Reika ayu maharani nawa mahardika

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Hartaku Paling Berharga

Tangerang, 22 April 2020, pukul 20.05. Bunyi dering telepon yang diangkat Papa membuatku merinding. Pamanku baru saja selesai mandi saat itu, karena ia baru akan berangkat ke RS untuk bertukar jaga dengan Mama. Sudah sebulan lamanya aku tak bertemu Oma. Oma sakit. Kanker serviksnya menjalar dan menyebabkan Oma harus dirawat di RS.

“Mas, Mami sudah pergi, Mas…..jangan berangkat dulu….tolong siapkan baju Mami yang sudah dipesannya, ada di lemari, “ suara Mama terdengar parau namun berusaha tegar, “Aku mau mandikan Mami dulu, tadi suster bilang untuk siapkan baju gantinya.”

Aku tak kuasa bicara, tapi air mataku mengalir deras. Teringat semua kenangan indah bersama Oma. Oma yang sudah merawatku sejak aku bayi, dan Oma juga yang tidur sekamar denganku. Aku memang kurang akur dengan Mama. Menurutku Mama terlalu keras mendidikku. Omalah tempatku untuk bercerita dan menangis. Tapi sekarang ia sudah pergi, ia meninggalkanku untuk selama-lamanya. Kenapa Oma? Padahal Oma berjanji untuk kembali ke rumah. Aku rindu tidur satu bantal dan memelukmu, Oma. Ya Tuhan, kenapa Oma meninggalkanku? Apa yang akan terjadi denganku?

Sulit bagiku untuk menerima semua ini. Apalagi aku memang orang yang tertutup. Aku hanya bisa bercerita dengan Oma, dan sekarang hilang sudah tempat perlindunganku. Malam itu, aku tak bisa tidur. Harum tubuh Oma masih melekat di peraduannya, dan aku menangis sejadi-jadinya sampai akhirnya tanpa kusadari aku sudah tertidur.

“Ka, mulai malam ini, kita tidur sekamar dahulu ya?” Mama mengajakku ke kamarnya. Akhirnya kami tidur berempat, Papa, Mama, aku dan adik kecilku yang baru berusia 3 tahun. Di situlah semua berawal. Hubunganku dengan Mama dan Papa makin membaik. Tiap malam kami saling menghibur dan menguatkan. Ternyata Mama juga mengalami masa yang sangat berat. Ya, mama pindah ke tempat kerja yang baru, yang ternyata penuh dengan tekanan. Adik kecilku masih suka bingung menanyakan kemana Oma? Malam-malam seterusnya diisi dengan komunikasi keluarga kecil kami.

“Ka, Ika masih mau tidur bareng atau udah mau sendiri? Udah sebulan ini?” tanya Mama.

“Ika masih mau bareng, boleh?” pintaku singkat.

“Boleh dong,” sahut Mama sambil tersenyum. Aku baru menyadari bahwa Mamaku memiliki pribadi yang hangat. Dibalik sifatnya yang sangat tegas dan keras, tapi ternyata beliau sangat lembut. Aku bahkan salut dalam hatiku melihat bagaimana Mama merawat Oma. Ia membuat peraturan di rumah bahwa kamar tidur tidak boleh dikunci. Awalnya kukira karena ia tak mau memberi kepercayaan. Ternyata, setiap malam, Mama mengendap-endap masuk ke kamar untuk mengecek keadaan Oma setidaknya 2 kali. Ia akan memastikan dulu aku tidur (padahal aku pura-pura tidur), kemudian bergerak mendekat dan bersujud di kaki ranjang Oma. Jika Oma terbangun, ia akan segera pura-pura mencari sesuatu di lemari samping.

Sudah setahun lebih sejak kepergian Oma, namun kami berempat masih tidur satu kamar. Sungguh aku bersyukur memiliki keluargaku yang selama ini tak kusadari sangat menyayangiku, Karena penyakit paru-paru Mama, tiap bulan setidaknya kami akan ke laut untuk terapi Mama. Semakin kurasakan kebersamaan keluargaku. Mama bilang setiap waktu itu berharga. Apalagi dengan keadaan pandemi sekarang ini, tiap hari selalu ada kabar duka. Dulu aku pernah menginginkan kehidupan teman-teman yang terlihat sungguh berkecukupan dan menyenangkan. Namun sekarang, jika ada yang menanyakannya padaku, tak akan kutukar walau denga apapun. Aku sangat bersyukur bahwa aku tak terlambat untuk menyadari hal ini,

Aku memang bukan puteri raja yang bergelimang harta. Tapi kehadiran Papa, Mama, dan adikku adalah harta yang paling berharga buatku. Dimanapun kami berada, bersama mereka, aku merasa berada di rumah…karena sekarang, Rumahku adalah Istanaku.

Reika Ayu Maharani Nawa Mahardika, akrab dipanggil dengan Ika, lahir tanggal 8 Agustus 2006. Saat ini baru saja lulus dari bangku sekolah menengah, SMPN 1 Kelapa Dua, Tangerang. Mulai suka menulis sejak mengikuti program Sasisabu DKI 2 (Satu Siswa Satu Buku). Penulis dapat dihubungi di 085714703996 (HP dan WA) atau melalui email [email protected].

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post