Sunny Hinata

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Lily's Adventure (Bab 11)

Lily's Adventure (Bab 11)

Aku menangis tak karuan. Juga Malihah dan Kylie—yang sudah sadar. Hawa meninggal. Tepat setelah mengucapkan kalimat ‘ganjil’ itu didepanku. Orang tua Hawa dan Malihah bergegas datang dari Tanah Air. Dan begitu melihat jenazah Anaknya, Mama Hawa langsung menangis. Seperti tangis ku saat melihat Hawa yang terbujur kaku.

Miss Aya, juga terluka parah. Ia langsung pergi Pulang ke Tanah Air—dipaksa keluarganya. Malihah, ia juga Pulang setelah Sembuh. Kylie, kedua orangtuanya mengajak dia Berobat di Inggris.

Sekolah diliburkan. Maksudku, dibubarkan. Hawa High School lenyap sudah. Malihah, katanya tadi, akan Pindah Sekolah ke Jakarta. Dan Kylie, melanjutkan Sekolah setelah Sembuh Total di London. Sedang aku, akan Sekolah di Australia, kata Om Rafif.

Dan Ali… Eh, kok aku membicarakan Ali, sih? Eh, Baiklah. Ali ikut Orang Tuanya pergi ke Malaysia. Belajar disana. Dia sebenarnya tidak terlalu parah. Sedang berada di Aula Sekola, tempat paling ujung.

Untuk sementara, aku tinggal di Asrama. Karena tidak Sekolah, tugasku hanya, Menulis, dan Menulis. Entah kenapa, aku malas belajar berjualan karena Kylie sudah pergi ke jauh sana.

Selain Menulis, Pekerjaanku yang lain adalah Menonton. Menonton di iPad milikku. Frozen 2 yang terbaru, Baby Bos (Aku belum menonton ini), Detektif Conan, Sherlock Holmes, Naruto Uzumaki, Coco dan banyak sebagainya yang aku belum nonton—saking seriusnya belajar saat Sekolah.

Bukuku yang ke-3 telah Terbit. Betapa senangnya Ketika aku menunjukkan nya kepada Malihah di negeri Tetangga. Malihah disana tersenyum lebar. Mengeluh, bahwa dia Belum sehat total, tidak seperti diriku. Memang, setelah beristirahat sehari, aku merasa telah sembuh benar dari Penyakit typhus.

Yes!!

Besok, Tante Diana dan Om Rafif akan menjemputku. Yes! Aku akan pulang ke Rumah. Tak sabarnya aku tidur dikasur yang Empuk. Juga, mungkin, ber-silaturrahmi ke Rumah Bibi Seli.

Mataku tak dapat terpejam saking senangnya. Kamarku kini sepi. Tinggal aku seorang, ditemani salah satu Teman baru dari Malaysia. Ayesha. Gadis berjilbab, yang jago Melayu dan Inggris.

“Eh, Kamu tak boleh tidur, ya? Tak Sabar?” Ayesha yang tidur dibawahku bertanya.

“Hem?” aku bangkit dari tempat tidur. Mengangguk. “Yes, I can not Wait! Aku tidak sabar.” Sahutku.

Ayesha mengangguk-angguk. “Semasa kamu pergi, ini bermakna saya tidur sendirian di bilik ini.” Ayesha bergumam. Menatap lantai.

Aku tertawa kecil. “Quiet, aku yakin, Miss Pirang akan memberikanmu teman Baru. Tidak mungkin Miss Pirang akan membiarkanmu tidur sendirian disini.”

Ayesha terlihat bangkit. Menatapku yang sedang duduk diatas Ranjang. “Miss Pirang? Siapakah itu?” dahinya terlipat.

Ups! Aku menutup mulut. “Eh, maksudku, Miss Hilda.” Salah bicara—terbiasa pangil Miss ‘Pirang’ sihhh!!

Kami saling terdiam sejenak. Memikirkan sesuatu.

Hawa… hmph. Aku tak paham kenapa dia harus pergi secepat itu? Saat dia baru merasakan Hidup selama 13 tahun?? hmph. Pertama, Mama. Kedua, Nenek. Selanjutnya, Hawa…

Meninggal. Pergi. Aku tak—

“Awak ingat Hawa, ya?”

Eh. Aku menoleh. Menggeleng, mengangguk, menggeleng lagi.

Ayesha tertawa kecil. “Nasihat saya, kamu tidurlah terlebih dahulu. Bukankah kamu mahu berangkat pukul 9 Pagi esok hari?” Ucap Ayesha setelah berhenti tertawa.

Aku mengangguk kecil. Menarik selimut.

Sungguh, aku tak sabar menunggu hari esok!

Celaka! Sungguh celaka!

Aku menangis sepanjang Bandara ditemani Ayesha dan Miss Pirang. Terisak. Berteriak tak jelas. Memanggil Tante Diana dan Om Rafif.

