Najma Hafizha Fathoni

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
BAB 7, Enam Tahun Kemudian

BAB 7, Enam Tahun Kemudian

BAB 7, ENAM TAHUN KEMUDIAN

“Tan.. kamu mau kuliah di universitas mana?” tanya Sabrina sambil merapihkan baju ke dalam koper. Tania dan Sabrina sudah kelas 3 SMA. Besok adalah graduation day angkatan Tania dan Sabrina. Tania terdiam.

“aku.. Tidak mau berpisah lagi denganmu” kata Tania sangat pelan dengan suara serak. Sabrina menoleh, ikutan terdiam. “kenapa semua ini berjalan begitu cepat?” kata Tania lagi. Sabrina memeluknya dari belakang.

“kita tidak akan terpisah, Tania. Namamu, selalu ada disini” kata Sabrina menunjuk dadanya. “dan namaku, ada disini” Sabrina menunjuk dada Tania. “aku juga tidak mau berpisah. Bagaimana kalau.. kita janjian?” kata Sabrina mengusulkan. Tania menatapnya tidak percaya. Matanya membulat, mengangguk mantap.

“yaudah, terus kamu mau kuliah dimana?” tanya Sabrina lagi. Tania menatap langit-langit kamar, berpikir. “Prancis?” tanya Sabrina mengusulkan. Tania hanya mengangguk setuju. “serius nih? Kamu daritadi ngangguk ngangguk mulu” kata Sabrina nyengir. Tania mengangguk untuk kesekian kalinya.

Keesokan harinya, graduation day. Semua siswa seangkatan Tania menerbangkan balon yang berisi helium, di talinya diikatkan kertas yang digulung. Kertas itu berisi harapan tahun ini. Misalnya, dia ingin bercita-cita apa, semoga akan bertemu dengan teman-teman lagi, dan lain-lain. Itu semua suka-suka siswa. Sebagai perpisahan terakhir, mereka semua berpelukan dengan sahabatnya masing masing, bersalaman dengan guru-guru, mengucapkan terimakasih kepada semuanya, dan lain-lain.

Di bandara, Tania mengantar Sabrina ke bandara, mengajak berbincang sebentar. Membicarakan kenangan masa lalu, bergurau, dan lainnya. Sabrina naik pesawat penerbangan ke Indonesia satu jam kemudian.

“ma.. Tania mau kuliah di Prancis, boleh?” tanya Tania. Mama Tania tersedak. Mengangguk setuju. Oke, rencana berhasil sudah.

“memangnya kenapa Tania mau kuliah di sana? Gak di Indonesia aja?” kata papa Tania.

“eh itu karena mau dapat pengalaman pa.. Tania mau coba hal baru” kata Tania menggaruk kepala yang tidak gatal. Papa Tania tertawa kecil, mengangguk. Tania bersorak senang. Pergi ke kamarnya.

Tania Cans:v : “Sab.. dibolehin gak?”

Sabrina UwU : “ha? Dibolehin apa?”

Tania Cans:v : “ih parah.. itu loh tentang ke Prancis”

Sabrina UwU : “oh itu.. belum bilang sih ke papa sama mama:v”

Tania Cans:v : “yeehh.. cepetan tanya”

Sabrina UwU : “ehehehe:v.. yaudah.. sebentar ya”

Sabrina UwU : “yah..”

Tania Cans:v : “gak boleh ya?”

Sabrina UwU : “boleh kok:v cie kena tipu:v hehe..”

Tania menghela nafas pelan. Seperti apa ya Prancis itu? Gumam Tania. Tania terkejut saat bibi Inah, asli orang Indonesia, asisten baru, memasuki kamarnya.

“non princess sudah makan belum? Ini bibi bawa makanan” kata bi Inah tersenyum meletakkan nampan yang diatasnya terdapat jus jambu segar, dan hamburger yang lezat, ke atas meja. Bi Inah tidak kalah baiknya dengan kak Hana.

“non mau kuliah dimana?” tanya bi Inah, duduk di sebelah Tania.

“Prancis bi”

“wahh, keren ya. Anak bibi sekarang lagi kuliah di Jakarta. Alhamdulillah dapat beasiswa. Bibi waktu itu seneeeng banget dapet kabar dari putra bibi” kata bi Inah menepuk bahu Tania pelan. “kamu kenapa mau kuliah di Prancis, sayang?” tanya bi Inah.

