Muhammad Rakha Izzata

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Bab 1( Kelahiran Sang kebanggaan )

Bab 1( Kelahiran Sang kebanggaan )

KELAHIRAN SANG KEBANGGAAN (BAB 1)

Desa terpencil adalah tempat keluarga Dounie tinggal. Sang ayah sudah tak sabar akan kelahiran anak kebanggan nya bernama Dounie Roberto. Walau kemisikinan dan keterbelakangan zaman, sang ayah tetap akan menjadi ayah terbaik bagi putra nya. kemiskinan nya sudah sangat membuat diri nya kualahan untuk menghadapi kenyataan nya. walau sang ayah yakin akan menjadi ayah terbaik bagi putra nya, sang ayah tetap saja khawatir akan keterbatasan yang ia miliki.

Sang ibu yang hanya bisa berbaring di kapuk nya, mencoba menghilangkan kekhawatiran sang ayah, sang ibu berkata “ jangan khawatir, walau, kita ini miskin, terbelakang dan penuh dengan kesengsaraan, Dounie tetap akan senang kok punya keluarga seperti kita suatu saat nanti”

Sang ayah tersenyum bahagia medengar nya. kemiskinan yang ia rasa begitu berat, mulai secara perlahan menjadi ringan untuk dihadapi nya. walau makanan sudah sangat menipis di lemarinya, rasa nya tetap saja tidak ada yang harus di khawatirkan. Kesengsaraan yang sang ayah alami mulai pudar. Ini semua karena sang ayah senang akan kelahiran anak pertama nya.

Karena ia hidup di pinggir Desa yang jarang di perhatikan oleh warga sekitar. Membuat keluarga tersebut menjadi sangat terisolasi dan jarang untuk bersosialisasi. Sangat sulit untuk berada di kondisi seperti itu. Dengan keadaan ekonomi yang tak mendukung, Di tambah dengan sosialisasi yang buruk.

Pekerjaan sebagai mengayuh becak di pinggir Desa juga tidak membuat ekonomi nya bertambah secara pesat. Penumpang jarang sekali di temukan apabila cuaca tidak mendukung. Becak yang sang ayah kayuh juga bukan becak milik nya. melainkan itu adalah becak milik kepala desanya yang sang ayah sewa untuk keberlangsungan hidup sang ayah.

Penghasilan yang sang ayah dapat, juga tidak dapat di tentukan. Cuacalah yang dapat mengatur dan menentukannya. Tenaga yang sang ayah keluarkan sangat lah banyak dan membuat tubuh nya sehat. Walau begitu, sering kali sang ayah jatuh sakit akibat bekerja terlalu keras. Tenaga yang sang ayah keluarkan, tak sebanding dengan penghasilan yang sang ayah dapatkan. Sering kali, ia tidak mendapat peumpang dan pulang sore tanpa membawa uang. Makan atau tidak, di tentukan dengan penghasilan yang sang ayah bawa untuk keluarga nya.

Pekerjaan ini juga berkaitan erat dengan kepala desanya. Kepala desa dapat memberhentikan nya kapanpun ia mau. Kepala Desa nya juga tidak terlalu peduli dengan keluarga di pinggir desa tersebut. Sehingga penghasilan yang akan Sang ayah peroleh hanyalah 20% dari perolehan yang sang ayah dapat. Walau begitu, menyerah bukan lah jalan yang tepat bagi sang ayah.

Walau sebenarnya, Kelangsungan hidup sang ayah bergantung pada yang ilahi, akan tetapi, ketentuan untuk tetap makan dan bertahan ada pada keputusan sang kepala desa untuk tetap mengerjakan sang ayah.

Sambil mengerjakan pekerjaan nya setiap hari, sang ayah mencari informasi tempat yang tepat untuk pelaksanaan kelahiran anak nya. informasi demi informasi ia dapatkan. Akan tetapi, tempat yang mereka maksud jauh di kota dan memerlukan transportasi yang mendukung. Selain itu, sang ayah mendapat informasi yang baru tanpa harus memerlukan perjalanan jauh. akan tetapi itu memerlukan teknologi yang mendukung untuk pendaftaran nya.