Ayesha disampingku berkali-kali memeluk bahuku. Berbisik, “Sabarlah, Lily. Sabar.” Juga Miss Pirang yang sibuk mencari Informasi. “Tenang. Miss akan mencarikan Informasi di Rumah Sakit. Apakah Mama dan Papa mu selamat.”

Aku tak mendengarkan. Terisak. Menangis. Tak tahu harus bilang apa. Kehilangan kata-kata.

Sorenya, aku sama sekali tidak menyentuh Makanan. Hanya memegang Fotoku, Tante Diana dan Om Rafif. Mengurung diri dikamar. Ditemani Ayesha yang sesekali mengajakku bergurau—namun kuhiraukan.

Sebenarnya, apa yang Terjadi?

Pasti, itu Pertanyaan kalian, bukan?

Hmph. Tadi Pagi, saat aku sudah dengan senangnya, dengan Bahagianya, duduk di salah tau Café yang berada di Bandara, terdengar Pengunguman bahwa salah satu Pesawat Jatuh. Jatuh! Dan yang membuatku merintih, itu Pesawat Tante Diana!!

Gimana gak menangis?

Petugas di Bandara sudah mencari-cari Penumpang Pesawat. Dan aku, menangis keras sepanjang perjalanan Pulang. Tante Diana… Om Rafif… Aapakah mereka Selamat?

Excuse me,” Suara lembut terdengar tiga hari kemudian. Miss Pirang. Dia bertugas menggantikan Miss Aya.

Please come in, Miss Hilda. Silahkan masuk.” Ayesha yang menjawab. Dia sudah bosan mengajakku berbicara—karena aku, mendengarkan saja tidak—jadi, dia memilih Membaca Buku.

“Thank you.” Miss Pirang membuka pintu. Menggesekkan sepatunya di keset. “Lily,” ucapnya. Wajahnya terlihat senang. “I bring good news and bad news, Lily. Aku membawa kabar baikk dan kabar buruk.”

Aku mendongak. Kabar baik? Kabar buruk?

“Okay,” Miss Pirang duduk disampingku. “Kabar baik terlebih dahulu.”

Aku menatapnya. Apa? Apa?

Miss Pirang terlihat menghembuskan nafas pelan. “Rafif, Ayahmu, Selamat. Dia sudah pulih dua hari yang lalu.”

Aku menyunggingkan senyum. Pulih? Selamat? Alhamdulillah…

“Dan, kabar buruknya,”

Aku masih menatap Miss Pirang. Semoga tidak seburuk yang kubayangkan. Kalau hanya Lumpuh, masih oke-oke saja.

“Diana, Bundamu… dia…” Suara Miss Pirang terdengar pelan. Mendongak—menahan air matanya jatuh. “Pergi.”

Pelan saja ucapan Miss Pirang. Namun, amat menyakitkan!!

Aku terpaku. Wajahku memucat.

“Apa yang salah, Lily?” Ayesha yang duduk dikasur Bertanya.

Aku tak menjawab. Lidahku terasa kelu. Kehilangan kata-kata.

“Apa yang salah?” Ayesha terus bertanya. Mendesak.

“Jangan ganggu dia, Ayesha.” Miss Pirang menepuk paha Ayesha.

“Tapi, Miss. What really happened? Apa yang sebenarnya terjadi?”

Miss Pirang menggeleng. “Better, we're out. Sebaiknya kita keluar.” Katanya. Meraih lengan Ayesha.

Ayesha sebenarnya hendak protes. Namun, akhirnya mengangguk melihat aku menunduk. Menyeka mata.

KENAPA??

Ingin rasanya kuberteriak, Kenapa??! Kenapa Tante Diana harus pergi disaat bersamaan dengan Hawa? Tak bisakah dirasakan sakitnya Ketika dua orang harus pergi bersamaan?! Meninggalkanku?!

Aku menghembuskan nafas kesal.

Kenapa hidupku harus berlika-liku begini? Kenapa?? Kenapa??

Ingin rasanya ku protes kepada Tuhan, kenapa semua harus direngut? Nenek, Mama, Tante Diana, dan Hawa. Seumuranku ini, umurku yang 14 tahun ini, sudah genap 4 orang yang diambil dalam kehidupanku. Sudah genap EMPAT orang.

Wahai! Kenapa, kenapa, kenapa???!!!

Aku tak tau ingin berkata apa lagi. Hanya kenapa, dan kenapa yang keluar dari dalam Mulutku.

Aku mengeluh pelan. Memeluk Lutut. Kesiur angin memaikan ujung rambutku.

Tante Diana, pergi…

Om Rafif—

“AH-YA!!” Aku berseru dengan wajah berbinar—dan bekas air mata. “Aku telepon Om Rafif saja, kan?!”

Persis Ketika aku mengambil iPad, suara Mss Pirang terdengar. Beliau membuka pintu. Lari tergesa-gesa kearah ku. Menghamur. Peluh terlihat menetes didahi nya.

Aku menatapnya heran. Menyeka mata.

