Muya

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Ketakutan di Atas Keberanian

Semua anak diam menunduk ketika Pak Adi bertanya siapa yang hapal dasa darma pramuka. "Ayo masa tidak ada yang hapal," kata Pak Adi yang entah keberapa kali sudah mengulang ucapan itu. Ada secerah harapan besar sekaligus kecewa di tatapan Pak Adi. Bagaimana tidak, anak zaman sekarang terlalu sibuk dengan dunia masing-masing. Sampai melupakan dasa darma pramuka, yang bukan hanya gagasan biasa. Tetapi pedoman yang harus dihapal dan diamalkan.

Di antara kerumunan tersebut ada anak yang mengigit bibirnya sejak tadi, tanda gugup. Ia meremas tangannya hingga merah yang sejak tadi tak kunjung terangkat. "Ayo angkat tangan mu Amira," bisik Haikal yang duduk tepat di samping Amira. Sontak ia gelagapan dan mengangkat tangannya tiba-tiba. "Yak itu maju!" Teriak Pak Adi senang. Ia tersenyum lebar sedangkan sang pengangkat tangan melotot terkejut. Sejak tadi dirinya memang ingin menjawab, tetapi rasa takutnya mematahkan semangat.

Amira berjalan gontai, ia benar-benar gugup sekarang. Ia takut kalau salah kata dalam menjawab atau salah mengurutkan urutan satu sampai sepuluh. Tetapi sekarang dirinya sudah berada tepat di samping Pak Adi. Dari pandangannya, ia bisa melihat semua teman-teman sekaligus adik kelas dan guru-guru yang berbaris di belakang. Pemandangan tersebut membuat Amira terkesiap. Tatapan semua orang tidak semenyeramkan di pikiran Amira. Ketakutannya meluntur perlahan.

"Siapa namanya nak?" tanya Pak Adi sembari menyodorkan mic. Amira menelan ludah, menarik nafas dan memperkenalkan dirinya, "Nama saya Amira, dari kelas sembilan lima." "Bagus, ayo sebutkan apa saja dasa darma pramuka," ucap Pak Adi memberikan mic kepada Amira.

"Dasa darma pramuka. Satu, takwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Dua, cinta alam dan kasih sayang sesama manusia. Tiga, patriot yang sopan dan kesatria. Empat, patuh dan suka bermusyawarah. Lima, rela menolong dan tabah. Enam, rajin, terampil dan gembira. Tujuh, hemat, cermat dan bersahaja. Delapan, disiplin, berani dan setia. Sembilan, bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Sepuluh, suci dalam pikiran, perkataan maupun perbuatan."

Amira diam. Semua orang pun diam. Suara lantang Amira berusan masih bergema di telinganya sendiri. Ia menatap semua orang yang mulai bertepuk tangan. Dari orang-orang tersebut Amira tertuju pada sahabatnya, Haikal. Ia bertepuk tangan paling keras. Pak Adi mengambil mic dari Amira dan berbicara.

"Bagus Amira. Bapak kira tadi semua anak disini tidak ada yang hapal dasa darma pramuka, ternyata tetap ada. Bapak yakin, tidak hanya Amira yang hapal, pasti ada beberapa dari kalian. Dasa darma pramuka ini bukan hanya gagasan sepele. Memang pada dasarnya pramuka selalu mengajarkan kita semua banyak hal." Pak Adi berhenti sejenak, lalu melanjutkan lagi ucapannya, "bapak harap, kalian bisa melawan rasa takut dan berani untuk berbicara di depan. Tidak perlu takut pada tanggapan orang terhadap kita. Jangan takut juga pada hal yang belum pernah kita lakukan. Kalau belum mencoba, kenapa bisa takut?" Penjelasan Pak Adi barusan membuat Amira tertegun. Benar juga. Kenapa dirinya harus takut? Lihat sekarang, Ia menjawab dengan lancar, walaupun tadi sempat terbata-bata di pertengahan.

"Terimakasih ya Amira," bisik Pak Adi sebelum menyuruh Amira duduk di barisannya kembali.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post