Suatu saat, sang ayah mendapat informasi yang tepat untuk tempat kelahiran yang tepat di dekat Desa. Itu adalah kabar baik yang sang ibu dengar dari sang ayah. Suatu malam, sang ayah pergi dengan pakaian yang seadanya,meninggalkan rumah Untuk mencari informasi lebih lanjut. sang ayah mengunjungi tempat kelahiran tersebut di dekat Desa. Perbincangan sangat lama di sana. Pembahasan masalah harga, kualitas dan lain sebagai nya.

Malam ini bintang dan bulan akan bersinar terang. Karena Malam ini, anak yang membanggakan segera terlahir di Dunia. Walaupun, ia terlahir dari keluarga yang cukup miris dari sisi ekonomi. Sang ayah hanya berkerja sebagai pengayuh becak di pinggir Desa. Ia selalu pulang malam dengan penghasilan yang tidak pasti.

Sang ayah menunggu di luar ruangan.Teriakan dari pojok ruangan terdengar begitu keras. Sang ayah berlari dari luar ruangan menghampiri ruangan sang ibu yang sedang dalam proses melahirkan. Tak lama tangisan seorang bayi terdengar, senyuman dari sang ibu mulai melebar walau anak yang terlahir ini adalah anak yang terbelakang mental.

“Selamat datang di dunia yang penuh perjuangan ini, Dounie Raberto.” Sang ayah berucap dalam hatinya. Dengan proses melahirkan menggunakan alat yang seadanya di bidan dekat Desa tersebut, sang ibu masih merasa sangat kesakitan setelah proses tersebut selesai.

“bagaimana keadaannya sekarang, apa jauh lebih baik” Tanya dari sang ayah

“masih sangat sakit, mungkin kita harus segera pulang dan beristirahat” jawab dari sang ibu meminta segera pulang. Becak yang ayah bawa segera datang di depan pintu.

Kesakitan yang sang ibu rasa tidak pernah mereda, sehingga Sang ayah tidak bisa pergi untuk berkerja. Hari demi hari terlewat sangat cepat. Kesakitan yang sang ibu rasa sudah tiada karena ibu Viola sudah tiada. Tetesan air mata sang ayah semakin deras. Dounie tidak tahu apa yang terjadi, ia hanya bisa tertawa dan tertawa apa bila melihat sang ayah di dekat nya. Sang ayah masih penasaran dengan penyebab kematian sang ibu. Ia selidiki dari makanan yang sang ibu makan hingga obat yang sang ibu minum. Terlihat begitu jelas pada obat pereda rasa sakit yang sang ibu konsumsi. Tidak tersangka sejak awal, bahwa obat yang rutin sang ibu minum, sudah tidak layak untuk di sebut sebagai obat.

Hari demi hari berjalan begitu cepat tanpa sang ibu di samping sang ayah. Persediaan makanan sudah semakin manipis di rumah. Sisi Ekonomi sang ayah semakin tipis. Selama ini, Dounie tidak mendapatkan asupan gizi yang baik dari sang ibu dan ayah. Hal tersebut mulai membuat sang ayah berfikir, suatu saat ia akan menitipkan Dounie di tempat penitipan anak dan bertekad untuk menyerahkan Dounie 100% karena untuk kebaikan Dounie sendiri.

Sang ayah harus kuat menerima semua nya. dari takdir yang tak disangka yang di alami Dounie sebagai terbelakang mental, kematian sang ibu akibat obat yang tidak sesat. Hingga penyerahan Dounie kepada panti asuhan di tengah Desa nya.

Penduduk di Desa terpencil tersebut, tidak ada yang peduli dengan kesengsaraan dan keperhatinan yang di alami oleh keluarga sang ayah. Sang ayah juga bertanya tanya pada diri nya. “dimana hati nurani mereka semua.” Suatu saat sang ayah mendapat jawaban nya. mereka semua takut apabila mereka membantu keluarga sang ayah, mereka tidak dapat di bantu oleh keluarga sang ayah kembali suatu saat nanti. Selain itu, sang ayah juga melihat keadaan nya sendiri. Dengan tempat tinggal yang terpencil di desa itu. Kemungkinan besar, jarang, orang mengenal sosok sang ayah ini.

Kehidupan ayah Dounie seperti terisolasi dari penduduk lainnya. Tanpa ada sosialisasi antar tetangga, bantuan dan pendukungan, serta tidak seperti orang normal lain nya. selain itu, masyarakat sekitar juga menilai sang ayah ini adalah sampah masyarakat yang hanya dapat mengayuh becak. Namun semua pendapat mereka, tidak ia dengarkan satu pun. sang ayah hanya berjuang yang terbaik untuk Dounie.

