Rhaisy Naifa Hasanah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
BAB 1

BAB 1

Mentari telah bersinar terang. Sinarnya masuk menyilaukan pandanganku. Ini Hari Minggu, dimana aku dan Papa sedang menuggu kedatangan Rivan dan Mama dari Malang. Aku sudah lama tinggal di Jakarta bersama Papa. Sedangkan Rivan memilih tinggal bersama Mama di Malang. Minggu lalu Mama menelpon kalau beliau dipindahkan kerja ke Jakarta. Senang sekali rasanya jika bisa kumpul lagi. Sangat rindu rasanya bercanda dengan Rivan.

Aku dengar kabarnya satu bulan yang lalu Rivan berhasil menjuarai Olimpiade Nasional di Malang. Rivan dikenal sebagai murid yang Cerdas dan Pintar di sekolahnya. Rivan, adalah adik laki-lakiku yang berumur 15 tahun. Ia memiliki tubuh mungil dan tinggi badan yang kurang dari 140 cm. Sejak usia 10 tahun ia tidak bertambah tinggi lagi. Ia berbadan kecil dan mungil tidak membuatku benci atau sungkan suka padanya. Sebagai kakak, aku tetap menyayanginya.

***

Jam 12:00

Di rumah hanya ada aku dan Papa. Suasana sangat sepi. Angin berlalu dengan desis khasnya. Langit terlihat mendung dengan gumpalan awan awan hitamnya yang menyerupai bulu domba. Belum ada kabar dari Mama dan Rivan. Aku bingung ingin melakukan apa.

Tak lama kemudian, terdengar suara azan, yang artinya sudah masuk waktu sholat. Segera aku mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat zuhur. Selesai sholat ku angkat tanganku, ku tundukkan kepalaku, lalu aku berdoa agar Mama dan Rivan diberi keselamatan di perjalanan. Seusai sholat kulipat mukenaku dan ku simpain baik baik di bawah meja belajarku.

Kemudian ku ambil laptop ku yang kusimpan di dalam meja belajar untuk menonton film. Menonton film merupakan hal yang sering ku lakukan untuk mengisi waktu gabutku. Sembari menonton film yang kusukai, tidak lupa ku mengambil cemilan agar suasananya seperti nonton di bioskop.

Setengah jam berlalu.. Tiba-tiba terdengar hapeku berbunyi. Ku ambil secepat kilat lalu kulihat siapa yang menelfon. Kukira mama, ternyata bukan. Ku menatap ke langit mendung yang sudah mulai menurunkan setetes demi setetes airnya. Aku mencoba menenangkan diri dan fokus terhadap film yang ku tonton saja. Ku taruh hapeku ke atas meja. Tidak lama setelah itu, hapeku bergetar. Ku lihat ada notifikasi pesan yang masuk. Ku biarkan begitu saja. Tetapi Hapeku mengirimkan sinyal getaran ke otakku, dan menyuruhku untuk melihat isi pesannya. Ku ambil hapeku, kulihat cepat-cepat pesan tadi. Ternyata dari Rivan! Akhirnya kabar yang kunanti telah datang. Di dalam pesannya ia bilang kalau pesawatnya dilay karena cuaca yang sedang tidak bersahabat.

Mata ini mulai meneteskan air matanya. Ku coba menghapus air mataku yang jatuh perlahan-lahan. Film yang ku tonton memang sedih, membuatku teringat kepada Rivan. Hancur berkeping-keping hati ini rasanya jika aku yang menjadi kakaknya di film ini. Ku tonton film itu sampai selesai.

Satu jam berlalu, ku mematikan laptopku, lalu kusimpan dengan baik. Mataku sudah lelah menatap layar. Aku memutuskan untuk tidur siang di kasur baruku nan empuk.

***

“ Ressy bangun.. “ ku dengar suara yang tidak terlalu asing bagiku.

Berat rasanya untuk membuka mata. Ku sambar gulingku lalu aku terlelap kembali. Seperti ada alunan kalbu yang ingin membangunkanku. Suasana hangat sore semakin mendukung agar aku bangun. Perlahan lahan aku kumpulkan jiwaku, lalu kubuka mataku.

Terlihat mentari sore nan indah menyinari sudut sudut kamarku. Ku rapihkan tempat tidurku, lalu beranjak ke kamar mandi. Saat berjalan ke kamar mandi, seperti ada hawa yang berbeda menyelimuti tubuhku. Sudah tidak ada lagi angin hampa dengan desisnya yang membuat rumahku sunyi dan sepi.

Segera aku mencuci muka lalu turun ke lantai 1. Betapa kagetnya aku setelah melihat ada beberapa koper tergeletak di ruang tamu! Ingin ku berteriak sambil melompat lompat girang, tapi rasanya sudah tidak wajar di umurku yang segini. Seperti ada awan kelabu yang menyelip di hatiku, ada rasa menyesal dan bersalah pada diriku sendiri karena tidak menyambut kedatangan Rivan dan Mama tadi.

Lamunanku tadi seketika buyar. Ada sosok laki-laki kecil yang mengagetkanku dari belakang.

