Di era yang berkembang pesat ini, kecerdasan saja tidak cukup untuk menjadi siswa yang dibanggakan. Sifat berbudi pekerti luhur serta akhlak yang baik juga sangat penting.

Kecerdasan siswa kini juga diukur dari cara mereka bersosialisasi. Oleh karena itu, tidaklah cukup jika seorang siswa hanya cerdas namun tidak mampu berinteraksi atau menunjukkan akhlak mulia. Sebaliknya, juga kurang ideal jika siswa pandai bersosialisasi tapi kurang dalam akademik. Keduanya bagaikan dua rel kereta: berjalan bersama dan tak terpisahkan.

Menjadi siswa yang dibanggakan di era ini bukanlah hal mudah. Terlebih lagi, banyak pelajar sekarang menggantungkan hidup pada media sosial dan perangkat digital seperti handphone, laptop, dan lain sebagainya. Hal itulah yang menjadi faktor penyebab menurunnya kualitas pelajar Indonesia. Padahal, bangsa ini membutuhkan siswa yang tidak hanya unggul secara akademik, tapi juga mampu bekerja sama dan menjunjung nilai-nilai kemanusiaan.

Karena itu, kita sebagai pelajar harus mengubah pola pikir menjadi lebih baik. Kita adalah harapan bagi nusa dan bangsa. Tanggung jawab kita adalah terus belajar, semangat mencari ilmu, dan melatih kepedulian terhadap sesama.

Semua itu tentu tidak bisa dilakukan sendiri. Kita membutuhkan bimbingan dari orang tua, baik di rumah maupun di sekolah. Sebab, siswa tanpa didikan orang tua bagaikan pohon tanpa akar: mudah tumbang dan kehilangan tujuan. Orang tua dan guru menjadi harapan setiap siswa untuk menjadi tempat bagi siswa dalam menempa, membimbing dan mengokohkan nilai-nilai dan sikap budi luhur yang baik untuk bekal kehidupan masa depan yang penuh tantangan. 

Dengan semangat belajar dan sikap yang baik, kita bisa menjadi generasi yang tidak hanya pintar, tetapi juga bijak dan berakhlak. Mari berusaha menjadi siswa yang dibanggakan oleh guru, orang tua, dan bangsa Indonesia di tengah tantangan era glob alisasi.