Qanita Zahra

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Dua Sisi, Pesimis dan Optimis
Dok.MG

Dua Sisi, Pesimis dan Optimis

Dua Sisi, Pesimis dan Optimis

Menulis...? Begitu kudengar kata itu, ada dua sisi dalam pikiran langsung beradu. Si Pesimis dan Optimis. Si pesimis membuatku memiliki rasa malas yang tak terkira sedangkan si optimis adalah kebalikannya. Menulis sesungguhnya adalah langkah penting dalam membuat novel idamanku.

Gaung di kepala menyebutkan si pesimis menyuruh berhenti menulis disisi lain si optimis menyuruhku untuk tetap semangat. Begitu selanjutnya hingga kepala terasa berat, aku terjebak dalam siklus yang terus berulang, antara rasa malas dan terus bergerak. Mana yang akan kupilih...?

Begitu juga saat mendengar guruku meminta untuk menulis. Kedua sisi yang saling berlawanan ini menghujam pikiranku, bisikan mereka terus merayap ke sekujur tubuh, menyuruhku untuk menuruti salah satu dari mereka. Tapi, suatu saat, si pesimis menang. Aku menjadi membenci permintaan guruku untuk menulis, menganggap semua itu sangat menganggu. Dan akhirnya, aku menolak permintaan guruku untuk menulis.

Namun, tiba-tiba aku tersadar akan sesuatu. Kenapa aku menulis? Apakah karena aku disuruh guru? Atau karena kepopuleran semata yang dimiliki oleh penulis terkenal? Oh tidak, menulis adalah sesuatu yang berharga bagiku. Tanpa menulis, novelku tidak akan jadi. Tanpa menulis, dunia ajaib yang ada di imajinasiku tidak akan pernah ada.

Diriku yang berumur tiga belas tahun tentunya akan sangat kecewa, karena aku tunduk kepada si pesimis sehingga mengakibakan kemalasan berkepanjangan. Karena itu, si optimis kembali merangkak naik kepermukaan hingga si pesimis menghilang.

Mendengar kata menulis bagi si optimis menjadikan lebih menyenangkan. Permintaan guruku untuk menulis bukan sebagai bentuk kebencian namun kini berubah seratus delapan puluh derajat.

Perjalanan dalam menulis sangatlah berliku, maju dan mundur karena dua sisiku. Namun, aku tak akan menyerah begitu saja. Hahah, mungkin saja, si pesimis terlalu protektif. Bisikannyapun cenderung membuatku takut dalam mengambil tindakan, mengatakan bahwa menulis itu layak untuk dibenci dan dilupakan karena menghabiskan banyak waktu.

Membuat sebuah tulisan di kamar atau dimana saja adalah tidak baik. Tentu saja, si optimis membuatku berani dan mengatakan bahwa mengambil langkah perlahan tidak apa, hasil yang tidak menentu itu justru adalah sesuatu yang indah dalam dunia penulis, ketidaktentuan tersebut bisa berubah menjadi karya yang indah, rangkaian kata di dalamnya bagai suatu mantera untuk dunia baru didalam buku.

Jadi, aku mengambil laptopku untuk menulis dan kembali berjalan menuju jalan penuh ketidakpastian, dengan si optimis dan si pesimis berjalan di sampingku.

Perjalanan J. K Rowling dalam menulis menunjukkan bahwa imajinasi penulis itu sangat luar biasa. Namun aku akan menambahkan satu lagi. Penulis yang berani dan bisa mengendalikan si optimis dan pesimis ditambah dengan imajinasi mereka, akan terciptalah seorang penulis yang hebat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post