Mochamad Fadjri

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Jerapah Yang Baik Hati

jebri si jerapah yang baik hati

Pagi itu, Jebri si anak Jerapah sedang bermain bersama teman-temannya. Ada Ikan Salmon, Landak, Teripang, Bintang laut, Penyu dan Kepiting.

Setiap hari, mereka selalu bermain bersama. Terkadang mereka bermain petak umpet, main tebak-tebakan atau berlomba lari. Tentu saja kalau diadu berlomba fisik seperti lomba lari maka si Jebrilah yang selalu menjadi juaranya. Walaupun Jebri masih anak-anak namun dibandingkan dengan tubuh teman-temannya dia yang memiliki tubuh yang lebih besar.

“Tuhkan, aku menang lagi,” kata si Jebri ketika memenangkan lomba lari pagi itu.

“Aduuhhh aku hampir saja mengalahkan si Jebri lho kali ini... tapi langkahku kalah banyak sihhh!” teriak si Landak.

“Huuuu ya jelas kalah dong, Landak!...Saat berada di tikungan pertama saja kamu dapat aku susul!” seru Si Salmon.

“Wah..wah..wah...aku lelah teman-teman, untuk lomba lari kali ini aku nyerah aja dehhh !” kata si penyu, bintang laut dan teripang nyaris bersamaan.

“Hehehehehe...sebenarnya aku bisa menang lho,” kata kepiting

“Kakiku khan ada sepuluh, tapi saat aku masih siap-siap kalian sudah membunyikan start...yaaa...jadi aku kalah dechhhh!”

“Huuuu...kamu ini cari-cari alasan saja, Kepiting! Akui saja kalau kamu tidak bisa menandingi kehebatan larinya si Jebri dehhh!” sergah teman-teman si Jebri.

Dalam hati, si Kepiting berpikir bahwa memang harus diakui bahwa si Jebri selalu menang dalam hal berlomba yang menggunakan fisik, namun untuk lomba yang lain mungkin dia harus mengakui kemenanganku. Dan saat itu si kepiting berusaha mencari ide jenis lomba yang tidak akan dimenangkan si Jebri.

“Teman-teman,” kata si kepiting “Setelah kita mengadakan lomba fisik, besok giliran kita berlomba yang lain.”

“Lomba apa itu, kepiting?” kata si teripang

“Iya...lomba apa itu?” seru teman si kepiting yang lain.

“Kali ini kita akan mengadakan lomba bercerita tentang keindahan pemandangan pantai! Siapa yang ceritanya bagus, dia yang akan menjadi juaranya! Bagaimana?”

“Baiklah kalau begitu...aku setuju aku setuju setujuuuu!” teriak yang lain

“Baiklah, karena hari ini sudah sore mari kita pulang. Dan besok pagi kita bertemu di tempat ini lagi untuk memulai pertandingan kita. Oke selamat sore teman-teman...!” kata si kepiting sambil berjalan pergi meninggalkan Jebri dan diikuti teman-teman yang lain.

Setelah satu persatu temannya pergi, si Jebri tidak beranjak selangkahpun dari tempatnya. Dia sedih dan menangis dalam hati mendengar jenis lomba yang akan diadakan teman-temannya besok pagi.

“Kenapa harus Lomba bercerita keindahan suasana pantai.?” pikir di Jebri. “Uhhh, jangankan bisa bercerita tentang pantai. Sejak aku lahir saja sampai sekarang melihat pantai saja aku tidak pernah.

Bagaimana bentuknya, apa saja yang ada di sana sama sekali tidak aku ketahui. Lalu bagaimana aku bisa mengikuti lomba besok pagi?

Uhhh...ada-ada saja si kepiting itu!”

Semakin dipikirkan membuat si Jebri semakin sedih. Dia semakin putus asa dan ingin pergi jauh-jauh agar besok tidak malu karena tidak bisa menceritakan suasana pantai kepada sahabat-sahabatnya.

“Huuuu...huuuu...huuuu huuuuu,” si Jebri mulai menangis sesenggukan. Ia berjalan ke sana kemari tanpa tujuan. Ia berpikir bagaimana caranya dia bisa melihat suasana pantai. Sepanjang jalan dia berdoa mudah-mudahan ada yang menolong dirinya.

Tidak jauh dari tempat si Jebri, ada seekor jerapah yang sejak tadi memperhatikan tingkah si Jebri.

