Tsania Ramadani Syuvi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

IBUKU SANG EDELWIS

Ibuku Sang Edelwis

Ibu adalah pedoman hidupku. Dia yang selalu merawatku dari kecil. Sejak awal dia hamil, dia merasa bahagia sekali. Tapi dia tetap bekerja walaupun sedang hamil. Dia bekerja di PMI, Palang Merah Indonesia. Meskipun orang-orang merasa kasihan, tetapi ibu terus saja bekerja. Saat dia berjaga malam, dia tidak merasa kesepian. Karena ada aku, meskipun masih di dalam kandungan. Aku adalah penghiburnya. Calon bayi yang akan dia lahirkan. Seperti halnya bayi lain ketika di dalam perut. Menendang-nendang seolah ingin menyapa ibunya. Meskipun sakit, hal itu justru membuat seorang ibu merasa senang.

Hari demi hari berlalu. Akhirnya akupun dilahirkan. Kelahiranku penuh dengan perjuangan. Ibu sempat hilang kesadaran hingga koma. Ajal hampir menjemputnya. Hampir saja Tuhan memisahkanku dengan ibu. Tapi dokter tidak putus asa. Akupun selamat, begitu pula ibuku. Saat kondisinya sudah pulih, dia kembali bekerja. Aku selalu dibawanya bekerja.

Saat usiaku menginjak dua tahun, ibu berhenti bekerja. Karena dia ingin mengurusku supaya aku tumbuh dengan mandiri dan tidak menyusahkan orang lain. Karena kakakku ditinggal oleh ibuku, dan saat itu dia dimanjakan oleh kakek nenek. Dia saja tidak mau makan buah. Kakak hanya mau juz jeruk. Ibu tidak mau aku terlalu dimanjakan sepertinya. Alasan itulah yang membuatnya berhenti bekerja. Ibu mengajariku makan buah dan tidak terlalu memanjakannku.

Saat umurku 4 tahun, aku disekolahkan di TK. Ibu mengajariku berkenalan dengan teman-teman agar aku bisa akrab dengan mereka dan memiliki teman bermain. Perlahan-lahan ibu tidak menjagaku di TK agar aku bisa menjadi anak yang mandiri.

Suatu ketika, ada acara fashion di sekolah. Ibu mendandaniku sendiri. Ibu selalu merekam saat giliranku. Saat aku mengikuti karnaval, ibu terkadang membawa payung jika cuaca sangat panas. Dia bahkan memberikan payung kepadaku saat aku menawarkan untuk digunakan berdua. Tetapi dia tidak mau. Padahal dia sudah sangat kepanasan. Dia merelakan banyak hal untukku agar aku merasa nyaman dan tenang.

Saat aku sudah masuk SD ibu menyuruhku untuk duduk di depan. Aku pikir aku duduk bersama teman sewaktu TK. Ternyata teman sebangkuku berasal dari TK lain. Ibu mengajakku untuk berkenalan supaya lebih akrab. Awal masuk sekolah, ibuku menunggu di luar supaya aku merasa tidak khawatir. Hari demi hari dan aku bisa sekolah sendiri tanpa ditunggu. Saat ujian ibu mendoakanku setiap hari supaya aku bisa mengerjakan soal dengan baik dan mendapatkan nilai yang bagus. Doa ibu memang manjur. Aku memperoleh nilai lebih dari delapan puluh. Ibu sangat senang sekali karena doanya terkabulkan.

Pernah suatu ketika aku tidak suka dengan ibu. Saat dia bersikap aneh. Terkadang dia suka ngomel. Padahal hanya masalah kecil. Tapi aku yakin, omelannya adalah tanda kasih sayang kepadaku. Tidak ada ibu yang membenci anaknya. Ibu senang sekali mencium bau kecut di ketiakku. Dia melakukan itu agar bisa tenang saat dia sedang stress, merasa lelah setelah melakukan pekerjaan rumah, atau jika gagal melakukan sesuatu. Wangi ketiak seorang anak memang selalu sukses membuat seorang ibu tenang.

Saat aku naik kelas, ibu menyuruhku untuk belajar lebih giat. Karena semua ini bukan untuk ibu, tetapi untuk masa depanku supaya bisa menjadi anak yang berprestasi dan meraih cita-citaku. Bisa membanggakan orang tua dan guru yang telah mendidikku.

Ibu selalu memikirkan tentang bunga edelwis. Ingin sekali dia ke puncak gunung untuk sekadar menikmati lautan bunga edelwis dan mengambilnya sedikit saja sebagai kenang-kenangan. Karena dia senang sekali dengan bunga edelwis, maka dari itu aku memberi sebutan dia sang edelwis. Dia tidak marah jika aku memanggilnya demikian.

Kami selalu memiliki kenangan di setiap tempat. Di rumah aku memang sering membuat masalah hingga ibu marah. Tapi ibuku tetap sabar. Dia selalu berusaha dan merawat keluargaku tanpa meminta imbalan. Hanya satu pintaku Tuhan, jagalah ibuku dan bahagiakanlah dia selalu.

Profil Pengarang

Tsania Ramadani Syuvi adalah siswa di SD Negeri Kapong 1 Batumarmar Pamekasan. Rani panggilan akrabnya. Saat ini dia sedang duduk di bangku kelas 4. Gadis kelahiran Pamekasan, 23 Juli 2012 merupakan anak kedua dari Bapak Abdus Syukur dan Ibu Novista Pambekti. Hobinya adalah menulis dan menari. Cita-citanya ingin menjadi penari balet professional. Alamat emailnya [email protected]

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post