bagaimana orang tuaku membesarkan ku
Pada tanggal 19 September 2007, mamah meraskan sakit yang luar biasa, tepatnya setelah sahur pukul 4:10:37 dini hari,mungkin rasa sakit itu hilang seketika, ketika beliau mendengar langsung tangisan kecilku pada dunia, seorang anak pertama perempuan dari keluarga ayah, sekaligus cucu pertama perempuan dari keluarga ayah pula, dan juga cucu pertama perempuan dari keluarga mamah,tidak diragukan lagi seberapa kuat aku jikala dunia esok akan menghakimiku
hai dunia, sekarang aku disini, Rafa Naumira binti Faik Solihin. Ini ceritaku, bagaimana ketika orang orang hebat itu mampu membesarkan orang yang sangat lemah seperti diriku. Aku tidak pernah kecewa dilahirkan dari keluarga yang sederhana, bahkan keluarga sederhana mampu membuat keharmonisan, kala itu kebersamaan, harmonis, kasih sayang berpihak padaku, bisa dikatakan itu surga dunia bagi 'keluarga cemara' katanya...
Dulu ketika aku masih berumur 3 tahun, ayah pergi dengan bisnisnya di Surabaya, jelas cinta pertamanya ini sangat rindu kehadirannya, disaat beliau kembali, ayah membelikanku boneka monyet yang masih tertata rapi di lemari rumahku, selalu aku jaga dan tetap aku jaga.
Dahulu, disaat aku sudah mulai bisa berjalan, berlari bahkan berbicara aku adalah anak yang dikategorikan sebagai anak yang cukup aktif, nakal pada masanya, selalu saja mamah memarahi ku bahkan mencubitku sebagai hukumannya, tidak heran jika aku ada ketakutan pada beliau, namun berbeda dengan ayah, dari aku lahir, hingga umurku 15 tahun ini, aku tidak pernah mendengar ayah memarahiku, mencubitku atau apapun itu, dulu juga aku ingat ketika mama mencubitku, mama takut jika ayah tau,
karena pasti ayah akan mencari mamah dan memarahi mama ketika aku dicubitnya, tapi sekarang aku paham, apa alasan mama berbuat demikian, bukan karena membenci, itu adalah kasih sayang terhadapku, mama pernah bercerita ketika aku masih kecil ayah pernah berkata jika beliau tidak ingin putri kecil tumbuh besar, tumbuh dewasa, mungkin beliau tau malaikat kecil ini tidak sanggup menghadapi kerasnya dunia, disaat aku sudah mulai remaja pun ayah selalu bilang, jika tidak ingin aku terus tumbuh dewasa, beliau hanya ingin aku selalu ada pada pelukannya, gendongannya, dan tidak akan memberikanku pada siapapun ( menikah ) bucin sekali ya ayah aku ><
Mama juga pernah bercerita jika ayah pernah mengatakan klo aku sudah besar nanti dan sudah memiliki pacar, sekitar umur 17-20 tahun, ayah tidak mau aku kenapa kenapa, jadi setiap aku bertemu dengan 'doi' ayah akan mengikuti ku dimana aku pergi kemanapun ntah kapan ayah akan pasrah denganku, beliau selalu berpikir jika aku masih kecillll terus hummm.
Jika mama, wanita ini adalah salah satu orang yang sangat cerewet yang pernah aku temui pertama kali, tapi jangan salah, sekarang aku sangat rindu dengan ocehannya itu, cubitannya, marahnya, dan semua tentang dirinya, dulu ketika aku berumur 5 tahun, aku selalu menangis bagaimana jika suatu saat aku akan ditinggalnya sendiri (meninggal) aku selalu berpikir tidak sanggup untuk hidup tanpa wanita cantik satu ini, rumah tanpa lampu saja gelap, lalu bagaimana jika rumah tanpa seorang ibu? Jangan ditanyakan.
Mama pernah berjanji jika beliau akan terus menemani ku sampai aku kuliah, menikah, punya cucu, hingga mati pun bersama ucapnya. Namun negatifnya dia pergi, jauh sekali, hanya pulang beberapa tahun sekali, ini alasanku mengapa aku selalu merindukan ocehannya itu, jauh sangat jauh, tapi tenang, kita saling bertukar kabar melalui handphone, walaupun jauh, tetiaku selalu ada pada benaknya, begitupun sebaliknya.
Dulu aku adalah anak yang sangat beruntung, ketika kinder Joy saat itu harga lagi mahal mahalnya, mereka berdua sudah memberiku makanan itu, ketika eskrim Magnum yang saat itu masih seharga Rp 16.000 mereka juga bisa membelikanku, ketika aku tidak bisa tidur dimalam hari, selalu diajaknya untuk mengelilingi kota dengan motor Supra kala itu, tidak bisa dijelaskan bagaimana bahagiaku saat itu yang diselimuti dengan kebersamaan.
Takdir Allah tidak bisa ditebak, bahkan rencana-Nya jauh lebih indah dibanding hambanya, kebersamaan itu hancur seketika, ketika aku duduk di bangku SD, mamah ayah cerai, dunia ku pun ikut hancur, bahkan sampai detik ini, mungkin saat ini KK ku ikut dengan ayah, karena hak asuh anak jatuh pada beliau, tetapi bukan berarti aku tidak bisa menghubungi mamah lagi, hanya saja keadaan yang berbeda, ketika aku harus menyaksikan langsung pernikahan ayah, dan juga melihat langsung kemesraan mamah di media sosial, sudah cukup membuatku sangat rapuh.
"Terima kasih tuhan sudah memberikanku kebahagiaan, walau hanya sementara, rencanamu lebih indah, hamba percaya".
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar