Perpustakaan Tempat Membangun Masa Depan

Oleh : Muhammad Ataya Mahya Nadhif

Ada pepatah mengatakan “buku adalah jendela dunia”. Pepatah itu berarti kita bisa mengenal dunia dengan membaca buku. Namun, pastinya kita tidak bisa mengenal seluruh dunia hanya dengan membaca satu buku. Semakin banyak buku yang dibaca, semakin luas juga wawasan kita. Oleh karena itu, kita bisa datang ke tempat di mana berisi banyak sekali buku-buku dengan berbagai jenis dan penulis. Tempat itu adalah perpustakaan. Kita bisa mencari banyak jenis buku di sana, novel, cerpen, pentigraf, biografi, dan masih banyak lagi.

Pada zaman dulu, sebelum berkembangnya era digitalisasi seperti saat ini. Orang-orang yang ingin membaca buku akan berkunjung ke perpustakaan sekolah atau daerah. Jauh berbeda dengan zaman sekarang, semua hal bisa dilakukan secara digital atau online. Hal tersebut lebih memudahkan kita untuk membaca buku. Terdapat perpustakaan digital yang dapat diakses melalui handphone atau computer. Namun, faktanya masyarakat Indonesia masih memiliki minat baca yang rendah. Padahal membaca sangatlah penting.

Kita harus mulai menanamkan kebiasaan membaca sejak dini. Bisa dengan mengajak anak-anak untuk berkunjung ke perpustakaan umum. Intinya kita harus jadikan membaca sebagai kebutuhan bukan keinginan. Karena selain dapat meningkatkan wawasan anak, membaca juga membantu dalam perkembangan otak. Sehingga kelak akan menjadi anak yang cerdas dan memiliki masa depan baik.

Aku sendiri sebagai seseorang yang cukup aktif menulis juga turut merasakan manfaat dari perpustakaan. Aku bisa mencari inspirasi menulis dengan membaca buku di perpustakaan, terutama cerita fiksi. Perpustakaan di sekolahku memiliki banyak novel atau kumpulan cerpen.

Aku pernah meminjam sebuah buku kumpulan cerpen di perpustakaan sekolah. Saat itu sedang jam kosong sehingga aku merasa gabut. Saat melihat dan membaca sampul, aku merasa buku ini akan biasa saja. Setelah membaca satu judul cerpen, aku mengubah pikiran. Karena cerpen yang ditulis tidak membosankan. Aku langsung menamatkan buku tersebut di hari itu juga. Terdapat kurang lebih 12 judul cerpen dalam buku tersebut.

Setelah membaca buku itu aku mendapat semangat untuk membuat buku solo lagi. Namun, berbeda dengan buku sebelumnya yang berjenis memoar. Kali ini aku ingin membuat novel atau kumpulan cerpen. Setelah itu, aku bertanya kepada guru untuk mencari tahu lebih dalam tentang penulisan cerpen. Ternyata sebuah cerpen harus memiliki plot twist atau alur cerita yang tidak tertebak. Tujuannya untuk memberi efek kejutan kepada para pembaca. Tentunya tidak mudah untuk membuat alur cerita seperti itu. Kata guruku untuk membuat alur seperti itu membutuhkan jam terbang yang tinggi. Oleh karena itu, aku harus belajar lebih banyak lagi tentang menulis. Tetapi tidak ada gunanya jika hanya belajar teori, kita harus mempraktekkannya dengan cara sering menulis.

Biografi

Muhammad Ataya Mahya Nadhif, lahir di Kabupaten Jember Jawa Timur pada 14 Oktober 2009. Ia adalah putra kedua dari Nugroho Hadi Prasetyo dan Ika Iffah Ilmiah.

Saat ini, ia sedang menempuh pendidikan di MTsN Jember 2 kelas IX H. Buku solo yang pernah ditulisnya adalah “Sketsa Alur Kehidupan.” Untuk antologi sudah belasan jumlahnya.

Ia dapat dihubungi melalui email: [email protected] dan No.Wa: 085172087501.