QOIS ACHMAD TSAQIF AT TAHRIR

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Kembalikan Masa Lalu, Kami Rindu Bersua

Kembalikan Masa Lalu, Kami Rindu Bersua

Oleh Qois Achmad Tsaqif At Tahrir

SD Luqman Al Hakim Nganjuk Jawa Timur

Dulu ketika Covid-19 belum merajalela, aku dapat belajar bersama teman-teman, juga bertemu guruku. Bisa bercanda dan bermain bersama. Sahabatku bernama Keenan. Dia selalu menemaniku belajar, bermain dan bersenang-senang.

Rasanya aku ingin kembali ke masa-masa itu. Aku merindukan semuanya. Karena pandemi Covid-19 menjadikan kami tidak bisa bertemu lagi. Kami tidak bisa belajar di sekolah lagi. Tapi karena kecanggihan teknologi, kami sekarang dapat bertemu melalui video call.

Sekarang kami mengerjakan tugas secara online (daring). Tapi ada satu kelemahan, yaitu membutuhkan koneksi internet yang kuat. Tidak semua siswa memiliki wi-fi karena sebagian tinggal di pedesaan. Untuk mengatasi hal itu, guruku memiliki solusi. Saat luring, siswa masuk sekolah berdasar nomor absen secara ganjil, genap.

Aku mengingat masa dimana aku datang seperti biasa di sekolah. Lalu datanglah Faiq yang membawa sepedanya. Aku bertanya kepadanya, apakah itu sepedanya? Dia menjawab iya, dan berkata kenapa aku bertanya.

Aku menjelaskan jika aku tidak bisa menaiki sepeda. Dia dan hampir semua temanku kaget. Setelah itu mereka menertawaiku. Akupun mencoba menaiki sepeda Faiq, tetapi berkali-kali aku terjatuh.

Dia pun bertanya, kenapa aku berkali-kali jatuh. Kujelaskan kepadanya jika ayah, ibu, dan kakakku tidak pernah mengajariku. Mereka tidak punya waktu, karena terlalu sibuk.

Tak hanya tentang belajar sepeda. Cerita tentang outbound-ku, dimulai dari surat dari sekolah yang diberikan kepada semua siswa, dan kami diminta memberikannya kepada orang tua.

Sesampainya di rumah, kuberikan surat itu kepada ibuku. Beliau bertanya tentang kesediaanku. Aku bersedia dan akhirnya mengikuti kegiatan outbound.

Ketika itu, di sekolah ada sebuah truk. Seorang siswa bertanya, buat apa truk tersebut. Seorang guru (ustadz) menjelaskan bahwa truk tersebut akan digunakan untuk mengantar kami ke lokasi outbound.

Aku pun naik truk bersama teman-temanku. Kurasakan bak truknya agak kesempitan karena berisikan sekitar 200-an siswa. Ketika sampai di lokasi, ustadz membagi kami menjadi sekitar 10 tim.

Seingatku, aku ada di tim tujuh. Outbound saat itu dilaksanakan di sawah. Ketika sampai di tengah perjalanan, aku ketinggalan timku. Aku bilang pada ustadz dan beliau menganjurkan aku mengikuti saja tim lain.

Di akhir kegiatan itu, aku melihat ibuku. Aku berlari sambil menangis, dan berkata kalau aku tidak mau ikut outbound lagi. Sebab selama dalam perjalanan aku terjatuh di lumpur. Selain itu, hal yang paling tidak kusuka adalah tubuhku berbau seperti kotoran sapi.

Selain cerita seru yang membuatku rindu bersua, ada satu lagi ceritaku. Cerita tentang manasik hajiku. Seperti manasik haji biasa, tapi setelah selesai aku tidak bisa menemukan ibuku.

Lalu ibu Keenan datang dan bertanya kepadaku, apakah aku belum dijemput. Aku pun menjawabnya. Keenan dan ibunya menemaniku hingga ibuku datang. Keenan mengajakku membeli mie instan, lalu aku dibelikan satu.

Aku kepedesan ketika makan mie itu. Lalu kuberikan pada temanku. Aku dibelikan satu lagi, lalu tiba-tiba ibuku datang. Akhirnya mie-ku kumakan di perjalanan pulang.

Saat kegiatan luring beberapa bulan lalu, setiap Sabtu aku muroja'ah surat-surat dari juz 'amma untuk kelas empat. Setelah selesai muroja'ah aku mengobrol sedikit dengan Ustadz. Ustadz bilang, akan dibuatkan gazebo di sekolah yang akan dipakai buat nongkrong saat istirahat.

Kini aku kembali belajar di rumah. Aku mengerjakan tugas secara online (daring). Kadang beberapa tugas yang aku kerjakan lupa aku kirimkan ke ustadz. Sekolah secara online membuat hasil tugas tidak selalu benar, karena tidak dibimbing gurunya. Juga tidak ada waktu secara langsung untuk membahasnya.

Sekolah secara online kurasa tidak terlalu nyaman, karena sering terdapat kesalahan baik secara digital maupun bukan. Hal itu membuatku rindu bersua dengan teman, guru dan sekolahku.

Banyak hal yang kurindukan. Masa-masa yang lampau, kembalilah. Agar semangat belajar kami kembali lagi seperti dulu. Belajar bersama teman-temanku, makan bareng dan berlomba pada saat tertentu.

#Naskah Lomba Menulis Maret 2021

Tema Lomba : Kami Rindu Bersua, Pengalaman Belajar Daring

Nganjuk, 6 Maret 2021

PROFIL PENULIS

Qois Achmad Tsaqif At Tahrir dilahirkan di Nganjuk, pada tanggal 9 Maret 2011. Dia adalah anak dari ayah Achmad Kanapi, S.Ag. dan Ibu Nurrohmah Puji Mastuti, S.Pd. Bungsu dari tiga bersaudara ini sudah menduduki kelas empat di SD Luqman Al Hakim Kabupaten Nganjuk Jawa Timur. Kegemarannya pada angka dan pernah beberapa kali mengikuti lomba dan kejuaraan dalam bidang matematika dan IPA tidak menyurutkan kegemarannya untuk terus berburu buku. Dia juga sudah pernah mengikuti pelatihan Sasisabu di Media Guru. Saat ini masih aktif menulis di blog sasisabu, di tengah kesibukannya daring di masa pandemi Covid-19, dan beberapa kali termasuk penulis populer. Salah satu pemenang dalam lomba menulis Nopember 2020 dengan tema Anak Indonesia Cinta Buku ini sangat menyukai komik dan buku cerita serta beberapa buku lainnya tentang sains. Penulis bisa di hubungi di nomor WA Ibu 081294508377 dan email Ibu [email protected].

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post