Najma Hafizha Fathoni

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
BAB 15, Sahabat Hari Ini, Esok, Dan Selamanya

BAB 15, Sahabat Hari Ini, Esok, Dan Selamanya

BAB 15, SAHABAT HARI INI, ESOK, DAN SELAMANYA

“Perhatikan liontin ini Sab.. Kumohon.. Aku Tania, sahabatmu” kata Tania terisak. Sabrina meneteskan air mata melihat liontin itu.

“akh! Kepalaku!” kata Sabrina memegang kepalanya. Semua yang ada di ruangan itu panik, tidak tahu apa yang terjadi. Sabrina pingsan selama 2 jam lamanya. Akhirnya Sabrina tersadar.

“Ta.. Tania?” kata Sabrina samar. Tania terloncat dari sofa ruangan itu. Sangat senang karena Sabrina telah mengingatnya kembali. Tania membantu Sabrina untuk duduk.

“se..sedang apa orang tuamu disini?” kata Sabrina pelan. Papa Tania melotot. Hendak berdiri dari sofa berwarna biru itu.

“biarkan saja dia. Biarkan. Kita tidak bisa melarangnya setiap saat” kata mama Tania mencegah papa Tania. Tania tersenyum senang, mama Tania sudah mengijinkan. Namun papa Tania tidak sependapat.

Tania merawat Sabrina setiap hari. Keadaan Sabrina juga memulih karena adanya Tania di sampingnya. Tania menyuapi Sabrina makan, mengambilkan Smart Pad. Begitu juga dengan teman-teman lainnya. Hilir mudik banyak teman kampus menjenguk Sabrina.

“Tania.. Aku mau kau menjaga ini” kata Sabrina melepaskan liontinnya, menyodorkan kepada Tania.

“kenapa?” tanya Tania tidak mengerti. Sabrina dan Tania sedang berada di taman rumah sakit, tempat untuk pasien setidaknya bisa keluar, tidak hanya di dalam kamar.

“kau lihat aku kan? Mungkin umurku tidak lama lagi” kata Sabrina tersenyum menatap matahari tenggelam. Tania menatap Sabrina lamat-lamat.

“kau tidak boleh bilang seperti itu. Aku tahu kau akan sembuh. Aku yakin” kata Tania dengan mata berair. Sabrina menoleh.

“bukan hanya sembuh atau tidak sembuh. Semalam aku bermimpi, papa membolehkanku untuk berbincang-bincang bersamamu. Sebagai perbincangan terakhir kita. dan Papa bilang, dia akan segera menjemputku” kata Sabrina tersenyum. Tania meneteskan air mata, menggeleng.

“tidak.. Kumohon jangan bilang seperti itu. Kau akan baik-baik saja, aku yakin itu” kata Tania dengan suara bergetar. Sabrina menoleh lagi.

“kumohon jangan menangis. Berjanjilah kau tidak akan pernah menangis lagi kecuali karena aku” kata Sabrina menyeka air mata Tania. Tania terisak, mengangguk pelan.

“tapi kau jangan bilang seperti itu. Aku tidak mau kehilanganmu” kata Tania terisak. Sabrina terdiam, memandang matahari tenggelam.

Malam harinya, Sabrina tersengal, namun bukan karena sesak nafasnya. Clarissa panik, memanggil dokter. Sabrina berusaha berbicara kepada Tania. Tania mendekatkan telinganya.

“terimakasih. Terimakasih telah menjadi sahabatku selama ini” kata Sabrina samar. Tania meneteskan air mata. Mama Tania memerhatikan mereka dengan mata berkaca-kaca. Papa Tania terdiam.

“apa maksudmu?!” kata Tania terisak. Sabrina tersengal, mencoba berbicara lagi.

“a..aku dijemput papa. Sudah saatnya aku pergi” kata Sabrina lemah. Tania menggeleng.

“Jangan bicara seperti itu! Kumohon jangan bicara seperti itu! Aku tidak mau kehilanganmu lagi!” kata Tania tersendat, memeluk Sabrina yang sekarang nafasnya tak karuan.

“berjanjilah, jangan menangis lagi kecuali karena aku. Kumohon jaga ini.” Kata Sabrina berusaha melepaskan liontin setengah hati berinisial “S” miliknya, menaruhnya di tangan Tania. “kita tidak akan berpisah. Namaku ada disini” kata Sabrina lemah menunjuk dada Tania. “dan namamu ada disini” kata Sabrina menunjuk dadanya.

Kak Hana memasuki ruangan tiba-tiba. Begitu juga dengan suami dan anaknya. Tadi sore, mama Tania menelefon kak Hana untuk datang. Kak Hana memperhatikan Sabrina yang tersengal mencoba bernafas.

“karena kita adalah sahabat hari ini, esok, dan selamanya. Aku akan mempersiapkan semuanya disana bersama papa. Suatu hari nanti, aku akan menjemputmu. Namun aku harus mempersiapkan sesuatu untuk kedatanganmu nanti. Sampai jumpa lagi” kata Sabrina menghembuskan nafas terakhirnya, mata telah tertuup rapat. Detak jantung Sabrina semakin lemah. Dokter yang telah tiba menyiapkan alat kejut jantung. Tania terisak, kak Hana memeluk Tania erat. Dokter sudah tidak bisa menolongnya lagi, Sabrina sudah bersama papanya di sana.