“jangan kasih tau mama ya bi” kata Tania berbisik. Bi Inah mengangguk, mendekatkan telinganya, ingin mendengar. “Tania punya sahabat, namanya Sabrina”

“Sabrina putri pengusaha saingan tuan Ronaldo?!” kata bi Inah terkejut. Tania menutup mulut bi Inah.

“jangan sampai mama sama papa tau…” Tania menjelaskan semuanya, tidak terlalu detail. Bi Inah manggut manggut. Mengacungkan jempol dan berjanji tidak akan memberitahunya kepada siapapun.

Tania dan Sabrina diterima di salah satu universitas yang ada di Prancis. Sabrina dan Tania berangkat penerbangan pertama hari itu. Mereka menyewa apartemen untuk tempat tinggal sementara.

“ke Eiffel Tower yuk.. dari kecil aku pengen kesana” kata Tania menyambar jaketnya dari gantungan baju. Sabrina yang sedang ngemil di atas sofa, menatap Tania dengan tatapan mager.

“capek tau.. nanti sore aja sih. Atau malam, gitu” kata Sabrina malas. Tania mendengus sebal. Membuka kembali jaketnya. Menuju ke kamarnya di lantai dua.

Di kamar, Tania hanya menscroll-scroll Twitter nya, hanya melihat story instagramnya, bosan memenuhi langit langit kamar yang minimalis namun berkelas itu. Tania memutuskan membaca-baca quote di google atau apalah. Tania terdiam membaca quote yang dikutip dari kartun Spongebob Squarepants. Siapa yang tidak tau kartun itu? Bahkan sampai sekarang, Tania masih menyukainya.

Jika uang dapat membuatku melupakan sahabat terbaikku, maka aku memilih untuk tidak memiliki uang sama sekali. Spongebob Squarepants~

Lamunan Tania terputus saat Sabrina memasuki kamar. Tania hanya menoleh sebentar, lalu kembali membaca quote yang ada di handphone nya itu.

“kamu membaca apa sih?” tanya Sabrina bingung, rebahan di sebelah Tania.

“ih kasurmu kan diatas” kata Tania berseru ketus. Sabrina mendengus sebal, justru semakin merapat, ingin melihat apa yang dibaca oleh Tania. Tiba tiba handphone Tania bergetar, hampir terlepas dari tangan Tania. Ada panggilan video masuk dari kak Hana. Benar benar kejutan sekali.

“kak Hana? Tumben kak nelfon.. kenapa?” tanya Tania, tersenyum. Sabrina ikut-ikutan merapat.

ya tuhan.. itu Sabrina? Aku tidak menyangka, aku melakukan panggilan video dengan Sabrina! Aku tidak menyangka dia akan secantik ini” kata kak Hana mengusap wajahnya.

“oh iya dong kak.. jelas” kata Sabrina mengibas-ngibaskan rambut panjangnya.

“halah.. cantik kalau dilihat dari lubang sedotan” kata Tania nyengir. Sabrina mendengus sebal “jelas jelas kak Hana lebih cantik.. iya kan? Iya kan? Kamu insecure kan lihat betapa cantik kan?” kata Tania mengolok-olok Sabrina. Yang diolok-olok sudah ancang ancang memegang bantal, hendak menimpuk Tania. Yang hendak ditimpuk berlari menjauh, pergi ke sekeliling apartemen, hingga lelah. Kak Hana daritadi hanya tertawa melihat perilaku mereka berdua.

“kakak tahu dari mana kalau kita ada di Prancis” kata Tania mengganti topik pembicaraan.

“dari mama kamu. Kalian janjian ya? Kakak kira Tania Cuma pergi sendirian ke Prancis. Oh iya, niatnya kan, besok kakak dan Adrian mau pergi ke rumah loh. Kebetulan kakak lagi di Singapura. Eh ternyata kamu udh berangkat” kata kak Hana

“Adrian siapa?” kata Tania bingung. kak Hana tertawa kecil. “suami kakak ya?” tanya Tania lagi. Kak Hana mengangguk.

“mamaaa??” terdengar suara anak kecil. Kak Hana menoleh, terlihat ada suami kak Hana dan anak perempuan sekitar berumur 5 tahun. aku dan Sabrina menatap tidak percaya.

“kakak sudah punya anak?!” kata Tania mengusap wajahnya. Kak Hana tertawa kecil, mengangguk. Tania menutup mulutnya. Benar benar tidak percaya apa yang dia lihat dari layar handphonenya.

Semua sudah berubah. aku dan Sabrina sudah remaja. Kami memulai cerita baru, di Prancis. Membuka bab baru dalam kehidupan. Kak Hana yang acara pernikahannya kudatangi enam tahun lalu, kini sudah memiliki anak perempuan yang sangat dicintainya. Kisah lama sudah berakhir enam tahun lalu. Sekarang adalah ‘enam tahun kemudian’. Kisah baru sudah dibuka. Gumam Tania.

Malam harinya, mereka pergi ke menara Eiffel. Kerlap kerlip lampu membuat pandangan menjadi sangat indah. Banyak turis yang berfoto foto riang. Sabrina dan Tania membeli coklat panas, merapatkan jaket dan syal. Bulan ini sedang musim gugur. Suhu menyentuh 14 derajat celcius.

“ayo.. jadi foto-foto gak?” tanya Sabrina berdiri dari duduknya. Tania mengangguk cepat, berlari menginjak daun daun yang berwarna oranye dan kuning. Sabrina menyiapkan kamera nya, sedangkan Tania sudah berpose sambil memegang coklat panasnya.

“mau kemana lagi? Dingin nih, pulang aja yuk” kata Tania meniup niup telapak tangannya. Sabrina menoleh.

“ke kafe itu dulu yuk. Dingin itu bikin laper tau. Di apartemen gak ada makanan, belum beli” kata Sabrina menepuk nepuk perutnya. Tania mendengus sebal

“salah sendiri semua makanan dimakanin tadi” kata Tania melirik sebal. Sabrina nyengir rebal, menggaruk kepala yang tidak gatal. “yaudah, ayo, jadi gak sih?” tanya Tania lagi, sambil meneguk coklat panasnya.

“hei! Sedang apa kalian disini?!” seruan ketus terdengar dari belakang mereka. Sabrina terkaget, melihat sosok perempuan yang memakai make up tebal, memakai baju ketat, memakai syal dan barret yang cukup modis. Tania tidak sengaja menyembur coklat panas ke baju wanita itu. Tania benar benar terkejut setelah melihat siapa orang itu, Clarissa.

“kamu ini apa-apaan sih?! Tania, sama saja seperti dulu! Anak pengusaha kok ya begini sih?!” kata Clarissa centil. Tania menutup mulutnya, jijik. Ekspresi wajahnya sama seperti ketika melihat teman-teman mamanya.

“intinya kau harus mengganti baju mahalku!” kata Clarissa kesal. Tania mendelik. Mahal?

“nanti kupinjamkan bajuku” kata Tania berbalik, berjalan meninggalkan Sabrina dan Clarissa. “ayo.. jadi tidak? Atau kau akan malu sendiri berjalan pulang dengan pakaian basah karena tumpahan coklat panas” kata Tania datar. Clarissa mendengus sebal. Sabrina berjalan bersisian dengan Tania.

“eww… ini apartemen atau gudang sih? Berantakan banget” kata Clarissa mengibaskan Rambutnya. Tania melirik jijik. Matanya saja yang aneh. Sabrina mengangkat bahu, berlari membuntuti Tania dari belakang.

“ini baju apaan sih? Baju murahan ya?” tanya Clarissa berlagak jijik. Tania melndelik. Tidak salah dengar kan? Dia meremehkan putri dari salah satu pengusaha tersukses di Indonesia?

“yasudah kalau tidak mau. Kamu tidak usah pakai baju sambil pulang ke rumah” kata Tania ketus. Sabrina menahan tawa melihat ekspresi Clarissa.

“ehhh!! Yaudah sini!” kata Clarissa berseru ketus. Tania mencibirkan bibir. Menyodorkan baju tebal berwarna putih. Clarissa menyambar baju dari tangan Tania. Menumpang kamar mandi, lantas pergi meninggalkan apartemen Sabrina dan Tania.

Hari pertama kuliah di universitas Prancis, Tania dan Sabrina berdandan serapih mungkin untuk hari pertamanya.

Bab lama sudah ditutup, sekarang adalah awal dari Bab baru.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post