Muhammad Irsyad Al-Bikri

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Kekuatan Orang Dalam

Arhuz, itulah namaku. Orang-orang memberiku julukan ,”pembocor rahasia paling hebat” walau menurutku sebenarnya biasa saja. Memang, aku terkenal sangat ahli dalam dunia perintelan. Namun, itu dulu. Hingga datangnya satu kasus yang sangat rumit kupecahkan. Itu kali pertama aku mencium bau-bau kegagalan pada diri ini.

***

“Count Arhuz, ada misi baru untuk anda.” Tegas seorang petugas.

“Baik. Aku akan menuju ruang pimpinan sekarang.” Jawabku dengan nada sedikit sombong.

Akupun berjalan menuju ruangan para pemimpin organisasi intel kami, PIH namanya. Karena aku terkenal hebat, akhirnya aku memiliki kebiasaan berjalan dengan gaya yang songong. Banyak orang yang menyapa di tengah perjalanan menuju ruangan tersebut.

“Selamat pagi. Apa misi baru untukku. Jarang sekali aku dipanggil pagi-pagi buta seperti ini.” sapaku dengan nada senang.

“Shuttt. Jangan terlalu girang Arhuz. Misi kali ini sedikit berbeda. Bahkan intel terhebat dari negara lainpun tak sanggup menyelesaikan misi ini.” jawab seorang pimpinan. Alex namanya.

“Baiklah. Apa misinya? Tolong jelaskan secara rinci misi tersebut.” tanyaku dengan sedikit menghela nafas.

“Baik. Jadi, ada seseorang bernama Brian telah mencuri sesuatu yang amat berharga bagi dunia ini. Kamu tahukan apa itu?” jelas Alex.

“Iya. Aku tahu itu. Sebuah chip yang menyimpan seluruh data makhluk bumi pada masa ini. Bagaimana mungkin hal sepenting itu tidak dijaga dengan ketat. Dasar penjaga yang tidak profesional.” Jawab dengan nada yang meremehkan.

“Brian sangat pintar. Ia seperti mengetahui seluk beluk dari penjagaan chip tersebut. Kebiasaan sang penjaga, kapan ia lalai dalam berjaga dan masih banyak lagi.” jelas Alex dengan raut wajah yang sangat serius.

“Baiklah. Akan kutangani kasus ini dengan secepat mungkin. Karena aku tak ingin membuat kalian menunggu.” Jawabku sambil meninggalkan ruangan.

Aku berjalan menyusuri lorong sembari berpikir berbagai macam cara untuk mengatasi masalah ini.

“Bagaimana mungkin ia memantau selama 24 jam nonstop tanpa tidur. Itu rasanya mustahil. Atau mungkin saja ia telah memasang CCTV. Tapi, dimana letak pusat kendalinya?”

Aku pun terus berpikir hingga aku tak menyangka bahwa aku telah tiba di parkiran. Lalu, segera aku memasuki mobil dan melaju dengan kecepatan tinggi menuju tempat tujuan. Aku pun teringat akan suatu hal, dengan sesegera mungkin aku mengambil handphone dari sakuku. Tanpa memikirkan safety drive aku menghubungi seseorang,

“Tolong pesankan aku tiket menuju London hari ini juga. Aku tunggu e-ticket nya dalam waktu satu menit melalui e-mail.”

Terdengar sumpah serapah dari stafku. Namun, tak kuhiraukan karena hal tersebut sudah biasa kudengar dalam keadaan yang genting seperti ini. Langsung kupacu mobil ini dengan kecepatan 140 km/jam menuju bandara.

Tak butuh waktu lama, aku telah keluar dari gerbang tol. Hanya dalam waktu 5 menit saja aku telah tiba persis di parkiran bandara. Tepat waktu, 10 menit sebelum keberangkatan pesawat yang akan kunaiki. Dengan berlari aku membuka handphone dan melihat sebuah e-mail telah masuk dari Isabella, stafku.

