Muhammad Irsyad Al-Bikri

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Memories of Daring

Daring, kata yang membuat hatiku seakan-akan disayat oleh kepingan masa lalu. Bagaimana tidak, lebih banyak dampak negatif yang terjadi pada diriku dibandingkan dampak positifnya. Mungkin ada juga orang yang lebih merasakan dampak positifnya dari pada negatifnya. Tapi, sedikit sekali yang merasakan hal tersebut. Kenapa saya dengan sangat yakin mengatakan hal tersebut? Karena saya melihat produk-produk sampingan dari dampak negatif selama pelaksanaan daring di depan pelupuk mata. Contohnya mewabahnya artis-artis tik tok dari kalangan pelajar, perubahan akhlak secara signifikan pada siswa yang mengarah kepada keburukan, dsb.

Kenapa terjadi perubahan akhlak pada siswa? Karena daring tidak menekankan pendidikan karakter kepada para siswa. Itulah penyebab kenapa pembelajaran tatap muka memiliki nilai lebih dari pada pembelajaran daring. Karena, dalam sistem pembelajaran tatap muka siswa lebih ditekankan pada pendidikan karakternya.

Daring memang memiliki dampak positif, akan tetapi jika kita telusuri lebih lanjut dampak negatifnya lebih menonjol daripada dampak positifnya. Dan bahaya terbesar dari daring ini adalah profesi guru kelak lambat laun akan tergantikan oleh teknologi dan rasa hormat siswa kepada guru seiring berjalannya waktu akan memudar. Karena yang mengajar mereka selama sistem pembelajaran berbasis online ini tidak didominasi oleh guru, melainkan teknologi yang berserakan di masyarakatlah yang banyak mengajarkan mereka tentang pelajaran-pelajaran di sekolah, membantu mereka dalam mengerjakan tugas dan masih banyak lagi yang dilakukan teknologi dalam membantu siswa selama proses pembelajaran daring.

Dampak positif terbesar daring adalah ia akan menjadi pengalaman hidup terbesar bagi mereka yang mau berpikir. Karena daring menyimpan banyak pembelajaran bagi kehidupan ke depannya agar tak terjatuh pada lubang yang sama. Itu dampak positif terbesar menurutku. Dan mari kita berharap sembari menadahkan tangan meminta kepada yang maha kuasa agar pandemi ini cepat berlalu. Agar dampak negatif ini tidak menjadi penyakit jangka panjang yang mewabah ke seluruh golongan masyarakat.

Beranjak dari pengalaman selama daring, dengan berbagai kekurangan dan kelebihannya. Aku lebih memilih pembelajaran secara tatap muka. Jika selama ini beberapa pihak mengatakan bahwa kecanggihan teknologi akan mengambil alih peran guru dalam mengajar. Kehadiran corona, yang memaksa semua lembaga pendidikan menyelenggarakan pembelajaran secara daring.

Semua teori itu, akhirnya terbantahkan. Bahwa peran guru tidak bisa digantikan oleh secanggih apapun perkembangan teknologi. Saat sekolahku mengumumkan dalam waktu dekat akan dilaksanakan pembelajaran secara daring. Semua siswa termasuk diriku menyambut dengan sangat gembira berita tersebut. Ada semburat kerinduan untuk bisa bertemu dengan teman-teman. Apalagi bertemu dengan ustadz.

Kehidupan berasrama, kebetulan sekolahku adalah Sekolah Islam Berasrama (Islamic Boarding School), maka tentu saja suasana sekolahnya berbeda dengan kebanyakan sekolah lainnya. Kehidupan berasrama mengajarkan aku banyak hal. Kemandirian, bersosialisasi, serta kerja sama dengan semua teman di asrama, membuat pembelajaran secara daring sebelumnya, sangat merugikan. Karena banyak nilai-nilai yang tidak bisa digantikan secara daring.

Persiapan menghadapi pembelajaran tatap muka, membuat ada semangat baru bagiku. Dan waktu yang sudah ditentukan oleh sekolahku, benar-benar aku sambut dengan suka cita. Semua syarat-syarat harus aku penuhi. Misalnya isolasi mandiri di rumah, kemudian dilanjutkan dengan tes rapid antibody (pada waktu itu belum ada instruksi rapid antigen). Setelah mendapatkan hasil yang sesuai dengan persyaratan, aku melanjutkan dengan isolasi mandiri.

Waktu pertama aku mengikuti pembalajaran tatap muka, bersama temanku di kelas, belum lagi kehadiran ustadz yang selalu ada bersama aku dan teman-teman, tentu saja membuat semangat belajar semakin meningkat. Semua tugas dapat aku selesaikan dengan baik. Bahkan target hafalan AlQuran yang sebelumnya selama daring belum maksimal, saat tatap muka mampu aku selesaikan dengan baik. Akhirnya di penghujung tahun 2020, aku bersama satu sahabatku, mampu menyelesaikan hafalan 30 juz dan berhak diwisuda dengan predikat sangat baik.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post