“ DARR!! “ sontak, aku kaget bukan main.

“Rivann” spontan aku langsung memeluk tubuh mungilnya.

Keluar Mama dan Papa dari Kamar karena mendengar keributan dari ruang tengah.

“ Eh Kakak udah bangun” Celetuk Mama.

Aku langsung menoleh dan berlari, lalu aku menyalami dan memeluk mama. Mama juga memelukku begitu erat. Kangenku selama ini terobati dengan pelukan sehangat wedang jahe.

***

Jam 16:30

Mama menyuruhku bergegas untuk mandi karena hari sudah semakin sore. Diterjang angin kalbu kemalasan, membuatku semakin malas kalau disuruh mandi. Ku pandang langit biru kemerah-merahan dengan mataharinya yang masih bersinar seperti hatiku hari ini. Ku sambar handuk, lalu bergegas aku pergi mandi. Entah mengapa hari ini aku ingin mandi segera. Seusai mandi, aku melaksanakan sholat ashar dahulu sebelum aku lanjut membaca novel favoritku.

Semilir angin nan lembut membuatku semakin malas tuk berpindah dari balkon. Sementara itu Rivan sudah memanggilku berkali-kali untuk masuk karena ia akan menutup pintu balkon. Yasudahlah aku tidak ingin adik kesayanganku menyelipkan awan hitam di hatinya. Karena jika aku tidak mengalah bisa saja Rivan mengamuk. Aku berjalan meninggalkan balkon dengan penuh kemalasan. Berpindah ke kasurku nan empuk. Sambil ditemani sang surya yang akan tenggelam.

Aku masih asyik membaca novel sembari menunggu waktu maghrib. Tak terasa senja menjadi petang. Azan maghrib telah berkumandang, bergegas aku mengambil wudhu dan melaksanakan sholat maghrib. Sesudah sholat maghrib tak lupa ku sematkan doa untuk kedua orangtuaku dan keluargaku.

Waktu menunjukkan pukul tujuh. Mama memanggilku dan Rivan agar segera turun untuk makan malam. Ternyata mama sudah memasak untuk makan malam ini. Ketika aku dan Rivan turun untuk makan malam, terlihat masakan mama yang baru diangkat dari kompor. Terlihat asap mengepul diatasnya. Baru Melihat masakannya, kita sudah bisa menebak kelezatan hidangan mama. Aromanya tak kalah sedap, itu sangat menggoda batinku ,sehingga kakiku meminta aku untuk menuruni tangga lebih cepat.

Sambil makan malam bersama dengan hidangan spesial dari Mama, Papa membuka topik pembicaraan.

“ Rivan nanti kamu sekolah di SMA nya kakak ya”

“ Jadwal Papa dan Mama akan sangat padat di tahun ajaran baru”

“ Siap pa” jawab Rivan sambil menguyah pergedel jagung buatan mama

Ressy dilanda kebingungan. Ada yang terlintas dipikarannya. Entah ia harus gembira atau sedih jika adiknya di terima di sekolah itu. Sekolah Ressy memang termasuk salah satu sekolah favorit di Jakarta.

Tetapi “ah sudahlah” batin Ressy.

Menatap langit malam yang indah karena sang rembulan, membuat hatinya sedikit lebih tenang. Ia tak ingin mengungkapkan apa yang terlintas di pikirannya itu.

***

Malam berganti Pagi. Minggu berganti Senin. Weekend berganti Weekday. Waktu sudah menunjukkan pukul 06:30. Sinar Mentari perlahan-lahan memasuki kamar. Udara sejuk pagi membuat semakin malas untuk membuka mata. Mama mulai membangunkan Rivan yang masih terlelap.

“Rivan ayo bangun” kata mama.

Rivan hanya membalik badannya lalu menarik kembali selimut kesayangannya. Mama menghela nafas pelan, mengerti akan lelahnya Rivan karena perjalanan kemarin. Hari ini Rivan akan wawancara untuk masuk SMA. Peraturan di SMA sangat ketat. Jika terlambat, kita hanya diberikan satu kali toleransi untuk masuk. Saat ingin test dan wawancara pun begitu. Dari awal, sekolah mempersiapkan calon siswa-siswinya untuk tertib dan disiplin waktu.

Mama mencoba membangunkan Rivan dengan halus. Rivan terbangun, ia segera merapikan tempat tidurnya. Lalu Rivan menyambar handuknya dan bergegas mandi.

Waktu sudah menunnjukkan pukul 07:15. Papa memastikan kesiapan Rivan sebelum berangkat.

“ Gimana van udah siap?”

“ Udah pa”

“Nggak terasa Rivan udah mau masuk SMA aja. Padahal kalau ketemu orang di jalan di sangkanya anak SD terus” batin Ressy geli.

Mama, Papa dan pamit karena akan berangkat mengantar Rivan. Sedangkan Ressy memilih menunggu di rumah, ditemani Bi Andri dan Pussy ( kucing kesayangannya). Cuaca hari itu sejuk, membuat Ressy semakin nyaman menikmati hari Senin sambil membaca buku novelnya di balkon. Angin sepoi-sepoi berhembus ditemani sang Mentari yang menyinari seluruh bumi ini.

