Pada masa Belanda menguasi Pulau Sumatera, sekitar pertenahan abad ke-19 Belanda juga berhasil menguasai daerah Tapanuli. Pada waktu menguasai tapanuli ini, rakyat banyak yang menderita karena penjajahan atau kerja paksa yang dilakukan Belanda. Menghadapi tindakan Belanda itu, Si Singamangaraja tampil memimpin perlawanan rakyat Tapanuli melawan Belanda. Si Singamangaraja adalah raja di Kerajaan Tapanuli pada tahun 1870. Ia adalah seorang pejuang yang gagah berani.

Perlawanan rakyat Tapanuli di bawah pimpinan Si Singamangaraja ini membuat Belanda kalang kabut. Pasukannya banyak yang tewas. Untuk meredakan perlawanan rakyat Tapanuli ini, maka Belanda melakukan siasat liciknya, yaitu devide et impera atau memecah belah, lalu menguasai. Selain itu, Belanda pun memberikan janji-janji palsu kepada para pembantu Si Singamangaraja untuk diberi pangkat tinggi dan memberikan hadiah yang besar asal tidak melakukan perlawanan kepada Belanda. Siasat dan janji Belanda ini berhasil karena para pembantu Si Singamangaraja yang terperangap janji-janji palsu Belanda satu per satu mulai meniggalkannya. Meghadapi siasat dan janji Belanda ini, Si Singamangaraja dibantu oleh putra-putranya terus melakukan perlawanan sambil berusaha mengajak kembali para pembantunya untuk berjuang melawan Belanda. Setelah menyadari siasat dan janji-janji palsu Belanda, para pembantunya itu kembali bergabung dan melakukan perlawanan kepada Belanda. Pada tahun 1907 dalam suatu pertempuran Si Singamangaraja gugur karena ditembak Belanda. Akibatnya, perlawanan rakyat Tanapuli pun semakin melemah, sampai akhirnya Belanda dapat menguasai Tanapuli.