Mimpi buruk terjadi saat aku berada di imigrasi, aku baru ingat bahwa pasportku tertinggal di kantor. Namun, aku memiliki teman sebagai boss imingrasi. Aku berhutang padanya. Andai saja terlambat saja aku satu menit mungkin aku telah ditinggal oleh pesawat dengan tujuan London. Akhirnya aku bisa masuk tanpa membawa pasport.

Di dalam pesawat tak banyak yang kulakukan, melainkan hanya memikirkan strategi dalam memecahkan masalah ini. Hingga akhirnya aku tertidur pulas sampai aku tiba di London.

Setibanya di London, aku langsung bergegas ke gedung dimana chip itu disimpan. Langsung aku mencari segala sesuatu yang terlihat mencurigakan. Dalam pikiranku, tak ada yang tampak mencurigakan kecuali satu hal, yaitu CCTV. Aku langsung bertanya kepada para petugas, tak ada yang mengetahui walau seorang. Aku berusaha mencari, terlintas dalam benakku,

“Tak ada yang kutemukan. Tapi aku yakin akan satu hal, bahwa CCTV itu bentuk dan letaknya tidaklah lazim.”

Langsung aku berlari menuju parkiran, dalam waktu 5 detik aku telah tepat berada di kursi kemudi. Aku berpikir keras dan memutuskan pergi menuju kantor pusat pendataan para penjahat kelas kakap. Kupacu mobilku dengan cepat, tak ada lagi kata-kata safety drive dalam otakku.

Tak butuh waktu lama, aku telah tiba tepat di kantor tersebut.

“Hai sir, bisa aku bertemu dengan pimpinan? Ada urusan penting yang ingin kubicarakan.”

Aku langsung dipersilahkan masuk karena mereka telah mengenaliku. Karena aku sudah sangat sering berkunjung ke tempat ini.

“Hai boss, kuharap kabarmu baik hari ini.” sapaku dengan nada sok asyik.

“Kuharap kau juga begitu. Ada apa Huz?” tanyanya.

“Aku ingin melihat daftar nama-nama penjahat di bumi ini boss.” Aku pun mulai serius dalam pembicaraan tersebut.

“Ikuti aku.”

Kami pun berjalan perlahan menuju ruang bawah tanah. Tempat dimana disimpannya data yang amat penting itu. Sesegera mungkin aku mencari data penjahat atas nama Brian. Satu jam kuhabiskan tanpa adanya titik terang. Tidak sesuai dengan dugaanku. Kuharap maksimal waktuku dalam mencari hanyalah satu jam malah sampai tiga jam. Itupun tak kunjung kudapatkan data tersebut. Hingga lembar terakhir data para penjahat pun kupegang. Berharap bahwa inilah datanya. Ternyata bukan. Kekecewaan yang amat mendalam bagiku.

Thank you boss sudah membantuku.”

“Tidak masalah bung.” Jawabnya. Lalu aku bergegas pergi dari kantor tersebut. Tanpa adanya tujuan yang jelas, kupacu mobilku menuju jalanan London yang ramai namun lancar. Aku mengendarai mobil sambil berpikir. Sudah diambang batas aku berpikir sekarang. Tak ada jalan keluar dalam masalah ini. Belum kutemukan titik terangnya.

“Tidak ada tanda-tanda bahwa kejadian ini berasal dari eksternal. Kemungkinan besar masalah ini berasal dari internal PHI.”

Kalimat tersebut selalu terngiang di kepalaku selama aku mengendarai mobil. Hingga akhirnya,

“Bell, pesankan untukku tiket pulang ke Jakarta. Hari ini juga.”

“Kau tidak tahu sekarang jam berapa boss?”

“Baiklah. Setelah kau memesankan tiket untukku. Aku akan berikan tiket nonton konser BTS, kelas eksekutif. Bagaimana?”

