Haruskah kita membaca?? Jujur, mendengar kata membaca maka yang terlintas kali pertama dalam pikiranku adalah sesuatu yang membosankan. Entah mengapa bisa begitu. Apa karena saat membaca, otak kita dituntut untuk berfikir sehingga membuat kita bosan. Mungkin aku termasuk bagian dari anak-anak zaman sekarang yang malas membaca. Buktinya masih banyak teman-teman di sekelilingku yang saling curhat bahwa mereka paling malas kalau disuruh membaca, apalagi membaca buku pelajaran, apalagi kalau disuruh mengerjakan soal yg diawali dengan perintah membaca khususnya pelajaran Bahasa Indonesia. Lebih enak copi paste jawaban teman, he he… Sampai akhirnya datanglah ke madrasahku sebuah program literasi membaca melalui lomba menulis siswa setiap bulan.

Madrasahku adalah salah satu sekolah yang mendapat predikat sekolah model literasi karena banyak siswa dan guru yang ikut lomba menulis dan berhasil menjadi pemenang. Awalnya aku tidak tertarik dengan kegiatan literasi ini, pikirku pasti sangat membosankan. Teman-temanku mulai merayu agar aku mau mengikuti lomba menulis tapi aku tolak mentah-mentah, he he… kayak buah aja. Tetapi seiring berjalannya waktu, aku mulai tertarik dengan kegiatan literasi ini karena banyak teman-temanku yang mendapat penghargaan menang lomba menulis yang di adakan oleh Media Guru Indonesia. Akupun mulai tertarik untuk mencoba menulis sebuah tulisan. Awalnya memang sangat sulit karena aku tidak terbiasa, tapi aku tetap berikhtiar agar aku bisa seperti mereka, teman-teman yang suka membaca dan menulis.

Memang benar kata pepatah bahwa membaca adalah jendela dunia, dengan membaca kita bisa sukses meraih masa depan. Bercermin dari pengalaman ayahku sewaktu kecil. Ayahku bercerita bahwa anak zaman sekarang berbeda dengan anak-anak zaman ayahku kecil. Betapa memprihatinkan anak-anak zaman sekarang karena sangat malas membaca. Padahal membaca itu jendela dunia, dengan banyak membaca masa depan kita menjadi cerah. Sewaktu ayahku sekolah dia sangat rajin membaca, setiap pelajaran yang tidak diketahuinya, maka ayah selalu mencari jawabannya melalui membaca berbagai macam buku. Zaman ayah kecil belum ada gadget sehingga setiap informasi ynag tidak diketahui maka harus dicari melalui membaca buku atau bertanya pada guru. Berkat kegigihan belajar, ayahku menjadi seorang yang sukses dan sekarang beliau menjadi seorang guru. Betapa hebatnya ayahku. Berkat kisah pengalaman ayah, aku termotivasi untuk merubah pola pikirku.

Di madrasahku terdapat kelas fullday yang sesuai dengan minat siswa. Kebetulan aku masuk kelas fullday tahfidz yang mengharuskan siswanya untuk menghafal Al-Qur’an setiap hari. Menghafal Al-Qur’an pasti diawali dengan kegiatan membaca Al-Qur’an secara berulang-ulang. Efek rajin membaca Al-Qur’an juga salah satu yang mendorongku untuk rajin membaca berbagai informasi terkait dengan keutamaan membaca Al-Qur’an. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan dari Abu Umamah al-Bahili bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Bacalah Alquran, maka sesungguhnya ia akan datang di hari kiamat memberi syafaat kepada pembacanya”. Hadis tersebut mengisyaratkan agar menjadikan Al-Quran sebagai bacaan utama kita sehari-hari. Dari situlah aku termotivasi dan tertantang untuk rajin membaca. Entah itu buku, info melalui media sosial maupun internet. Benar kata pepatah yang mengatakan bahwa membaca adalah jembatan ilmu, yang artinya dengan membaca setiap orang dapat memperoleh pengetahuan yang lebih luas. Dengan rajin membaca kita bisa meraih masa depan yang lebih cerah karena banyak manfaat yang kita dapatkan.

Ini adalah kali pertama aku membuat karya tulis. Semoga ini adalah awal dari jalan untuk menuju sukses. Ternyata membaca tidak terlalu membosankan seperti yang kupikirkan semula. Jika kalian ingin meningkatkan minat baca, bacalah buku yang isinya menurut kalian itu menarik seperti novel, komik dll. Setelah itu bisa dilanjutkan dengan membaca buku-buku pelajaran, karena itu berguna bagi masa depan. Jadi, marilah kita membaca karena membaca dapat merubah masa depan kita. Membaca akan membuat masa depan kita cerah ceria.