***

Sesampai disekolah, papa memarkirkan mobilnya di bawah pohon rindang. Rivan keluar dari mobil, lalu berjalan ke arah papan pengumuman untuk melihat jadwal wawancara. Menurut jadwal, Rivan akan diwawancara pada pukul 10:15. Rivan melihat jam tangannya yang masih menunjukkan pukul 08:30. Ia memilih untuk mengelilingi sekolah itu. Sebelum memasuki koridor sekolah, ia menuju ke kantin terlebih dahalu untuk membeli minum. Dalam perjalanan menuju kantin, dengan tidak sengaja tubuh kecilnya menabrak seorang murid lelaki yang akan menjalani tes wawancara juga. Spontan hati kecilnya meminta agar Rivan segera minta maaf.

“ Maaf aku tidak sengaja” tutur Rivan dengan logat jawanya yang masih kental.

“ Kalau jalan itu liat-liat dek !” tegas lelaki tersebut

“ Iya kak Maaf” tutur Rivan lagi

Rivan beranjak pergi meninggalkan lelaki itu. Lelaki tersebut sempat memandang heran kepada Rivan. Dilihatnya nametag calon siswa yang Rivan pakai. “Anak kecil itu memakai nametag calon siswa?” batinnya heran. Spontan ia memanggil Rivan yang sudah berjalan meninggalkannya menuju kantin.

“ Hei kamu!” panggilnya

Spontan Rivan menoleh

“ Sini deh”, lanjut lelaki itu sembari mengayunkan tangannya kemari

Sempat heran dan akhirnya Rivan memutuskan berbalik lalu berjalan menuju lelaki tersebut

“ Ada apa kak?” tanya Rivan heran

“ Kamu calon siswa di sini ya? Siapa namamu?”

“ Eh iya, Namaku Rivan”

“ Oh.. kenalin aku Iqbaal Mukhaleed, panggil Iqbaal aja” sambil menjulurkan tangannya kepada Rivan sebagai tanda perkenalan.

Terjawab sudah rasa penasaran Iqbaal. Awalnya ia mengira Rivan itu anak SD yang ikut mengantarkan kakaknya wawancara. Ditambah lagi muka Rivan yang bisa terbilang “baby face”.

***

Wawancara berjalan dengan baik. Keluar dari ruangan, Rivan meminta pada Mama dan Papa untuk segera pulang. Mereka segera menuju ke mobil. Papa menyalakan mobil lalu mengendarainya dengan kecepatan sedang.

Walaupun hari ini tidak menguras banyak tenaga, Rivan merasa lelah. Tubuh kecilnya terbaring diatas jok mobil. Sepanjang perjalanan ia tertidur pulas. Ditambah dengan AC mobil yang sejuk, membuat Rivan semakin nyaman untuk tidur.

Sesampai di rumah, Mama dan Papa berusaha membangunkan Rivan. Tiada bisikan kalbu yang terdengar oleh Rivan. Tidurnya sangat pulas. Akhirnya Papa memutuskan untuk menggendongnya. Dengan mudah Papa menggendong sampai ke kamarnya.

***

Sang Mentari suda bersinar diatas langit yang cerah. Angin sepoi-sepoi berhembus berlalu dengan hawa panasnya. Membuat Es krim yang dimakan Rivan di balkon cepat meleleh. Bulan Juni ini memang cuaca sudah mulai panas. Apalagi di Jakarta.

Sekarang masih jam delapan pagi. Itu artinya satu jam lagi pengumuman kelulusan Rivan akan keluar. Mereka sekeluarga mengharapkan yang terbaik buat Rivan. Kalau dilihat dari nilai, sudah dapat dipastikan Rivan pasti akan lulus. Rivan anaknya cerdas. Tidak belajar pun nilainya tetap seratus. Tetapi kita tidak tau dengan nilai wawancara dan nilai sikapnya.

Di kamar Ressy, hanya terdengar degupan jantung ia sendiri. Entah mengapa ia yang khawatir, padahal adiknnya yang akan menerima kelulusan atau tidak. Ia memilih menenangkan diri sambil mendengarkan musik pop kesukaannya. Di sambut dengan nyanyian indah burung-burung yang sedang hinggap di jendela.

Tidak terasa satu jam berlalu. Mama yang sedang memasak tiba-tba tergerak mengambil ponselnya karena ada notifikasi yang masuk. Mama terlihat senang sekali setelah melihat isi pesan tersebut. Ressy yang hendak mengambil air dingin di kulkas, melihat kejadian tersebut. Karena penasaran ia bertanya pada mama.

“ Kenapa ma, Kok seneng banget ? ”

“ Iya nih, Alhamdulillah Rivan lulus kak”

“ Alhamdulillah” Ressy ikut senang, cuma ada sesuatu yang terlintas lagi dipikirannya.

***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Good

11 May
Balas

dibaca ya gais :)

11 May
Balas

Budayakan komenn makasii

11 May
Balas

Wow panjang sekali ceritanya

11 May
Balas

Haha tengkyu

11 May



search

New Post