Yes, aku suka itu.”

“Cepat, aku tidak suka menunggu lama.”

Tak perlu menunggu lama, aku telah mendapatkan notif dari handphoneku. Langsung kupacu mobilku dengan kecepatan tinggi. Tak ada lagi safety drive yang ada hanya bullshit belaka.

Dalam waktu 5 menit, mobilku telah terparkir sempurna di parkiran bandara. Bergegas aku menuju boarding pass agar tidak ketinggalan pesawat terakhir dengan tujuan Indonesia.

***

“Dia telah kembali. Mungkin misi yang ia kerjakan telah tuntas”

Aku pun berjalan dengan rasa bangga, walau misi tak kunjung terselesaikan. Menaiki lift lalu tiba di lantai tertinggi dari gedung tersebut. Tempat dimana para petinggi PHI berada.

“Bagaimana Count Arhuz? Telah terselesaikan misimu?” tanya salah seorang petinggi.

“Belum. Tapi akan kuselesaikan secepat mungkin. Sekitar 1-2 hari misi ini akan kupecahkan. Pegang kata-kataku”

Tak ada lagi yang membicarakan tentang misiku. Lalu kami melebur dalam perbincangan hangat kehidpuan sehari-hari. Namun, tak ada yang menyadari bahwa hal tersebut hanyalah tipuan belaka.

“Baiklah, aku pergi dulu. Satu detik dalam hidupku sangat berharga.” Aku mohon pamit sambil berjalan membelakangi para pimpinan.

Kupacu mobilku menuju rumah. Sembari menyantap roti, aku mengendarai mobil dengan kecepatan rendah.

“Inilah waktunya.” Gumamku dalam hati selama dalam perjalanan menuju rumah. Setibanya di rumah, langsung kubuka PC dimana rekaman kamera pengintai dapat kulihat dari PC tersebut.

“Akan kuawasi kalian semua, para pimpinan PHI. Hahahaha.”

Seharian penuh, bahkan hampir dua hari aku berada di depan PC tersebut. hingga titik terang mulai menampakkan kebenarannya.

“Tertangkap sudah kau Alex. Tak kusangka kaulah pencurinya.”

Bergegas aku pergi ke tempat dimana sang pelaku berada.

***

“Telah kutemukan siapa pelakunya.”

“Akhirya kau menyelesaikan tugasmu, Arhuz. Baiklah aku akan menelpon kepolisian sekarang.” tanggap seorang pimpinan. Michael namanya.

“Tidak perlu. Aku telah membawanya sendiri.”

“Hah? Jadi pelakunya adalah orang yang berada di organisasi ini?”

“Yaps. Anda benar sekali. Tak ada yang mengetahui tempat dimana chip itu diletakkan, kecuali orang-orang yang berada di organisasi intel di setiap negara bukan? Itulah sebabnya, saat aku di London mulai terpikir hal tersebut. Betulkan Alex?” Jawabku dengan mata yang melotot ke arah Alex.

“Cihh, kurang hajar. Bagaimana dia mengetahuinya.” Gumam Alex dalam hati.

“Sesuai dugaanku, kau akan bertanya bagaimana aku melakukannya bukan? Itu mudah. Anggap saja percakapan dua hari yang lalu hanya basa-basi belaka. Disana kau akan tahu bahwa aku telah menyelipkan alat pengintai pada diri kalian semua. Hoooaaah, easy bukan?” aku menjawabnya sambil menguap karena hanya tidur dua jam dalam sehari.

“Langsung saja tangkap dia Pak Polisi. Hukum dia dengan hukuman yang seberat-beratnya.” Tegas Michael.

Semua telah usai. Sang pelaku telah tertangkap, seekor serigala berbulu domba yang menjadi pimpinan hanya untuk royality pribadi saja. Namun, aku harus mengurusi masalah lain lagi.

TO BE CONTINUED

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post