanya semut atau hewan-hewan kecil lainnya. Atau mungkin, dirinya yang tidak menyadarinya.

Lia berusaha untuk menenangkan hatinya. Dia melanjutkan mencari ranting dan kayu. Tiba-tiba…

Srek! Srek! Semak belukar berbunyi bergemerisik. Sepertinya ada sesuatu yang mendekatinya.

Tenanglah, Lia, tenanglah.. Di hutan memang seperti ini, Lia menenangkan dirinya sendiri.

Lia merasakan sekujur tubuhnya bergetar. Jantungnya berdetak semakin cepat.

Set! Bayangan itu lewat lagi. Kali ini, Lia bisa melihatnya dengan jelas. Sesuatu yang membuatnya menjerit kencang.

“Aaaaaaaaaaaa!!!” Lia menjerit, bergegas mengambil ranting-ranting yang berjatuhan dari genggamannya, kemudian berlari kembali ke tenda. Syukurlah, Lia mengingat jalan pulang ke tendanya.

***

“Ada apa, Lia?!” Rai berdiri melihat saudara kembarnya berlari ketakutan ke arahnya.

“Rai!!!” Lia hampir menabrak Rai, untung dia bisa menghentikan langkahnya. Ranting-ranting yang dia bawa langsung jatuh berhamburan ke tanah. Lia jatuh terduduk di tanah, berusaha mengatur napasnya yang tak beraturan. “Tolong ambilkan air minum!”

Rai yang masih bingung dengan apa yang terjadi pun mengambilkan botol berisi air putih dari tas ransel milik Lia. Kemudian, dia memberikan botol itu pada Lia. Ekspresi wajahnya penasaran, sekaligus cemas.

“Apa yang terjadi, Lia?” tanya Rai, begitu Lia selesai minum.

Lia menggeleng-geleng, belum bisa berbicara sepatah kata pun. Kepalanya masih berdenyut memikirkan kejadian tadi. Detak jantungnya berangsur normal. Sekujur tubuhnya tak lagi gemetar. Tapi Lia masih sangat terkejut dan ketakutan. Apa yang terjadi sebenarnya?

“Apa yang terjadi, Lia? Ceritakan padaku!” Rai mendesak. Rasa ingin tahunya tak tertahankan.

“Berikan kotak korek apinya, Rai!” sebaliknya, Lia justru menjawab lain.

Rai mengeluh, memberikan kotak korek api dengan enggan.

Lia mengatur ranting-ranting sehingga membentuk api unggun. Kemudian, Lia menggoreskan korek api ke ranting-ranting tersebut. Beberapa menit kemudian, setelah berusaha, api pun berkobar menyala, menerangi dan menghangatkan.

“Ayo ceritakan, Lia, ceritakan!” Rai mendesak.

Lia menghela napas. Dia pun menceritakan semua yang terjadi, lengkap, tanpa dikurangi atau dilebihkan.

“Hal yang sama terjadi padaku juga tadi,” ujar Rai. “Hanya saja, kau tidak mempercayaiku tadi. Beruntung aku mempercayai ceritamu.”

Lia menepuk dahi, menatap Rai yang menampilkan seringainya. “Masalahnya bukan percaya atau tidak, tapi apa yang sebenarnya terjadi.”

“Ya, aku tahu, Lia,” Rai mengangguk, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Ini akan jadi acara berkemah yang seru.”

“Yeah, kau benar,” Lia menanggapinya dengan penuh semangat. “Asalkan, kau jangan ceroboh, ya! Siapa tahu, karena ceroboh, saat bangun kamu tidak ada di dalam tenda, tapi di perut hewan buas.”

“Jangan meremehkanku,” Rai cemberut.

“Ya sudah, ayo kita..”

Wuush! Api unggun berhembus mati. Rai dan Lia saling pandang, berdebar-debar.

“Whuaaaaaaaaaa!!!!” dua anak kembar itu pontang-panting masuk ke dalam tenda.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wow kejadian aneh nya seperti benar benar terjadi.

23 Jul
Balas

benar-benar terjadi?

23 Jul



search

New Post