Kasyifatul Ulya

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Kapan Aku Bisa Lihat Senyum Mu Lagi?

Kapan Aku Bisa Lihat Senyum Mu Lagi?

Kapan Aku Bisa Lihat Senyum Mu Lagi? Kasyifatul Ulya

Aku terkejut melihat pengumuman di aplikasi chat. Pengumuman dari wali kelasku. Wali kelasku mengatakan bahwa mulai minggu depan, kami belajar daring/online. Sekolah daring/online tersebut, disebabkan karena adanya virus Corona

“Apasih virus Corona? Dateng tiba-tiba. Baca salam dulu kek, permisi dulu kek, izin dulu kek. Ini enggak dateng aja nyelonong ga pake permisi” ucapku setelah membaca pesan dari wali kelasku.

Awalnya belajar daring memang asyik. Aku sangat suka belajar daring. Karena aku bisa lebih santai. Tidak seperti disekolah yang memakai peraturan ketat. Namun lama kelamaan, belajar daring terasa membosankan. Belajar sendiri, mengerjakan tugas sendiri, mikir sendiri, bahkan kerja kelompok sendiri. Gimana caranya coba? Kerja kelompok sendiri? Yang namanya kerja kelompok, ya dikerjakan berkelompok bukan sendiri lho!. Adoh, pening pala ay.

Ah, aku rindu mereka. Rindu Andin yang selalu mengawali hari dengan senyuman, rindu bersenda gurau bersama Andin dan Salwa, rindu melihat wajah imut Azza, rindu kerja kelompok bareng, rindu ngeluh bareng, tapi yang paling aku rindukan adalah mendengar sapaan Andin ketika memanggil namaku di pagi hari. “Syifa!” begitu katanya. Hmm Ndin, kapan kita bisa bertemu? Aku rindu kamu !

Namun, keinginanku tidak menjadi kenyataan. Sudah 3 bulan aku sekolah online, aku naik kelas. Tapi sekolah masih tetap online. Ternyata, aku tidak sekelas lagi dengan teman-teman yang lama. Berarti, aku tidak bisa lagi bersama Andin dan teman-teman yang lainnya.

Andin, berat rasanya pisah dengan kamu. Kamu itu yang paling lucu dan nggak pernah pelit senyum di kelas 4B ( menurut aku ). Walaupun aku belum lama di kelas 4B, tapi kamu udah jadi teman yang mau akrab banget sama aku. Aku baru pindah bulan Januari, dan Juni sudah naik kelas. Kita hanya bertemu selama 2 bulan dong. Seharusnya bisa ketemu 6 bulan sih. Cuma karena si Covid-19 ini, kita harus sekolah online 4 bulan.

Aku tidak boleh mengeluh. Karena, memang pilihanku untuk pindah kelas. Walaupun ada Andin yang selalu aku rindukan, tetapi banyak anak 4B yang sering buat masalah. Seperti Berantam, jahatin teman, buat kesal orang, dan masih banyak lagi. Faktor utama aku ingin pindah kelas adalah karena banyak teman-temanku yang suka berkata kasar. Hanya sedikit dari mereka yang tidak berkata kasar. Seperti, Andin, Azza, Zaza, Aku dan beberapa yang lain.

Karena banyak yang sering berkata kasar, membuatku tidak nyaman. Setiap hari ketika masih tatap muka, pasti selalu saja ada masalah. Motto kelas itu adalah “WAJIB BUAT MASALAH SETIAP HARI.” Kemudian bapak kepala sekolah menyuruhku untuk memilih ingin masuk kelas yang mana, aku jadi bisa memilih mau masuk kelas 5A, 5B, 5C, ataupun 5D. Aku memilih masuk kelas 5C, karena muridnya berasal dari kelas 4A, yang terkenal baik dan jarang buat masalah.

Setelah naik ke kelas 5, sekolah masih tetap online. Kau tau, sekolah online ini membosankan ! tidak ada teman diskusi, tidak ada makan siang bareng, dan lain- lain. Banyak yang hilang rasanya dari hari-hari yang aku jalani. Tidak ada lagi siapa-siapa di dekatku, selain handphone untuk mengirim dan mengerjakan tugas. Jika aku boleh jujur, tidak seru berteman dengan handphone. Lebih seru jika bermain bersama teman-teman.

Jika aku boleh mengungkapkan isi hatiku, akan aku ungkapkan. Aku rindu bertemu teman-temanku. Jujur, belajar online ini tidak pernah terasa seru. Aku rasa, jika virus Corona ini tidak ada, tidak akan seperti ini jadinya. Ya, mau bagaimana lagi? Semuanya adalah kuasa Tuhan. Pengalamanku selama belajar online itu sangat tidak menyenangkan.

Sukanya ketika belajar bisa santai, tidak dikejar waktu, dan lebih irit buku karena sering mengerjakan soal di link soal yang diberikan. Dukanya banyak banget. Gak ada teman, gak bisa diskusi, tugasnya lebih banyak, materi dan soal sering berbelit-belit, dan masih banyak lagi. Ah, aku udah banyak cerita yaa. Thanks udah mau dengerin. Semoga Covid-19 cepat berlalu yah.

PROFIL PENULIS

Kasyifatul Ulya lahir di kota Solok, Sumatera Barat, pada tanggal 03 April 2010. Buah kasih dari pasangan Drs. H. Syamsul Arifin, M.MPd dengan Dra. Hj. Deswita, M.MPd. Syifa adalah anak bungsu dari 3 bersaudara. Kakak sulungnya bernama dr. Wahyu Arfina Juwita. Abang Syifa bernama Fuad Restu Arfino.

Saat ini Syifa duduk di kelas 5 MIN 3 Kota Padang, Sumatera Barat. Syifa mulai menulis setelah mengikuti program Satu Guru Satu Buku ( SAGUSABU ) di Padang, Februari 2020 lalu. syifa telah menghasilkan buku tunggal yang berjudul “Rahasia Tak Terungkap Di Tanjung Mayat” Dengan Motivasi dari keluarga. Syifa ingin menginspirasi lebih banyak anak Indonesia menulis buku, melalui gerakan nasional Satu Siswa Satu Buku ( SASISABU ) yang diinisiasi Media Guru. Jika ingin lebih dekat, bisa hubungi syifa di email [email protected] atau di nomor 085263958557.

Salam Literasi ! J

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillah bisa tayang, makasih admin.

10 Mar
Balas

Semoga sukses dan bisa masuk nominasi ya nak say...doa ibu selalu menyertaimu, aamiin

10 Mar
Balas



search

New Post