Di pemakaman, Tania terisak, tidak tahu harus apa lagi. Papa Tania memeluk Tania.

“apa yang papa mau?! Sudah selesai kan sekarang?! Sabrina sudah pergi! Aku ingin ikut dengannya! Di dunia ini aku hanya dapat merasakan kejamnya aturan yang telah dibuat oleh papa! Sekarang bisa apa?!” kata Tania memberontak dari pelukan papanya. Papa Tania sudah terisak, mencoba memeluk putrinya lagi. Kak Hana meneteskan air mata.

“papa minta maaf, Tania. Seharusnya papa tidak pernah membuat aturan itu. Maafkan papa” kata papa Tania pelan. Tania tergugu.

“baru sekarang papa bilang seperti itu?! Aku sudah menunggu kata-kata itu dari umur enam tahun pa! sekarang sudah diapakan lagi?! Semua sudah terlambat!” kata Tania tersendat.

Tania sudah diwisuda. Dia pulang ke Singapura. Di kamarnya, Tania tidak lain-lain memikirkan Sabrina. Dia diwisuda tanpa adanya Sabrina disebelahnya. Tania menyatukan liontin miliknya dan milik Sabrina menjadi sebuah hati. Tania meneteskan air mata memperhatikan liontin itu. Tiba tiba liontin itu bercahaya terang sekali. Membuat mata silau.

“Halo Tania” dibelakang Tania terlihat Sabrina yang memakai baju putih, Sabrina terlihat sangat cantik dan ceria. Tania tergugu melihat sosok yang ada di belakangnya.

“Sabrina, aku merindukanmu” kata Tania memeluk sosok Sabrina itu. Sabrina membalas pelukan Tania.

“aku datang kesini karena aku ingin menjengukmu. Kau masih menjaga liontinku kan. Berjanjilah kepadaku akan terus menjaga liontin milikku. Semua belum disiapkan disana. Tapi saat selesai, aku akan menjemputmu” kata Sabrina tersenyum riang, memudar layaknya butiran debu. Tania terisak, tersenyum.

“aku akan menunggumu” Tania menggenggam erat erat liontin milik Sabrina.

Karena kita adalah sahabat hari ini, esok, dan selamanya~

Memiliki sejuta teman bukanlah hal yang hebat. Namun memiliki satu teman, yang selalu ada di sisimu, menghadapi sejuta orang, itu baru hebat~ [Tere Liye]

The end~

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ini udah selesai? Aku sampai nangis bacanya. Ya Allah, persahabatan yang dilarang akhirnya berakhir dengan perpisahan yang menyedihkan. Itu juga ada kata Tertutup jadi Tertuup. Hihihi.. Selamat Najma, novelnya sudah selesai. Aku aja belum selesai. Tapi udah mau perjalanan menuju 2 bab terakhir. Semangat Najma!

13 Jun
Balas

hehe.. makasihh Rhafi

13 Jun

iya itu ada typo..hehe.. makasihh Rhafi

13 Jun

Naj, gak bikin buku lagi?

14 Aug
Balas

belum fi. masih belum nemu lagi mau nulis apa

18 Aug

makasih Nafisaa... kamu juga semangat ya nulis ceritanyaa OwO

19 Jun
Balas

Bagus cerita nya bikin nangis aku bener2 pengennagis waktu baca

18 Sep
Balas

Bagus

13 Jun
Balas

makasih Aila.. semangatt

13 Jun

Wah ngak yangka sampai di endding

13 Jun
Balas

iya makasih.. semangatt

13 Jun

keren + mengharukan + menyedihkan, huaaaaaaaaaaaa, mantap banget ceritanya.. T..T

19 Jun
Balas

makasih Nafisaa.. kamu juga semangat ya nulis ceritanya

19 Jun

nah ini nih yang di tunggu tapi aku hampir nangis baca nya semangat

13 Aug
Balas

Hai kak,namaku Ayesha.k.i,Panggil aja Ayesha/Naneun,Bagus kak ceritanya,Ceritanya bikin sedih banget,Aku udh berkali kali baca ini sedih mulu,Semangat kak!

12 Aug
Balas

Ah iya lupa,Lahirnya 12 Agustus 2010,Sekarang umurnya sekarang 11 Tahun,Hari ini baru naik,hehehe

12 Aug

Hai, salken, namaku ruqoyyah, ini cuma lagi pakai akun adik. Ceritanya keren banget, aku sampai nangis beneran, terisak, bener-bener sedih. Semangat terus ya

11 Aug
Balas

Wah, aku ketinggalan nih. Baru baca sekarang. Baguss banget kak. Suerr, di akhir ceritanya, mataku sempat ngluarin air mata. Huee...

04 Oct
Balas



search

New Post