Tak lama, sang ayah segera bertindak untuk menitipkan Dounie di penitipan anak di dekat Desa yang tak perlu mengeluarkan sepeser uang. Sang ayah menghabiskan waktu yang cukup panjang untuk berbincang dengan sang pengasuh yang akan merawat Dounie.

“saya menitipkan anak ini dengan melepas begitu banyak kesedihan, apa anda yakin dapat mengurusnya?” ujar sang ayah

“sudah, jangan khawatirkan tentang itu, untuk merawat seorang anak adalah tugas kami para pengasuh, itu lah kenapa kami disini.” Pengasuh mencoba untuk meyakinkan sang ayah.

“baiklah bu Mika, tolong jaga anak saya, saya menitip kan kertas ini untuk Dounie suatu saat nanti.” Sang ayah mulai percaya dan menitipkan selembar kertas untuk Dounie.

Hari demi hari terlewat begitu cepat. Dounie memulai hidup barunya bersama sang pengasuh bu Mika dan temannya. Gizi Dounie mulai membaik. Akan tetapi, karena keterbelakangan mental yang Dounie derita, Dounie tidak dapat melakukan semua hal dengan baik dan benar. Tugas rumah yang tidak bisa ia lakukan, hingga pelajaran yang selalu keteteran. Ketika yang lain nya sedang sibuk belajar di ruangannya, Dounie hanya sibuk bermain dengan hal kesukaannya.

Dounie sangat berbeda dengan yang lain. Keterbelakangan mental nya membuat banyak orang melirik kearah nya. perbedaan ini yang sangat di perhatikan oleh sang pengasuh, walaupun banyak dari teman nya yang tidak menyukai perbedaan yang di miliki oleh Dounie. Terkadang, Dounie sangat sulit untuk di ajari, tidak seperti yang lain nya, yang sangat gampang mengerti setiap penjelasan dari pegasuh nya.

Hal ini mengakibatkan pembulian mulai di rasakan oleh dirinya. Hanzu adalah anak dari kota yang diasuh di desa ini. Ia sering kali membuli Dounie karena sikap Dounie yang sangat tidak wajar dan aneh. Teriakan dan tangisan dari Dounie semakin kencang setiap harinya. Sungguh membingungkan, kemana para pengasuh saat Dounie membutuhkan pembelaan? Itu masih menjadi pertanyaan yang selalu ia tanyakan di pikirannya. Ketidak pedulian itu, membuat Dounie merasa tidak ada yang mendukung diri nya untuk maju dan beradaptasi. Tidak ada yang peduli kepada Dounie ketika itu. Sehingga ini adalah ruang terbuka bagi pembuli untuk menghabisi nya. penindasan dan tidak kepedulian membuat Dounie terdiam sendirian di kamar milik nya.

Kekejaman tersebut membuat Dounie menjadi depresi dan semakin tidak waras. Apa bila ada seorang lewat di depan nya. secara langsung ia menjadi agresif dan tidak segan untuk menghabisi nya. suatu saat, Dounie di tenangkan oleh pengasuh yang dulu pernah berbincang bersama sang ayah, yaitu bu Mika. Dounie semakin akrab oleh pengasuh bu Mika.

Suatu saat, para pengasuh menceritakan suatu tentang orang tua. Para pengasuh menceritakan tentang betapa baik serta sayang nya orang tua sehingga mereka rela melahirkan kita di dunia ini. itu membuat Dounie berfikir, siapa yang melahirkan nya ke dunia ini?, siapa orang tua yang selama ini sangat sayang dengan nya. karena Dounie dititipkan pada saat usia nya sangat kecil. Dounie tidak ingat apapun. Suatu saat ia bertanya kepada sang pengasuh terbaik nya yang merawat nya.

“bu, aku mau tanya, sebener nya siapa sih orang tua ku? Kayak nya aku ngerasa gak pernah punya orang tua deh” Dounie yang bertanya kepada sang pengasuh.

Sang pengasuh tersenyum sekaligus senang karena ini adalah kali pertama nya Dounie berinteraksi dengan pengasuh. Sang pengasuh berkata, “Kamu punya keluarga, Cuma ketika kamu masuk kedalam komunitas ini, kamu masih berumur sangat kecil sehingga, mungkin kamu sudah lupa dengan apa yang terjadi ketika itu.”

