Muhammad Irsyad Al-Bikri

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Pahlawan yang Diidam-idamkan

Bertahun-tahun Ahmed menjadi penjaga benteng pertahanan kota. Akan tetapi, ada yang menjanggal dari Ahmed, yaitu menjadi penjaga tanpa menggunakan alat yang dapat menjaga keselamatan dirinya. Karena itu pulalah sang raja sangat penasaran siapa sebenarnya Ahmed ini.

***

Pada suatu masa, tersebutlah seorang pemuda bernama Ahmed. Dia bekerja sebagai penjaga benteng pertahanan kota. Keramahannya membuat penduduk kota tertegun melihatnya, karena hal tersebut merupakan pemandangan yang jarang sekali ditemukan di kota ini sebelumnya. Seorang penjaga kota dengan perwakan yang sangar dan tegas ditambah lagi dengan kehebatannya dalam memainkan pedang. Tapi berhati lembut kepada rakyat sekitar? Sangat tidak masuk akal pada zaman itu.

Hingga suatu ketika raja memanggilnya, “Ahmed, seorang penjaga benteng pertahanan kota. Apakah itu benar?”

“Benar wahai rajaku.” Jawab Ahmed dengan tenang.

“Tapi kenapa kau tidak mengenakan pelindung bagi dirimu dalam melaksanakan tugas?” Tanya sang raja dengan tegas.

“Haruskah aku mengenakannya?” Tanya Ahmed dengan santainya.

“Seharusnya engkau sangat membutuhkannya Ahmed. Engkau adalah penjaga benteng pertahanan kota satu-satunya yang bisa kuharapkan!” Tegas sang raja.

“Adakah jaminan jika aku mengenakan alat pelindung diri aku akan selamat dari segala bahaya? Dan apakah ada jaminan juga jika aku mengenakannya kota ini akan selalu aman dan tentram?” Tanya Ahmed dengan sorot mata yang tajam.

Rajapun bungkam, seribu kata yang ingin diucapkannya seakan sirna takkan keluar dari mulutnya. Tergumam dalam hati sang raja, “Mungkin dia orang yang kucari selama ini.”

Tak selang berapa lama, “Duar…Duar…Duar.” Rupanya kota ini telah diserang secara tiba-tiba oleh Negeri Seberang. Pasukan Negeri Seberang dipimpin oleh panglima kebanggaannya, yaitu Richard. Penyerangan ini telah direncanakan oleh Raja Negeri Seberang bertahun-tahun lamanya. Sebagian besar benteng pertahanan kota telah hancur tanpa sisa. Penduduk kota mulai bertanya-tanya dimanakah Ahmed?

Terdengar suara keributan dari ruangan sang raja.

“Aku harus menjaga kota dari serangan Negeri Seberang sekarang!” Tegas Ahmed.

Namun, raja melarangnya karena ia tidak mengenakan pelindung diri dan hanya menggunakan pedang.

“Aku tidak ingin sang penjaga kota yang hebat berakhir dalam peperangan ini!” Jawab sang raja dengan tegas pula.

“Percayalah padaku raja, aku akan berhati-hati dalam menyerang dan aku akan berusaha sekuat tenaga mengindar dari seluruh serangan. Setidaknya jika aku wafat, aku wafat sebagai pahlawan.” Jawab Ahmed

Rajapun gundah, berkecamuk segala perasaan dalam hatinya. Terbesit dalam hatinya, “Dia adalah orang yang tepat bagi putriku dan perang ini bisa menjadi dua momen, yaitu membahagiakan atau menyedihkan.” Keraguan dalam hati raja semakin menjadi, tapi apa boleh buat tekad Ahmed kuat daripada ketakutan sang raja.