“Lily…” suaranya tercekat. “Ayahmu… Your Father… kabur dari Rumah Sakit! Entah berada dimana, sekarang!” ucap Miss Pirang dengan nafas tersenggal. Menyeka keringat.

Aku melongo. Mematung.

“Tak ada yang tau, dimana Ayahmu berada.” Ucap Miss Pirang. Menunduk.

Aku tetap mematung.

“Lily? Kamu tak apa?”

Aku tetap terdiam. Syok dengan kalimat Miss Pirang. Bergeming.

“Dan juga, Miss memiliki kabar buruk lagi. Kamu mau mendengarnya?” miss Pirang bertanya. Dan tanpa menunggu jawabanku, dia langsung menambahi, “Kepala Asrama… hmph… Beliau… telah mengeluarkanmu dari Asrama ini. Dan Miss juga tak bisa, membujuknya. Miss hanya bisa, bilang ini. Kamu sebaiknya pergi—” ujarnya. Terhenti diujung kalimat.

Lima detik, mataku mulai berkaca-kaca. Setitik air mata keluar dari ujung mata. Aku melompat naik keatas Kasur. Menutup wajah dengan bantal. Menangis terisak didalam sana.

Miss Pirang terlihat menghela napasnya. Beranjak keluar. “Miss out first, Huh.” Katanya setengah berbisik. Menutup pintu.

Aku tak menjawab. Menangis terisak.

Mataku menggeliat pelan. Menatap Alarm dimeja. Tepat pukul dua, desisku.

Kepalaku tertoleh, kanan kiri. Menatap Ayesha yang sedang tertidur nyenyak. Kemudian, mengambil koper yang sore tadi sudah kusiapkan—sewaktu sendirian dikamar.

Okay. Semua siap. Aku memandang lamat-lamat diriku di Cermin. Dari ujung jilbab sampai ujung kaki. Tak ada yang berubah. Masih sama memiliki mata Biru, masih sama memiliki Hidung mancung. Hanya saja, aku menemukan guratan kesedihan diwajahku ini. Kesedihan akan perjalanan hidup

Sssttt… Diam! Manfaatkan waktu, Lily! Hatiku berbisik pelan. Aku mengangguk pelan. Memasang sepatu. memakai Masker, dan Tudung Jaket. Tersamarkan, desisku dalam hati.

Hari ini, malam ini, tepat Pukul 2 Dini hari, aku akan segera kabur dari Asrama ini. Pergi entah kemana. Tak tahu. Mungkin tidur sementara di Apartemen murah disekitar sini. Eh, salah, maksudku, dijauh sini. Berbekal Hp, Pakaian, sedikit uang dari hasil Jualan dan Menulis, aku akan segera berangkat menuju Rumah Baruku. Uangku tak cukup untuk menumpang pesawat, pergi menuju Indonesia. Tapi cukup untuk tinggal sementara di Apartemen kecil. Mungkin, sepekan. Ditambah jadwal makan.

Hujan deras menyambutku diluar sana. Aku berlari kecil menuju halte Bus. Terdapat Bus yang memiliki jadwal Malam hari ini. Persis sekali dengan waktu aku kabur.

10 menit lagi, Bus itu akan sampai. Selagi menunggu, aku akan mencari Apartment di ‘jauh’ sini. Beberapa menit, aku menemukan tujuan yang cocok. Jauh, dan Murah. Faber Apartment.

Teet! Suara Bus terdengar. Lampu depannya menyala terang.

Heh, Lembaran lamaku telah tertutup. Dan kini, aku akan membuka lembaran jejak baruku.

...

Assalamu'alaikum, teman-teman Sasisabu!

Jumpa lagi deh, sama Lily's Adventure nya. BAB 11.

Kalau kalian suka, komen, ya. And, jangan lupa share ke teman-teman kalian. yang belum tahu Awal cerita Lily, hayuk, baca dari Bab Pertama!!

Bagi kalian yang mau menghubungiku, lewat nomor 0818502220 dan email [email protected]

Dadaaaahhh!!!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ada sedih... bangettttttttttt

16 Oct
Balas

aku takunya tuh, gak menghayati. kkkk

17 Oct

Bagus², lanjut dan Ganbatte!

16 Oct
Balas

terima kasih, kak. Ganbatte bahasa jepang, ya? = semoga berhasil (benar kah?)

17 Oct

Bisa juga diartikan "Semangat!" Atau "Berusahalah!"

18 Oct

Sekalian nanya, kapan lanjut? Penasaran ╥﹏╥

18 Oct

duh, aku gak tau juga nih, selesai kapan. sebentar lagi. lagi banyak kerjaan.

18 Oct

eh, lily 12 dan 13 diapus ya?

05 Nov

yeah. aku mau post nya sebagian aja. gak seru klo semuanya. harus beli bukunya dulu klo mau baca semuanya (maaf, maaf). nanti kyk bajakan dong, jadinya. jd setengah aja, deh

06 Nov



search

New Post