Detik Detik Terjadinya Kerusuhan Mei 1998 (Yogya Lautan Api)
Tubuh bocah berusia 12 tahun itu hangus jadi arang. Posisinya jongkok kaku dengan wajah menunduk. Kedua tangannya masih menggenggam sepotong sabun mandi. Gunawan, anak malang itu, lima tahun silam ditemukan orang tuanya tak bernyawa di antara korban kerusuhan Mei 1998 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Gunawan, di kisahkan Ruminah, hilang selepas membeli sabun mandi yang ia kepal sampai mati itu di warung dekat rumahnya di Kampung Jati, Jakarta Timur. Malang tak dapat ditolak, di perjalanan pulang ia tergiur ajakan 3 temannya pergi menonton kerumunan massa di depan Yogya Departemen Store, Klender. Setiba disana ia menyongsong maut. Gunawan ikut-ikutan menjarah mall yang kemudian terbakar hebat itu. Nasib mengerikan juga dialami Achmad Muzakir. Nyawa pelajar STM berumur 18 tahun ini juga dilalap sang jago merah, di pertokoan yang sama.
Mimpi buruk itu dimulai pada suatu siang 14 Mei 1998. Sekitar pukul 11.30, akibat rusuh yang telah meletup sehari sebelumnya, Jalan I Gusti Ngurah Rai lengang kendaraan. Muntasir, yang berdagang mebel, baru pulang mengirim barang pesanan. Di jalan ia menyaksikan ratusan pelajar SMU sedang tawuran. Pemandangan serupa dilihat Ruminah dari toko kecilnya yang persis dilintasi komplotan misterius itu. Dan rusuh pun dimulai. Para "pelajar" itu melempari pertokoan di pinggir jalan sambil berteriak "Jarah Yogya. Serbu...! Itu punya Cina!"
Keributan membuat warga semburat keluar rumah. Lelaki, perempuan, tua, muda, juga anak-anak tanggung lari menyerbu Yogya Departemen Store. Sebagian warga yang berusaha mencegah tak mereka hiraukan. Menyaksikan pemandangan luar biasa itu, Ruminah waswas akan nasib anaknya yang belum pulang daritadi. Akhirnya, sekitar pukul 16.00 ia pun nekat menerobos massa yang beringas. Sampai di pelataran Yogya ia melihat mobil, truk, dan gerobak, berderet-deret silih berganti mengangkut kulkas, televisi, pakaian, sepatu, dan apa pun yang ada. Tiba-tiba, sebuah mobil pick up merah dari arah Pondok Kopi berhenti persis di depan. Puluhan pria kekar, sebagian berambut cepak dan sisanya gondrong, turun membawa jerigen bensin. Satu diantaranya menenteng handy talkie. Bersama para lelaki sangar itu, Ruminah ikut masuk. Di dalam, asal tebal menyergapnya. Ruminah melangkah tertatih-tatih. Sesekali ia mendengar jerit anak-anak. Ruminah jatuh terduduk, kepalanya berkunang-kunang.
Sebagian pria kekar itu sudah ada di luar. Di dekat pintu utama, mereka menumpuk kardus lalu mengguyurnya dengan isi jerigen. Dan begitu pemantik api dinyalakan..., wuuus! Api berkobar memanggang Yogya Departemen Store, berikut segala isinya termasuk para penjarah. Komplotan itu lalu meloncat ke mobil dan menghilang ke arah Kampung Melayu. Panik terjebak di dalam, ratusan warga berebut mencari pintu keluar. Ada yang menggedor-gedor dinding kaca di lantai 3, ada pula yang nekat melompat dari lantai atas untuk menyelamatkan diri.
"Banyak korban mari di depan pintu masuk. Bertumpuk-tumpuk hangus terbakar" kata Cholid, salah satu Ketua RT di daerah itu. Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) mencatat korban tewas di peristiwa "Yogya Lautan Api" sebanyak 488 jiwa. Dari hasil penyelidikannya dulu, Wakil Sekretaris TGPF Asmara Nababan pun menyimpulkan aksi brutal di pertokoan ini memang terpola dan terorganisasi.
Manfaat bagi kehidupan kita sekarang adalah mengetahui lebih detail tentang apa, siapa, kapan, di mana, dampak dari peristiwa atau kejadian tersebut dan mengapa. Dengan cara ini kita dapat menambah informasi dan pengetahuan tentang fakta atau peristiwa tertentu.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar