Nelah Putri Yani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

LIANA STORY #Part 2

Hallo👋 Happy reading 🤗

-

-

-

' Hallo Li, ada apa? '

" Dev,"

' Iya kenapa? '

"Aku butuh kamu, sekarang."

' Maafin aku Li, aku gak bisa. Orang tua sindy lagi pergi, jadi aku disuruh temenin sindy. Dia sendirian Li. '

"......."

' Udah dulu ya Li, Sindy bangun. Maaf aku tutup. '

Tut ...... tut ....... tut ......

Telepon berakhir secara sepihak. Membuat Liana lagi-lagi tersenyum getir. Disaat seperti ini tidak ada satupun yang bisa Liana harapankan kehadirannya.

Liana ingin menangis lagi, tapi tidak bisa mungkin matanya sudah terlalu lelah harus terus mengeluarkan air mata. Kepalanya pun sekarang terasa begitu pening.

Liana menyimpan ponselnya kembali. Percuma saja jika menghubungi Devan lagi pasti nantinya akan ditolak. Miris sekali.

Kepala Liana di senderkan di dinding. Matanya menerawang langit-langit kamar. Satu tangan Liana digunakan untuk memegang dadanya yang berdetak sangat ngilu.

Kenapa orang-orang suka sekali menyakiti Liana?

Liana benci mereka yang pura-pura menyayanginya, Liana lebih baik sendiri daripada harus dikelilingi orang-orang yang tidak serius menyayanginya.

Sunyi.

Sepi.

Gelap.

Ketiga kata itulah yang menggambarkan keadaan kamar Liana, mungkin diri Liana pun begitu adanya. Kosong dan hampa.

Keluarganya sudah pergi. Apakah nanti Liana harus kehilangan kekasihnya juga? Melihat bagaimana Devan Lebih memilih menjaga Sindy, sahabat dari kecil.

" Kenapa harus Sindy lagi sih Dev?"

Liana menghela nafas lelah. Ingin sekali rasanya Liana berdebat dengan Devan perihal perasaannya yang selalu cemburu pada Sindy, tapi ujungnya Devan akan ada di pihak Sindy. Sangat menyedihkan.

Liana menunduk dan memilih untuk memejamkan matanya sesaat, tapi detik berikutnya tubuh Liana tumbang. Liana jatuh pingsan. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Tok ! tok ! tok !

Sudah 5 menit lewat Devan mengetuk pintu rumah Liana tapi belum juga ada jawaban.

Devan cemas. Apalagi melihat sekeliling rumah Liana nampak sepi. Setau Devan pukul segini rumah Liana masih ramai, karena keluarganya sedang berkumpul.

Mata Devan melirik motor beat Liana yang terparkir dihalaman rumahnya. Berarti kekasihnya itu sedang ada di rumah.

"Li! Ini aku, Dev!" Teriak Devan berharap akan ada yang menyaut.

Semakin lama Devan semakin dilanda kecemasan yang besar. Akhirnya Devan memilih untuk mendongkrak pintu rumah Liana. Masalah ganti rugi belakangan.

"Eh gak dikunci." Gumam Devan.

Mengetahui rumah Devan yang tidak dikunci membuat Devan langsung menatap sekitar was-was.

"Liana! Kamu dimana? Liana!" Devan kembali berteriak.

Otak Devan sedang berfikir, menduga-duga dimana posisi kekasihnya sekarang.

Kamar.

"Pasti Liana dikamar."

Devan segera berlari menaiki tangga menuju kamar Liana. Ketika telah sampai didepan kamar Liana. Devan langsung membuka pintu kamar. Berhasil. Karena kamarnya tidak dikunci.

"Li! Liana!"

Devan menatap seluruh penjuru kamar. Sepi. Lalu dimana Liana? Tapi akhirnya Devan menemukan Liana terbaring lemah di sisi pintu kamar.

"Li! Bangun, ini aku." Devan menyingkirkan rambut Liana yang menghalangi wajahnya.

Deg!

