Kevin Nurul Rizky

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Bab 2 ; Keputusan yang Berat

Pagi yang cerah, awalan yang baik untuk hari ini. Rommel dan Pamannya siap untuk berburu.

"Ayo Rommel, kita berangkat sekarang!" Ucapan pamannya yang sudah bersedia.

Rommel yang masih mengerjakan pekerjaan rumah harus bersiap, karena Pamannya sudah memanggilnya. Baginya menyelesaikan sebagian pekerjaan rumah sebelum pergi berburu adalah hal yang biasa, agar saat pulang berburu ia hanya mengerjakan pekerjaan rumah tidak terlalu berat dan lebih banyak waktu untuk beristirahat.

"Baiklah, aku sudah siap. Ayo berangkat!" Sahut Rommel yang sudah menyelesaikan sebagian pekerjaan rumahnya dan sudah menyiapkan alat-alat perburuannya.

Sesampaimya di hutan belantara, Rommel dan Pamannya dibuat heran, karena tak ada satupun hewan yang tampak. Hewan-hewan itu hilang bagai di telan bumi. Kecurigaan dari Rommel muncul, ia meminta pamannya agar tidak terlalu lama melakukan perburuan.

"Sepi sekali, kemana hewan-hewab buruan kuta?" Tanya Pamannya.

Rommel yang sadar apa yang akan terjadi, bergegas untuk meminta pamannya agar mereka pulang dan meninggalkan hutan belantara itu dengan senyap.

"Kurasa ada penyusup atau pemburu selian kita, jadi lebih baik kita pulang untuk mencari aman," Jawab Rommel dengan penuh kepastian.

Benar saja, setelah keluar dari hutan belantara itu Rommel melihat seekor rusa dengan keadaan berjalan terpincang-pincang karena adanya luka tembak di kaki rusa tersebut, yang hendak keluar dari hutan belantara. Tak ingin lama untuk mengambil keputusan, Rommel segera mengeker bagian badan rusa itu. Saat ia ingin menarik pelatuk pada senapannya, tanpa ia sadari, rusa yang ia sudah targetkan ternyata sudah terkapar di tanah. Ternyata rusa itu telah terbunuh oleh Pamannya yang juga menyadari kehadiran rusa tersebut.

"Yeah... aku yang menembak rusa itu, kau kurang cepat Rommel!" Ucap Pamannya.

Mereka berdua pun segera menghampiri dan menguliti buruan nya tersebut secara perlahan-lahan. Setelah itu mereka berdua kembali untuk pulang, karena tingkat kewaspadaan tinggi yang dimiliki Rommel. Ia meminta kepada Pamannya agar selalu memperhatikan daerah sekitar dan harus siap siaga jika ada hal yang tidak diinginkan terjadi.

"Tetap waspada, aku merasa di setiap bukit dan hutan seberang yang kita lewati ini, seperti ada orang yang sedang mengintai pergerakan kita," Tutur Rommel ke Pamannya

Sesampainya di rumah mereka berdua dikejutkan dengan adanya 1 truk bermuatan tentara yang sedang berjaga di sekitaran rumahnya, serta 2 orang yang sedang menunggu kehadiran sang pemilik rumah. Rommel yang melihat itu segera menyiapkan dan mengeker salah satu tentara yang berjaga di sekitaran rumahnya. Rommel mengira bahwa para tentara itu adalah tentara musuh dari Middle land. Mengetahui hal itu Pamannya segera mendorong Rommel yang hampir menembakan 1 peluru ke tentara itu, agar pelurunya meleset.

"Kau sudah gila ya, oara tentara itu adalah tentara putih dari Winter land!" Ucal Paman dengan keras. Pamannya mengetahui itu karena ia juga seorang tentara putih dan mwngenali seragam tentara, bendera kecil yang terpasang di depan truk, serta 2 orang itu adalah seorang Jenderal Besar Angkata Darat Winter land yang bernama Verlin dan pendampingnya yang bernama Paul berpangakat Letnan Jenderal.

