Perkenalkan, nama saya Tuhfatun Nadia. Saya duduk di bangku SMP kelas 9 SMPN 1 Suboh – Situbondo. Kurang lebih satu tahun saya melakukan pembelajaran daring. pembelajaran daring ini berlangsung akibat adanya pandemi. Kejadian ini pun sudah banyak memakan korban jiwa. Pemerintah juga tidak berani untuk melakukan sekolah tatap muka dikarenakan banyak sekali akibat yang harus ditanggung. Selama pembelajaran daring guru dan bapak guru berusaha melakukan yang terbaik untuk siswanya agar mereka paham dengan ilmu yang mereka berikan. Kegiatan dilakukan dengan berbagai cara, misalnya pemberian dan penjelasan materi secara online dan lain sebagainya. Aplikasi yang digunakan pun cukup beragam mulai dari classroom, Google Map, dan Google Zoom. Ada sebagian siswa yang kesulitan dalam metode pembelajaran dari ini salah satu penyebabnya yaitu tidak memiliki handphone. Namun, sekolah membantu siswa itu dengan disediakannya komputer di sekolah sehingga siswa dapat melakukan pembelajaran daring di sekolah.

Pengalaman saya selama di rumah terkadang menarik dan juga membosankan. Hal yang menarik yaitu saya bisa belajar dengan sesuka hati dan bisa mengerjakan tugas dalam keadaan menonton TV atau sambil bermain handphone. Di sisi lain, Saya merasa bosan karena semenjak adanya virus covid-19 ini, saya tidak diizinkan kan untuk keluar rumah kecuali ada hal yang benar-benar penting dan itupun harus memakai masker dan mengikuti protokol kesehatan. Ada kalanya saya merasa sangat jenuh di rumah seharian, tidak ada teman curhat dan teman main. Pada saat ini sangat dibutuhkan kesadaran dalam setiap diri kita karena sekarang ini kita semua harus selalu menjaga jarak cara mencuci tangan dan memakai masker (3m). Tetapi, masih ada saja orang yang yang tidak bisa diatur seperti tidak memakai masker saat bicara dengan orang lain. Seiring berjalannya waktu Semua orang sudah terbiasa memakai masker. Beberapa waktu lalu pemerintah mempertimbangkan agar sekolah dilakukan dengan cara metode daring. Dalam pembelajaran daring yang saya alami cukup memahami materi yang diberi oleh bapak ibu guru. Namun, terkadang saya merasa kesulitan dalam mencerna atau memahami materi pembelajaran karena tidak ada kesempatan bertanya langsung pada guru bertanya pada teman pun jawabannya cukup simple lihat di Google saja. Namun, saya terkadang berpikir juga harus selalu bergantung pada Google, terus otak ini saya gunakan buat apa. Rasa malas pasti ada dalam diri, namun, saya selalu memotivasi diri dengan belajar mandiri.

Hingga pada akhirnya saya mendengar kabar gembira bahwa pemerintah membuka kembali sekolah luring (tatap muka) yang ditetapkan tanggal 1 Februari 2021. Semua siswa sangat senang mendengar kabar ini walaupun tidak semua siswa bisa masuk secara bersamaan. Sekolah tatap muka dilakukan pada tanggal 1 Februari 2021 itu dengan metode shift. Di kelas pun tempat duduk siswa tidak boleh berdua harus satu-satu. Hal ini dilakukan untuk memutus rantai penyebaran covid-19. Disadarkannya oleh guru betapa pentingnya memakai masker, Alhamdulillah, sekarang semua siswa sudah memakai masker. Dari pembelajaran dari yang pernah saya lakukan, Saya mendapatkan dampak positif dan dampak negatifnya. Dampak positifnya yaitu saya bisa meluangkan banyak waktu bersama keluarga. Membantu pekerjaan orang tua serta mengerjakan tugas kapanpun saja yang saya mau. Dampak negatifnya adalah saya sedikit kurang paham tentang materi yang disampaikan bapak ibu guru dan juga sering merasa kesepian karena saya merasa tidak ada teman. Apalagi lagi saya tidak dapat bertanya langsung pada guru. Harapan saya semoga virus covid-19 ini cepat hilang sehingga semua orang dapat melakukan aktivitas dengan biasanya dan semua siswa dapat melakukan sekolah tatap muka seperti semula. Mari kita bersama-sama melawan Corona.