Selesai pembahasan, sang pengasuhdengan tersenyum canggung ia memberikan selembar kertas kecil yang dititpkan oleh ayah nya kepada Dounie kemudian segera mematikan lampu dan segera bergegas untuk tidur.

Suatu saat, bencana melanda Desa nya. 2 gunung yang berada di dekat desa nya meletus secara bersamaan. Semua terlihat seperti kabut. Samar samar dan sangat tidak jelas. Dounie merasa seperti sedang di angkat oleh orang yang berpostur tubuh besar dan gagah. Tetapi, walupun sudah berlari sekuat mungkin. Ajal tetap menghampiri para penduduk desa. Dounie di lempar oleh orang yang berpostur besar tadi.

Dounie membuka mata nya lebar lebar sebelum adzan subuh datang. Ternyata itu hanyalah sebuah mimpi. Itu terasa sangat nyata bagi dirinya. Di pagi hari ia langsung bercerita semua yang sudah ia alami nya tadi malam kepada pengasuh nya dan memerintahkan untuk segera pergi dari sini. pengasuh nya tidak memberikan tanggapan apapun. Ia hanya tersenyum canggung untuk Dounie yang sedang panik.

Itu terasa sangat sangat lah nyata bagi nya. kepanikan yang di rasa dan kesakitan yang membekas. Kesedihan yang di lihat begitu nyata bagi nya ketika melihat penduduk desa hangus terbakar oleh lahar yang panas. Sungguh membuat nya bergemetar dan sangat panic.mungkin ini akan menjadi mimpi yang paling menakutkan bagi nya.

Ketika ia mencoba untuk bercerita kepada teman nya dan memerintahkan untuk pergi, tanggapan dari teman nya hanyalah suara ketawa yang terbahak bahak.

“Dounie, Dounie, kamu bagus juga untuk melawak pagi hari ini.” hanzu yang mencoba membuat kesal Dounie.

“hahahahahhahah, Dounie, Dounie, gak jelas banget sih kamu.” Di susul oleh teman lain nya.

Dalam keadaan seperti ini, sang pengasuh hanya sibuk untuk mengamati keadaan yang di alami oleh Dounie. Dounie sudah di jelaskan secara rinci, mengapa dia tidak di tolong dalam situasi seperti ini. Dounie sudah paham kenapa sang pengasuh tidak muncul untuk membantunya.Dengan perasaan kesal, ia memutar arah dan segera keluar dari ruangan.

Tak lama, terlihat pihak kota datang ke desa tersebut dan segera memberitahu warga desa untuk segera mengevakuasi diri tanpa alasan yang cukup jelas.

“ tolong dengar semua para penduduk desa, untuk menjaga keselamatan, kami memprediksi bahwa tidak lama lagi gunung yang tepat ada di depan kalian akan erupsi dan akan di prediksi desa ini akan lenyap sekejap. Tolong untuk segera mengevakuasi diri.” Pihak pemerediksi dari kota menghimbau untuk segera pergi.

“halah, apa sih, kita para penduduk desa sudah sangat lama hidup disini. Tidak mungkin gunung itu akan erupsi.” Warga desa yang menolak himbauan tersebut.

“tolong di mengerti semua, waktu kita tidak banyak.” pihak pemerediksi semakin panik

“yaudah yuk semua, kita pulang.” Warga desa sudah tidak ingin mendengarkan prediksi tersebut.

Pengasuh Dounie yang mendengarkan cerita Dounie pagi tadi, mulai berfikir bahwa orang kota itu benar. Tak lama, para pengasuh dan seluruh anak mulai mengikuti perintah untuk memasuki kendaraan evakuaisi dan segera mengevakuasi diri tanpa bersama penduduk Desa yang lain.

Hari demi hari terlewat secara tidak terasa. Para pengasuh sudah di evakuasi dan seluruh anak anak yang di sana sudah di adopsi oleh keluarga baru nya. tak lama berita mulai muncul di televisi. Itu menjelaskan pengasuh Dounie bahwa mimpi Dounie memang benar. Sang pengasuh merasa bersalah karena pernah tidak mempedulikan Dounie. Sang pengasuh bu Mika ingat akan perkataan ayah nya Dounie. Bahwa “dia adalah anak kebanggan yang tidak akan di ketahui.” Dari situ sang pengasuh yakin, bahwa Dounie akan menjadi anak yang sukses dan berhasil.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post