Kegaduhan itu sampai terdengar para tentara yang berjaga, membuat para tentara bersiap untuk menembak mati Rommel dan Pamannya ditempat itu juga. Dengan cekatan Hardy selaku pamannya Rommel berkata bahwa ia juga seorang tentara putih.

"Aku Hardy, seorang resimen infanteri ke-19 Angkatan darat Winter land," Ucap Hardy dengan tegas, agar para tentara putih menurunkan kembali senjatanya.

Jenderal besar juga datang ke lokasi tersebut, karena terjadi kegaduhan. "Turunkan senjata kalian, orang yang kita cari ada di depan mata kalian semua," Ucapan salah satu Jenderal Besar bernama Verlin. Rommel dan pamannya segera meminta maaf apa yang sudah terjadi, karena hal itu hampir terjadi baku tembak.

Rommel pun mengajak 2 tokoh penting itu, untuk mempersinggah dahulu di rumahnya. Jenderal Besar dan Letnan Jenderal itu senang karena bisa bertemu dengan orang yang ia cari, yaitu Rommel. Kedua tokoh penting pun memperkenalkan dirinya beserta tujuan dari mereka berdua menemui Rommel.

"Aku Verlin, dan pendampingku yang bernama Paul. Senang bisa berkenalan dengab anda (Rommel)!" Ucap Jenderal Besar itu untuk mengawali perbincangan dengan suguhan 2 cangkir teh hangat.

"Ya aku Rommel, senang juga bisa berkenalan dan kehadiran anda berada di rumah saya," Ucap Rommel yang sedikit canggung. Kecanggungan itu berasal saat ia hampir melukai pasukan penjaga yang dipimpin Jenderal Besar tersebut. Namun, Jenderal Besar itu tidam mempersalahkan hal sepele yang dilakukan Rommel, menurutnya reaksi kewaspadaan yang ada dimiliki Rommel sangat bagus, itu adalah reaksi kewaspadaan yang ada didalam diri tentara elite. Ia meminta Rommel agar selalu mempertahankan naluri/reaksi kewaspadaan yang dimilikinya tidak pudar dalam dirinya.

Hal yang ingin disampaikan Jenderal Besar itu adalah meminta Rommel untuk mengikuti masa wajib militer negaranya dengan datang ke Kamp. Militer yang berjakarak 15 km dari rumahnya.

"Aku sangat menyarankan kau untuk mengikuti masa wajub militer, ini adalah cara untuk memperlihatkan pengabdianmu," Ucap Jenderal Besar itu dengan tegas. Jika Rommel mengikuti masa wajib militer ini, dengan senang hati Jenderal Besar itu segera menerjunkan Rommel ke medan tempur untuk menjalankan misi.

Jenderal Besar itu juga menegaskan bahwa Winter land berada dalam situasi genting, karena Middle land terus memerangi Winter land tanpa ampun dn memperkirakan semua wilayah Winter land, aka diduduki Middle land 1 sampai 2 tahun yang akan datang. Tentara merah Middle lan juga sudah memasuki wilayah ini, jumlah warga sipil yang tidak berdosa pun banyak yang menjadi korban.

Mendegar penjelasan itu membuat hati Rommel yang benci akan peperangan perlahan-lahan lenyap, Rommel yakin bahwa dia bisa membantu para tentara putih Winter land, dengan meratakan para tentara merah Middle land dengan senapan yang ia miliki.

"Jadi, bagaimana keputusanmu, apa kau bersedia?" Tanya Jenderal Besar itu untuk memastikan keputusan yang Rommel pilih.

"Ya, aku bersedia pak!" Jawab Rommel dengan tegas.

"Baiklah, aku ikut senang. Aku sangat yakin kau adalah orang yang sangat disiplin dan bisa meratakan lara musuh dengan senapanmu itu, Semoga beruntung!" Ucapan dukungan dar Jenderal Besar itu, sebelum mereka semua pergi untuk menjalankan tugas.

Keputusan sudah diambil! Dunia ini menunggu Rommel.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post