“ho...ho..ho...ho Assalamu‟alaikum Jebri?” sapa Pak Jerapah.

“Wa alaikumussalam warohmatullohi wabarokatuh, Pak Jerapah‟” jawab si Jebri.

“Ada persoalan apa Kok kamu kurang ceria hari ini? kamu diganggu teman-temanmu ya?”

“eee...tidak, Pak Jerapah! Teman-temanku baik semua kok.”

“Lalu...kenapa kok kamu bersedih begitu? coba ceritakan masalahmu, mungkin saya bisa membantumu.”

Mendengar itu Pak Jerapah ingin membantunya, membuat si Jebri kegirangan. Seolah ada jalan keluar agar ia tahu tentang seluk beluk tentang pantai. “Tentu Pak Jerapah lebih tahu banyak tentang pantai,” pikir si Jebri.

“Aku sedih, Pak Jerapah. Sebab besok pagi kita akan berlomba bercerita tentang suasana pantai. Nah, aku sedih karena sampai sebesar ini sama sekali tidak tahu apa pantai itu. Bagaimana bentuk dan apa saja yang ada di sana. Nah, kira-kira bisakah Pak Jerapah menceritakan tentang pantai , Pak?” rengek si Jebri.

“Hemmm sebenarnya aku tahu banyak tentang pantai. Tetapi sesuatu yang diceritakan dari orang lain itu berbeda hasilnya apabila kamu melihat suasana pantai sendiri,” kata Pak Jerapah.

“Maksudnya apa,Pak?”

“Begini saja, kamu harus melihat suasana pantai sendiri...tidak usah aku yang menceriterakannya. Nah, dengan demikian kamu akan lebih leluasa menceriterakan suasananya menurut pengamatanmu sendiri.”

“Wah Pak Jerapah...aku semakin tidak mengerti!”

Pak Jerapah mengerti maksud si Jebri. Ia tidak mengerti sebab tidak tahu bagaimana caranya melihat suasana pantai yang jaraknya cukup jauh. Namun tiba-tiba Pak Jerapah menundukkan kepalanya dan mengangkat tubuh si Jebri. Betapa kagetnya si Jebri. Ia takut jatuh. Lalu dengan keempat kakinya ia berpegangan erat-erat ke leher pakJerapah.

“Paaaakkkk aku takuuttt!” teriak si Jebri.

“Tenang, Jebri! Bapak akan menjaga tubuhmu agar tidak jatuh.”

“Waaaaahhhhh waaaahhhh waaahhh Pak! Aku melihat

banyak air berwarna biru di balik hutan ini. Aku melihat sebuah dataran luas berwarna putih di pinggirnya. Dan aku lihat banyak air silih berganti bergerak berkejar-kejaran menuju dataran luas yang berwarna putih itu. Ouwww...airnya kembali ke tengah lagi Waouuuuuwww indah sekali Pak Jerapah.”

Pak Jerapah hanya bisa tersenyum melihat si Jebri mulai mengenal suasana pantai saat itu.

“Naaahhhh itulah yang dinamakan pantai, anakku.” kata pak Jerapah.

“Indah sekali Pak suasana di sana!”

“Terima kasih, Pak Jerapah! Entah bagaimana caranya aku harus berterima kasih kepada Bapak?!”

“Sudahlah, anakku. Bapak juga ikut bahagia melihat kamu bahagia. Bapak bersyukur masih bisa membantumu mengenal akan suasana pantai. Bukankah kita hidup ini untuk saling tolong menolong, anakku! Camkanlah itu. Kita hidup ini untuk saling tolong menolong. Bila kamu suka menolong temanmu maka suatu saat bila kamu ada kesulitan tentu ada saja yang akan menolongmu.”

“Baiklah Pak, terima kasih banyak atas nasehatnya.”

“Sama-sama, anakku. Dan pesanku lagi, tolong diingat-ingat semua apa yang kamu lihat tentang suasana pantai tadi. Jangan sampai terlupakan apa-apa yang telah kamu lihat tadi. Dan mudah-mudahan kamu akan bisa memenangkan lomba lagi.”

Si Jebri merasa gembira. Ia kini bisa tertawa senang karena telah mengenal apa itu pantai dengan segala suasana yang ada di sekitarnya.

Besok pagi ia siap berlomba dengan teman-temannya lagi. Pak Jerapah ikut merasakan senang dengan keceriaan si Jebri, kemudian ia melanjutkan perjalanan pulang untuk menemui keluarganya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post