***

Sebagian benteng kota telah hancur. Hanya tinggal menunggu waktu Pasukan Negeri Seberang memasuki Kota Edessa ini. Tiba-tiba alur peperangan berbalik, yaitu pihak Kota Edessa lebih unggul dibandingkan Pasukan Negeri Seberang. Panglima perang Negeri Seberang menyadari bahwa pasukannya telah kalah saing dengan Pasukan Kota Edessa. Iapun menganalisa, ternyata pasukan dari Kota Edessa mendapatkan bantuan. Betapa terkejutnya Panglima Richard mengetahui bahwa bantuan tersebut hanyalah satu orang. Ia berpikir keras, “Bagaimana mungkin 500 pasukan infantri dapat dikalahkan hanya dengan 1 orang saja? Inikan suatu hal yang tidak masuk akal. 1:500.” Sang panglimapun langsung turun tangan untuk menghadapi orang tersebut. Saat Richard telah berpapasan dengan orang tersebut, ia takjub melihat bentuk fisiknya dan keliahiannya dalam memainkan pedang. Ricahrd tersenyum dan bergumam dalam hati, “Dialah lawan yang kutunggu-tunggu.”

“Siapa kau?” tanya Richard.

“Aku adalah Ahmed sang penjaga benteng Kota Edessa.” Jawab Ahmed dengan santai.

“Penjaga benteng? Aku tidak percaya! Kurasa engkau adalah panglima dari kota ini!” tegas Richard.

“Terserah apa katamu. Yang terpenting adalah aku bukanlah seorang panglima perang.” Jawab Ahmed dengan sorot mata yang tajam.

“Aku Richard, ingin menantangmu bermain pedang. Satu lawan satu.” Tantang Richard dengan gaya yang sombong.

Tanpa basa-basi, Ahmed langsung saja memasang posisi kuda-kuda. Begitu juga dengan Richard. Tiba-tiba dentuman keras membuat Richard terjatuh dan terguling hingga kepalanya terluka. Richardpun dengan sigap langsung berdiri dan melancarkan serangan balasan. Ahmedpun bisa menghindar dan menangkis serangan dengan baik.

“Heah… Enyalah engkau dari muka bumi ini Ahmed!” teriak Richard dengan nafsu membunuh yang telah menguasai dirinya.

“Saatnya mengantarkanmu kepada kematian, Richard!” balas Ahmed dengan sorot mata yang tajam lagi membunuh.

Terdengar suara dentuman pedang yang amat keras di medan perang. Dua orang kebanggaan masing-masing kota sedang bertarung, siapakah yang paling hebat diantara keduanya. Hingga akhirnya, serangan yang dilancarkan Richard terhenti. Rupanya target Richard menghilang. Tiba-tiba entah datang darimana serangan tersebut langsung mengenai Richard. Alhasil serangan tersebut telah membelah tubuh Richard. Tersungkur di atas tanah tak bernyawa. Seketika, pasukan negeri seberang kocar-kacir berlarian kesana kemari untuk menyelamatkan diri. Kalah tak bisa dihindari, menang tak dapat dipungkiri. Kejayaan berpihak kepada Kota Edessa untuk hari ini, entahlah besok atau yang akan datang bagaimana. Raja yang mendengar kabar tersebut amatlah senang.

Selang berapa lama, rajapun memanggil Ahmed kembali.

“Ada apa rajaku?” tanya Ahmed.

“Aku ingin memberikanmu hadiah.” Jawab sang raja.

“Tak apalah rajaku, aku tulus dalam menjaga kota ini.” balas Ahmed.

“Terimalah ini adalah penghargaan dariku.” Jawab sang raja lagi.

“Baiklah akan kuterima, dengan satu syarat. Hadiah tersebut bukanlah hal-hal yang tidak kusukai.” Jawabnya.

“Aku ingin menikahkan engkau dengan putriku. Maukah engkau Ahmed?” tanya raja dengan raut muka yang serius.

Ahmed bungkam seribu kata. Berpikirlah satu-satunya jalan yang tepat. Tak bisa dipungkiri, bahwa menikah bukanlah persoalan yang main-main.

“Setelah kupikir-pikir. Hm… baiklah akan kuterima wahai rajaku.” Jawab Ahmed dengan setengah rasa ragu yang menyelimuti hati.

Namun, setelah itu Ahmed merasakan sebuah kebahagiaan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya, yaitu pernikahan. Dari dua insan inilah kelak akan lahir seseorang yang amat terkenal pada zamannya, yaitu Mehmed.

TAMAT

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post