Bidadari dalam Kehidupan

Oleh : Muhammad Ataya Mahya Nadhif

Ibu merupakan sosok yang sangat berjasa bagiku. Dia selalu mengajarkan hal-hal yang baik. Kasih sayang untuk anaknya akan selalu ada sepanjang masa. Tak kenal lelah untuk merawat dan membesarkan anaknya. Dia juga sudah mengandung selama 9 bulan dan melahirkanku. Sungguh sebuah perjuangan yang tidak main-main. Banyak cerita yang dilalui saat sedang mengandung dan melahirkan aku.

Saat baru mengandung aku selama 8 bulan, ibuku harus diopname di rumah sakit karena diare. Dia diberikan beberapa obat oleh dokter. Namun, dia menolak untuk mengonsumsi obat-obat itu. Karena dia takut kalau itu akan berefek kepada kandungannya. Padahal itu obat dari dokter, seharusnya sudah disesuaikan dengan kondisi pasiennya. Namun, itu menunjukkan bahwa dia sangat sayang dengan calon bayinya. Dia mau bayinya itu terlahir dengan normal dan sehat.

Dia juga pernah bercerita tentang kondisinya saat melahirkan aku. Saat itu proses melahirkannya sangat lama. Sampai-sampai ibuku merasa kedinginan dan harus diberi selimut. Ini terjadi karena dokter masih harus membenarkan bekas jahitan saat melahirkan kakakku. Syukurnya aku bisa dilahirkan dengan selamat. Ibuku juga bisa melihat bayi kecilnya dengan senyum kebahagiaan.

Namun, saat itu entah mengapa aku tidak mau minum apapun. Karena dari itu aku dimasukkan ke sebuah inkubator. Ibuku sampai menyewa 1 kamar lagi supaya bisa menjagaku, tetapi aku tetap tidak mau minum. Akhirnya aku coba dipuasakan untuk merangsang rasa haus di dalam tubuhku. Namun, aku masih juga tidak mau meminum apapun. Akhirnya dokter terpaksa menyuntikkan vitamin ke dalam tubuhku. Ibuku hampir menangis dan tidak mau melihat saat aku disuntik, karena tidak tega. Bahkan 2 hari setelah melahirkan, dia sudah bisa berjalanan karena bolak-balik mengecek keadaanku.

Ibu juga sangat tulus dalam merawatku jika aku sakit. Dia rela meninggalkan pekerjaannya demi merawatku. Dia juga selalu menanyakaan keadaanku, apa yang aku rasakan. Selalu menanyakan makanan apa yang ingin aku makan. Sungguh bentuk kasih sayang yang tidak ada batasnya. Tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Dia juga selalu pulang kerja sore hari, bahkan beberapa kali matahari sudah tenggelam, tetapi dia juga belum sampai di rumah. Semua ini dia lakukan demi keluarganya. Meskipun tergolong orang yang sibuk. Ibuku tetap meluangkan waktu bersama keluarganya. Apalagi kalau hari libur, pasti dia mengajak kami untuk keluar.

Ibu sudah menggunakan banyak waktu dan energi demi membesarkanku. Namun, aku masih belum bisa membalas kebaikannya itu. Malah sering kali aku bersikap yang tidak baik kepada ibuku karena aturan-aturan yang dia buat. Padahal aturan itu dia buat supaya bisa membuatku menjadi orang yang lebih baik. Semoga suatu saat nanti aku bisa membalaskan kebaikan-kebaikan yang dilakukan oleh ibu untukku.

 Biografi

Muhammad Ataya Mahya Nadhif, dilahirkan di Kabupaten Jember Jawa Timur pada 14 Oktober 2009. Ia adalah putra kedua dari Nugroho Hadi Prasetyo dan Ika Iffah Ilmiah.

Saat ini, ia sedang menempuh pendidikan di MTsN Jember 2 kelas VII H. Buku antologi yang pernah di tulis adalah “Merdeka” (2022), “Aksara Menjadi Karya” (2022), “Pemuda Harapan Masa Depan” (2022), “Guruku, Pahlawanku” (2022)

Ia dapat dihubungi melalui email: [email protected] dan No.Wa: 085230249084.