Kriing.. Kriing.. Kriing, jam istirahat telah berbunyi, semua anak mulai berhamburan keluar dari kelas. Sebagian menuju kantin, sebagian lagi bermain. Anggraini, Maya, dan Tiara pergi menuju kantin yang berbeda. Setelah membeli jajan, mereka mencari tempat duduk yang nyaman.

“Hei!, ini tempat dudukku!” Kata Maya.

“Aku yang dapat tempat ini duluan!” Lawan Tiara.

Anggraini bingung, ia tak tahu apa yang harus ia lakukan untuk menghentikan pertengkaran kedua temannya itu. “Hei, hei, sudahlah. Malu kalau dilihat orang!” Kata Anggraini akhirnya. Tetapi, mereka tetap bertengkar. Mereka tak mau mengalah satu sama lain. Akibatnya, pertengkaran masih terus berlanjut.

“Sudahlah, menyerah saja!” Kata Tiara tak mau mengalah.

“Tidak akan!, seharusnya, kau yang mengalah!” Balas Maya tak mau kalah.

Anggraini berpikir, “Yah, setidaknya biarkan saja sampai mereka kewalahan” Pikirnya. Tapi, kemudian ia berubah pikiran. “Tunggu, bagaimana kalau sampai bel pulang berbunyi mereka masih marahan? Bisa-bisa, pertemanan kami putus selamanya!” Pikirnya lagi.

Anggraini Sudah sangat bingung. Ia sudah kewalahan untuk berpikir. Akhirnya, bel masuk kelas pun berbunyi.

Mereka pun tak jadi makan. “Tuh kan, gara-gara kamu aku nggak jadi makan!” Ucap Tiara.

“Enak saja!, itu tuh gara-gara kamu yang ngambil kursi-ku tanpa izin!” Ujar Maya marah.

“Ya kamu tuh enak saja!, ini tuh kursi-ku!” Tambah Tiara tak mau kalah.

'' Ya Sudah, sudah. Bel sudah berbunyi. Tanda kita harus masuk ke kelas.” Anggraini menengahi.

“Tuh kan!, coba kamu mau ngalah kaya' Anggraini!! Tiara menambahkan.

“Kamu tuh yang harusnya ngalah!” Kata Maya yang sudah sangat marah.

Anggraini sudah masuk ke kelas. Lalu ia melaporkan hal itu pada wali kelas mereka. “Pak, Maya dan Tiara bertengkar! Sekarang mereka tak mau masuk kelas!” Lapor Anggraini.

“Oh ya?, dimana mereka sekarang? Akan saya hukum mereka!” Jawab Pak Guru.

“Di depan kantin, Pak!” Balas Anggraini.

Pak Guru segera berlari menghampiri Maya dan Tiara. Pak guru segera menasehati mereka dan menghukumnya. “Apa-apaan kalian ini!. Sudah besar kok masih bertengkar!” Kata Pak Guru.

“Ini pak! Dia mengambil kursi saya!” Tiara menjawab.

“Enak saja!, aku yang duluan mendudukinya!” Tambah Maya Pertengkaran dimulai lagi.

Pak Guru mulai pusing. “Sudaah!!. Begini saja, kalian bapak hukum berdiri di sini sampai pulang!” Ucap Pak Guru. “Selama itu, kalian tidak boleh bertengkar!. Kalau kalian masih bertengkar, kalian harus memunguti sampah yang ada setiap ruang kelas!” Tambah Pak Guru.

“Baik, Pak” Jawab Maya dan Tiara.

Anggraini bergumam, “Apa mereka akan baik-baik saja, ya?” Gumam Anggraini.

“Hei, Aku… Aku.. mau minta maaf atas kejadian tadi” Kata Tiara.

“Aku juga minta maaf. Maaf atas kesalahanku. Kurasa itu memang kursi-mu” Ujar Maya.

“Tidaklah, itu adalah kursi-mu. Harusnya, aku mengalah” Tambah Tiara.

“Aku memaafkanmu” Ucap mereka secara bersamaan.

“Maukah kau berteman denganku, lagi?” Tanya Tiara.

“Tentu saja mau. Aku akan menjadi temanmu… selamanya” Jawab Maya.

Pak Guru datang menghampiri, lalu ia berkata, “Baiklah. Kalian boleh masuk. Bapak melihat kelakuan kalian selama berdiri disini tadi” Kata Pak Guru.

“Terima Kasih, Pak” Kata Maya dan Tiara.

“Ya, sama-sama” Balas Pak Guru.

“Hei, ternyata berteman itu menyenangkan, ya” Ujar Maya.

“Iya. Dan kau adalah teman terbaikku” Ucap Tiara, Mereka pun berpelukan.