Devan membeku. Melihat wajah kekasihnya yang terlihat begitu pucat dan wajahnya basah. Devan sangat menyesali perbuatannya karena telah mengabaikan Liana.

Berarti Liana benar menangis?

"Liana," lirih Devan.

Tangan Devan seperti tersengat listrik ketika memegang dahi Liana yang sangat panas. Kekasihnya demam.

Devan langsung menggendong Liana membawanya ke kasur. Ia tersenyum kecut, karena telah melakukan kesalahan besar, mungkin yang dimaksud Liana meneleponnya beberapa jam yang lalu itu Liana butuh bantuannya.

"Euhh."

Tidak lama Liana membuka matanya. Dan Devan segera menggenggam tangan Liana dengan erat.

" Devan?" Liana menatap bingung kehadiran Devan.

"Iya ini aku."

Liana tersenyum. Akhirnya Devan datang, Liana memang yakin jika lelakinya itu akan datang untuknya.

"Maafin aku. Maaf Liana, seharusnya sejak tadi aku ada disini." Kata Devan dengan lirih.

"Iya gapapa. Aku ngerti kok." Kata Liana.

"Ada apa? Apa yang terjadi? Tanya Devan.

Mendengar pertanyaan Devan membuat Liana memalingkan wajahnya. Bukan Liana tidak ingin menjawab, tapi Liana sedang menahan air mata yang akan jatuh.

Devan yang melihat Liana memalingkan wajahnya hanya bisa tersenyum tipis. Ia tau jika kekasihnya ini belum siap untuk menceritakan apa yang terjadi kepadanya.

"Gapapa kalau belum mau ----"

"Mama sama Papa pergi Dev," lirih Liana memotong perkataan Devan. Kedua matanya memancarkan kesedihan yang amat dalam.

Deg!

Devan membeku. Ini adalah kali pertama melihat Liana menjatuhkan air mata. Devan bisa melihat dengan jelas kesedihan yang dipancarkan Liana.

"Hei dengerin aku. Mereka pasti pergi sebentar dan akan kembali lagi. Percaya sama aku." Kata Devan mencoba untuk menghibur Liana.

Walaupun sebenarnya Devan tidak tau apa yang telah terjadi. Tapi Devan ingin membuat Liana lebih tenang. Ia tidak sanggup melihat Liana menangis.

Liana tertawa pelan. "Mama sama Papa cerai Dev." Kata Liana menjeda."Artinya mereka gak akan kembali lagi."

Detik itupun Liana mulai terisak. Sekuat apapun Liana menahan agar tidak terisak tetap saja tidak bisa.

"Liana ada aku. Kamu memang kehilangan mereka, tapi gak kehilangan aku. Disini masih ada aku yang akan menjaga dan melindungi kamu selamanya." Kata Devan dengan tulus.

Hati Liana terasa lebih tenang mendengar semua ucapan Devan yang dilontarkan untuknya. Isakan Liana pun sudah tidak terdengar lagi.

"Aku kebawah dulu ya ambil kompresan, kamu panas banget." Ucap Devan seketika ingin beranjak, tapi tangannya di tahan Liana.

Liana menggeleng. "Aku butuh kamu Dev" Ucap Liana.

Devan langsung membawa Liana kedalam pelukannya, sambil mengusap kepala Liana dengan sayang.

'Aku harap kamu benar-benar menepati janji kamu Dev' Batin Liana.

---------- BERSAMBUNG ----------

Terimakasih yang sudah baca🥰 tunggu part selanjutnya yaa 🤗

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kak, aku udah follow kakak, kakak follback dong...

26 Feb
Balas

Udah aku follback kok

26 Feb

Ditunggu lanjutanny :)

26 Feb
Balas

Ooghey mungkin ntar malem up lagi

26 Feb

kok sedihh bannget yaa..:"

26 Feb
Balas

Heumm sama;) tunggu part selanjutnya ya

26 Feb

Heumm sama;) tunggu part selanjutnya ya

26 Feb

Heumm sama;) tunggu part selanjutnya ya

26 Feb

Heumm sama;) tunggu part selanjutnya ya

26 Feb



search

New Post