Shafira Azkiya Labiba

Hanya seorang remaja dengan khayalan yang melalang buana hingga negeri Inazuma. I tell myself by writing. Can I be your friend? https://www.wattpad.com/user/Te...

Selengkapnya
Navigasi Web
Aku, Janji, dan Mimpi
09-01-2023

Aku, Janji, dan Mimpi

Impian? Semua orang memilikinya. Menurutku. Jika ia tidak memiliki suatu tujuan dan jalan untuk ditapaki, rasanya seperti seonggok tubuh tanpa kehidupan. Luntang-lantung tidak karuan.

Aku bertemu dengan seorang anak kecil. Impiannya sederhana. Namun, aku tak menyangka. Di hari pertama aku bertemu dengannya, dengan senyum bahagia,

Inilah aku. Dengan janji. Juga mimpi.

Dia banyak bercerita. Tentang keluarga, teman, apapun itu yang ada didalam kehidupannya. Semua keluar dari mulut kering nan pecah itu. Wajahnya yang pucat tidak bisa menutupi lukisan senyum mentari itu.

Pendengaranku getir ketika aku mendengarkan kisah darinya. Rasanya ada yang mengganjal di hatiku ketika semua cerita itu masuk kedalam ingatan juga hati. Bibirku menarik senyum tipis.

Dunia mereka sungguh luas. Imajinasi yang melayang diatas kepala. Semua yang tidak bisa, mereka yakin bisa melakukannya. Keberanian akan mencoba. Kebahagiaan sederhana yang mampu membuat mereka tertawa.

“Jadi, ketika kamu berbicara tentang mimpi. Apa mimpi mu?” Aku bertanya kepadanya. Senyum itu semakin mengembang.

“Aku mau sembuh. Biar bisa sekolah, bermain sama tetangga sebelah rumah. Terus, mau jadi orang yang bisa menyebarkan kebaikan. Mau jadi superhero biar bisa membela kebaikan dan mengalahkan kejahatan!” Katanya dengan semangat tinggi. Aku tertawa pelan. Ada getir menyedihkan dibalik itu.

Kakinya bergerak dengan konstan. Tidak bisa diam. Mengayunkannya. Wajah cerah yang bersinar. Layaknya mentari bagi kehidupan. Angin menerpa wajahku. Rasanya sejuk. Dengan kicauan burung dari dahan pohon yang tak jauh dari sana.

“Kalau kakak?” Dia bertanya dengan muka polos dan rasa ingin tahu. Aku tersentak dengan hal itu.

“Tidak ada.” Jawabku singkat.

“Eh, kenapa tidak? Padahal dengan mimpi dan tujuan itu kakak bisa mengerti apa itu kehidupan.” Dia mengeluarkan pendapatnya. Aku hanya menatapnya nanar.

“Memangnya, untuk apa aku hidup?”

“Kata pak ustadz, kita hidup disini cuman cobaan. Terus perjalanan kehidupan kita bakalan direkam gitu. Nah, kakak harus berusaha biar rekaman kakak layak dilihat banyak orang di dunia sana. Masa yang dilihatin malah berantem, tawuran, bertengkar? Itu nggak keren. Permulaannya dari mimpi, aku pengen berbuat kebaikan karena pengen nyebar kebaikan itu.” Dia berkata dengan semangat. Aku sendiri tidak bisa memprediksi jawabannya. Kupikir akan seperti orang diluar sana.

“Hmm… mungkin mimpi kakak, dimulai dari yang sederhana dahulu. Seperti makan mixu* misalnya?” Rasanya perkataanku seperti tergantung terbawa oleh angin. Ia menatapku lekat-lekat. Kemudian tertawa pelan.

Setelah menyelesaikan tawa kecil itu, dia mengeluarkan suaranya, “kakak lucu ya? Aku sendiri pengen makan es krim. Tapi itu sudah ditulis dalam daftar hitam. Aku alergi susu. Hmm… tinggal bikin es krim yang bukan dari susu sapi saja jika begitu!” Kalimat terakhir ia teriakkan dengan semangat. Aku menyuruhnya untuk menurunkan suaranya. Gawat kalau ada lansia jantungan lewat. Untungnya taman ini masih tergolong sepi.

Kekehan pelan keluar dari mulutku. Mendengarnya, terasa ada sesuatu yang mencair di hati. Entahlah, aku tidak mengerti. Rasa hangat yang menjalar di dada. Kemudian menarik senyum. Tulus.

“Yeaaayyy! Kakak akhirnya senyum juga. Tahu nggak? Dari tadi mendung kayak mau hujan. Datar banget kayak papan tulis. Hehe…” Perkiraanku, dia masih berumur 8 tahun. Pikirannya melampaui orang dewasa. Memang benar. Anak-anak adalah pengajar terbaik dalam hidup kita. Kupikir itu hanya bualan dari orang yang mengatakan dirinya motivator atau apalah itu. Sekarang, aku mengerti.

Langit itu melukiskan jingga. Semburat kemerahan tergambar disana. Burung layang-layang terbang dengan ritme kompak menghiasi langit itu. Gerombolan awan dengan pucat ungu itu menjadi satu. Matahari dengan jelas terlihat tenggelam disana. Keindahan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

“Kak.”

“Hmm?”

“Janji ya?” Dia mulai mengeluarkan jemari kelingking. Aku terheran.

“Eh… janji kenapa?” Dengan ragu aku mengeluarkan kelingking. Menggantung, tidak ada yang menautkan jari kecil itu.

“Pokoknya harus tetap bermimpi. Tetapkan tujuan. Jangan lupa baca bismillah. Biar aman damai tentram. Tancap gas, pasti nggak ada kecelakaan.” Tetiba saja dia menautkan kelingking itu. Tertegun. Wajahnya menunjukkan keyakinan tersendiri. Tanpa sadar, aku terpacu dengan hal tersebut.

“Iyadeh. Kakak janji.” Senyuman itu kembali terbit. Aneh. Dalam hidupku aku jarang sekali menarik bibir untuk menunjukkan emosi tersendiri.

Dibawah bayang-bayang langit yang makin gelap. Aku duduk disampingnya. Bercerita tentang apa saja. Mimpi dengan tujuan yang berjalan kesana. Lurus dengan cobaan berbeda-beda.

Aku mengusap rambut pendeknya itu. Sama seperti adik lelaki ku. Bau obat memasuki penciuman. Rasanya, tidak asing. Seolah-olah aku pernah mencium bau yang sama.

Ah, aku tersadar.

Langit yang sama. Suasana yang sama. Namun, ada yang sedikit berbeda. Kejadian itu sudah lama. Dia, sudah tiada. Berada diatas. Sekarang, aku memainkan memori itu kembali. Rekaman menyenangkan juga pahit tersembunyi.

Taman rumah sakit yang sama. Tidak pernah berubah. Mungkin hanya kondisinya yang lebih terawat. Aku melangkah pergi. Sejenak angin menerpa wajahku kembali. Aku melihat senyum mentari itu kedua kali. Gambaran ia melesat. Kemudian menoleh kearahku. Senyum itu tetap terbit. Dengan optimis yang tinggi.

Aku mewujudkan cita-cita yang kuimpikan sejak dahulu. Dokter. Lebih tepatnya psikolog. Mendengar curahan hati orang lain. Mereka yang memiliki masalah dalam kehidupan. Berkata tidak memiliki mimpi dan tujuan. Menyakiti diri sendiri. Semua ragam kehidupan perlahan menemui.

Tidak mudah menjalani itu. Terkadang ingatan buruk akan sekelebat datang. Merangsek pikiran juga akal sehat. Tujuan dan impian menyelamatkan ku atas aksi gila yang pernah kulakukan.

Semua itu terwujud. Ketekunan dan kedisiplinan. Aku masih mengerti akan perjuangan setiap malam dengan setumpuk buku tebal. Melampaui batas orang-orang biasa. Janji itu selalu kuingat.

Kehidupan hangat menanti. Aku merasakan kebahagiaan tersendiri. Sudah lama. Aku tidak terpaku dengan itu semua. Diluar banyak yang menungguku. Semua orang-orang hebat yang membantu mewujudkan impianku.

Aku tidak sendiri. Ini juga bukanlah hoki. Semua akan terbalas. Aku bersyukur. Seandainya saja… tidak. Semuanya sudah ditentukan. Oleh pilihanku. Juga takdir tuhan.

Terduduk dengan salah satu pasien. Tatapannya kosong. Tidak ada tanda kehidupan yang terpancar dari sana.

“Jadi, kalau aku boleh bertanya. Apa impianmu?” Tanyaku padanya. Dia membuang muka.

“Aku tidak perlu hal seperti itu.” Mendengar hal yang sama, membuatku tersenyum. Sudah banyak orang yang selalu datang mengatakan hal ini kepadaku. Segera, aku berjalan menuju lemari es. Tidak salah.

“Es krim itu enak lho. Makanlah.” Menyodorkan makanan dingin itu. Dengan ragu ia memakannya. Sejenak aku dapat melihat pancaran kehidupan dari matanya. Walaupun redup kembali.

Menghela nafas, aku berkata, “semua orang memiliki sesuatu yang suatu saat ia akan capai. Buatlah hal sederhana. Sebelum kejadian besar mengubahmu. Impian itu tidak semuanya terwujud. Namun dengan impian, kau bisa terus hidup.”

Sejak saat itu, aku tersadar. Tidak ada yang tidak mungkin. Semua bisa terwujud. Dengan suatu impian juga usaha besar. Terimakasih. Kau telah mengubah hidupku. Perbicaraan singkat di langit jingga kala itu. Menguak hati, impian, juga tujuan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post