Merencanakan Masa Depan (bab 6)
Pada pagi hari ini kami di sekolah belajar mata pelajaran bahasa Indonesia bab 6. bab 6 ini adalah bab terakhir di kelas 9 yang kami pelajari. bab ini kami mempelajari merencanakan masa depan.
Setelah lulus dari smp negeri 171 Jakarta timur, saya memiliki rencana untuk melanjutkan pendidikan ke smk 24 Jakarta timur dengan memilih jurusan perhotelan. Saya memilih jurusan ini karena saya tertarik dengan dunia pelayanan, terutama di bidang hotel dan pariwisata. Menurut saya, bekerja di dunia perhotelan itu menarik karena bisa bertemu banyak orang, belajar cara melayani tamu dengan baik, dan memiliki peluang kerja yang luas, baik di dalam maupun luar negeri.
Di smk 24, saya berharap bisa belajar banyak hal seperti cara menyambut tamu, menyiapkan kamar hotel, mengatur makanan dan minuman, serta mengelola acara atau kegiatan di hotel. Selain itu, saya juga ingin meningkatkan kemampuan berkomunikasi, terutama dalam bahasa Inggris, karena sangat penting di dunia perhotelan.
Saya juga ingin mengikuti praktik kerja lapangan (PKL) di hotel-hotel ternama agar bisa mendapatkan pengalaman langsung di dunia kerja. Dengan begitu, setelah lulus SMK nanti, saya sudah siap untuk bekerja atau melanjutkan kuliah di bidang yang sama.
Setelah lulus dari SMK 24 jurusan Perhotelan, saya memiliki beberapa rencana untuk masa depan saya. Rencana utama saya adalah langsung mencari pengalaman kerja di hotel berbintang agar ilmu dan keterampilan yang saya pelajari selama sekolah bisa langsung diterapkan di dunia kerja. Saya ingin bekerja di bagian front office atau housekeeping, karena saya tertarik dengan cara melayani tamu dan menjaga kenyamanan hotel.
Selain bekerja, saya juga berencana untuk melanjutkan kuliah di bidang perhotelan atau pariwisata jika ada kesempatan dan dukungan. Dengan melanjutkan pendidikan, saya berharap bisa mendapatkan posisi yang lebih tinggi di masa depan, seperti supervisor atau bahkan manajer hotel.
Saya juga ingin memperluas wawasan dengan mengikuti pelatihan-pelatihan atau kursus singkat, terutama yang berkaitan dengan bahasa asing, seperti bahasa Inggris dan mungkin bahasa lainnya seperti Jepang atau Mandarin, agar lebih siap jika suatu saat bisa bekerja di luar negeri.
Jika rencana utama saya setelah lulus SMK 24 jurusan Perhotelan tidak tercapai, misalnya saya belum bisa langsung bekerja di hotel atau melanjutkan kuliah, saya tetap memiliki rencana cadangan untuk masa depan.
Saya akan mencoba mencari pekerjaan lain yang masih berkaitan dengan dunia pelayanan, seperti di restoran, kafe, atau tempat wisata. Dengan begitu, saya tetap bisa mengembangkan keterampilan komunikasi, kerjasama tim, dan pelayanan terhadap pelanggan.
Selain itu, saya juga ingin mencoba berwirausaha kecil-kecilan. Misalnya, membuka usaha makanan atau minuman dari rumah, atau menjadi reseller produk secara online. Dari situ, saya bisa belajar tentang dunia bisnis dan manajemen, yang juga berguna jika suatu hari ingin membuka usaha sendiri di bidang perhotelan atau kuliner.
Saya percaya bahwa setiap pengalaman kerja, walaupun tidak selalu sesuai dengan rencana awal, tetap bisa membawa saya menuju kesuksesan selama saya terus berusaha dan belajar.
Di bab ini juga saya juga mempelajari membaca dan memahami petikan novel. novel nya berjudul ''negeri 5 menara" dan "laskar pelangi".
Setelah membaca dan memahami dua petikan novel tersebut, aku benar-benar merasa seperti sedang menyelami kisah dua remaja yang sedang berada di persimpangan penting dalam hidup mereka. Teks pertama menceritakan tentang Alif, seorang anak muda yang memiliki semangat dan impian tersendiri, namun dihadapkan pada kenyataan bahwa ibunya menginginkan sesuatu yang berbeda untuknya. Ia ingin agar Alif masuk ke pondok pesantren, mengikuti jalan hidup yang dianggapnya paling baik. Sementara itu, Alif sendiri menyimpan rencana yang belum tentu sejalan dengan harapan sang ibu. Sedangkan pada teks kedua, kita dikenalkan pada tokoh Mahar, yang memiliki pandangan lebih terbuka dan spiritual. Ia percaya bahwa masa depan adalah milik Tuhan, dan bahwa manusia hanya bisa berusaha serta merencanakan sebaik-baiknya, namun hasil akhirnya tetap berada di luar kuasa kita.
