Simak ceritaku dibawah ini yuk.

Aku mempunyai seorang guru pembina, namanya Muhammad Ridho Marzuki, kami memanggilnya ustad Ridho. Aku memang tak memiliki alasan untuk membencinya. Tapi, saat pertama kali aku diajar olehnya, dia memberikan aku sebuah latihan soal. Yang membuatku kesal padanya adalah, soal yang diberikan tidak sesuai dengan yang kami pelajari.

Keesokan harinya, aku mendapat kabar bahwa akan diadakan seleksi lomba Open House 11. Tentu saja aku mengikuti seleksi tersebut. Ternyata, aku lulus seleksi dan aku akan mengikuti lomba tersebut.

Tentu saja, setiap kita lomba pasti ada pembinaan. Aku semangat banget untuk lomba. Tapi, tidak untuk pembinaan bareng guru menyebalkan seperti itu. Ternyata saat guru pembinanya datang, dia mengajari kami sebuah materi tentang aljabar. Materi ini memang sangat sulit dipahami. Entah kenapa, tapi guru itu sangat sabar mengajari kami.

Aku sangat senang karena dia mengajar kami dengan sangat sabar. Dia tak menyerah mengajar kami, walau kami tak bisa memahami apa yang diajarkan. Terlebih lagi, dia menghibur kami di sela-sela mengerjakan soal.

Setelah pembinaan selesai, ustaz Ridho pun berpesan agar kami selalu latihan soal. Kami pun mengiyakannya dan segera kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran.

Singkat cerita, sekarang hari pembinaan terakhir. Dan besok kami akan mengikuti lomba. Pada pembinaan terakhir ini, kami diberi soal. Dalam pikiranku kita pasti disuruh untuk mengerjakan soal tersebut. Ternyata, kami disuruh untuk mengerjakan soal tersebut sebisa nya. Ustad ridho bilang kalau ada yang tidak mengerti bisa ditanyakan.

Di sela mengerjakan soal ustad ridho bilang.

“Kalian harus santai ngerjainnya jangan terlalu serius nanti takutnya kalian down.”

Dari Kata-katanya, aku berpikir bahwa dia sangat mementingkan kesehatan dan kepahaman kami. Perlahan,rasa benciku padanya berkurang. Karena sepertinya dia tak seburuk yang kukira.

Hari ini, adalah hari dimana kita harus pergi ke tempat lomba yang ada di Tuban. Sebelum pergi, ustad ku bilang bahwa aku harus selalu semangat dan jangan gugup. Dia memberi aku semangat agar aku tak merasa gugup.Aku memang merasa gugup, karena ini adalah pertama kalinya aku lomba ke tempat yang jauh.

Saat sampai disana, kami mendapat panggilan telepon dari ustad Ridho. Dia menanyakan, bagaimana keadaan kami. Dia terdengar sangat khawatir, walau begitu dia tetap memberi kami semangat.

Singkat cerita, kami harus segera mengikuti lomba. Walaupun, diawali dengan sarapan yang tergesa-gesa. Kami langsung mencari,ruangan kami masing-masing, dan ditemani guru pendamping.

Lomba pun selesai, kami pun menunggu pengumuman, sambil berjalan-jalan. Ternyata, sambil menunggu pengumuman ada penampilan dari sana. Kami memperhatikannya, dengan sangat serius.

Ditengah-tengah kami melihat pertunjukan ada panggilan telepon masuk dari ustad Ridho. Bersamaan dengan panggilan tersebut, pengumuman juara pun diumumkan. Saat nama teman kami dipanggil, para guru pendamping bersorak dengan keras. Ternyata, saat namaku terpanggil ada seseorang yang bersorak dari panggilan telepon. Siapa lagi, kalau bukan ustad Ridho.

Aku tak menyangka, kalau dia sangat memperhatikan kami. Kalau saja aku masih di Sekolah Dasar, aku pasti sangat bahagia karena diajar oleh nya.

PROFIL PENULIS

Nurul Aqidah lahir di Jember pada tanggal 23 Oktober 2010 saat ini tercatat sebagai siswi di MTsN 2 Jember Jawa Timur, no telepon 085100434611 dan email: [email protected].