Kedua teks ini memiliki tema yang sama, yaitu tentang cita-cita dan perjuangan merancang masa depan, tetapi dikemas dengan pendekatan yang berbeda. Ide pokok dari teks pertama adalah konflik batin antara keinginan pribadi dan keinginan orang tua. Alif berada dalam posisi sulit, di mana ia harus memilih antara menuruti harapan ibunya atau mengikuti kata hatinya sendiri. Sedangkan ide pokok teks kedua lebih menekankan pada kebebasan dalam memilih jalan hidup, serta keyakinan bahwa masa depan bukan sepenuhnya ada di tangan manusia. Mahar menunjukkan sikap tenang dan penuh keyakinan, yang menginspirasi pembaca untuk merenung dan tidak terlalu terbebani oleh tekanan lingkungan.
Dari cerita Alif, kita bisa menyimpulkan bahwa sebenarnya ia memiliki rencana A, yakni mengejar impian pribadinya yang mungkin lebih berkaitan dengan dunia teknologi, sains, atau bahkan dunia tulis-menulis, sesuatu yang membuat matanya berbinar. Namun, karena ibunya menginginkan ia masuk pondok, Alif harus berpikir ulang. Rencana A-nya seolah dipendam dalam-dalam, dan ia dipaksa untuk menerima rencana orang tuanya sebagai satu-satunya pilihan.
Inspirasi Alif dalam merencanakan masa depannya bisa jadi berasal dari tokoh-tokoh atau cerita-cerita yang pernah ia baca, pengalaman masa kecil, atau bahkan teman-teman sebayanya yang telah memilih jalan berbeda. Sedangkan Mahar tampaknya lebih terinspirasi oleh keyakinan dan prinsip hidup yang ia pegang, yang membuatnya merasa tenang dan yakin dengan pilihannya sendiri.
Sosok yang paling menentukan masa depan Alif dalam teks pertama jelas adalah ibunya. Dengan segala kasih sayang dan harapan yang ia miliki, sang ibu merasa bahwa keputusan mengirim Alif ke pondok adalah bentuk cinta dan perlindungan. Namun, keputusan ini tidak mempertimbangkan keinginan dan potensi yang sebenarnya dimiliki Alif. Dari situ, kita bisa menyimpulkan bahwa cita-cita Alif sesungguhnya belum mendapat ruang untuk tumbuh. Ia seperti benih tanaman yang ingin tumbuh tinggi ke langit, namun ditanam dalam pot kecil yang membatasi akarnya.
Kalau aku menjadi Alif, mungkin aku juga akan merasa tertekan. Tapi aku akan mencoba mencari cara terbaik untuk menyampaikan perasaanku kepada orang tua. Mungkin aku akan menulis surat atau mengajak mereka bicara saat suasana hati mereka sedang baik. Aku akan menjelaskan bahwa aku tetap ingin membanggakan mereka, tetapi dengan cara yang sesuai dengan potensiku sendiri. Aku percaya bahwa komunikasi yang jujur dan penuh rasa hormat akan membuka pintu pemahaman.
Mahar, di sisi lain, mengajarkan bahwa masa depan adalah sesuatu yang harus dijalani dengan keyakinan dan keikhlasan. Selain keyakinan kepada Tuhan, dalam merencanakan masa depan, seseorang juga bisa menggunakan argumen lain seperti potensi diri, minat, dan bakat yang dimiliki. Kita bisa menjelaskan bahwa seseorang akan lebih berhasil jika ia melakukan sesuatu yang benar-benar ia sukai, karena itu akan membuatnya bekerja dengan lebih keras dan sepenuh hati. Masa depan bukan sekadar tentang profesi, tetapi tentang kebahagiaan dan makna hidup yang kita temukan di dalamnya.
Dari kisah dua tokoh itu, aku pun mulai memikirkan rencana A dan B dalam hidupku. Rencana A-ku adalah menjadi seseorang yang bekerja di bidang kreatif, seperti penulis, jurnalis, atau mungkin pekerja seni. Aku ingin menciptakan sesuatu yang bisa dinikmati orang lain dan memiliki nilai. Tapi aku juga punya rencana B: jika rencana A tidak berjalan lancar, aku siap mengambil jalan lain yang lebih realistis, seperti menjadi guru atau pengajar, karena aku juga suka berbagi ilmu.
Tentu saja, ada banyak hal yang bisa menghalangi rencana-rencana itu. Misalnya, tekanan keluarga, keterbatasan biaya, atau bahkan rasa tidak percaya diri. Namun, aku akan berusaha keras untuk tetap berpegang pada apa yang aku yakini. Aku akan terus belajar, mencari beasiswa, membangun jaringan, dan tidak menyerah walaupun jalan terasa berat.
Yang akan sangat membantuku mencapai rencana itu adalah dukungan dari orang-orang terdekat, motivasi dari dalam diri sendiri, serta keberanian untuk terus melangkah meskipun belum tahu pasti hasilnya. Kisah Alif dan Mahar mengajarkanku bahwa meskipun masa depan penuh ketidakpastian, kita tetap punya hak untuk bermimpi, merancang, dan mengambil keputusan atas hidup kita sendiri. Kita boleh berbeda pandangan dengan orang lain, selama kita tetap bersikap hormat dan bertanggung jawab.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar