'Maaf'
```
"Afka! Dengerin aku dulu!" ucap seorang gadis dengan jepitan khasnya yang sedang menahan sahabatnya berjalan menjauh. Vera Aurel.
"Apa lagi yang perlu aku dengerin, Ver?!" jawab seorang Afka Cecilia yang berhenti sesaat dan berbalik untuk menatap Vera.
"Aku nggak ada maksud apapun di ruang guru tadi, Afka! Aku.."
"Sudahlah, Ver.. percuma kau mau menjelaskan apapun untuk sekarang. Kenyataannya, aku sudah mengetahui semuanya di ruang guru tadi!" potong Afka kemudian kembali melangkah. Meninggalkan sesosok yang menjadi sahabatnya selama 5 tahun itu.
"Aku.. aku tidak ingin membuatmu salah paham, Ver..," ucap Vera dengan lirihnya. Melanjutkan ucapannya yang terpotong ucapan Afka.
```
"Kalian masih berantem?" tanya Dela, ketua kelas 11 SMA itu, yang merasa aneh dengan kedekatan Afka dan Vera yang mulai berjarak sejak 2 hari yang lalu.
"Hm." Vera bergumam tanpa rasa semangat.
"Oh, ayolah.. kami semua merasa tidak enak dengan melihat hal seperti ini, kau sudah mencoba menjelaskan pada Afka?" tanya Dela yang memang sudah menjadi tanggung jawabnya untuk membantu menyelesaikan masalah dengan anggota kelasnya.
Vera mengangguk pasrah. "Tapi hasilnya nihil, dia memblokir semua media sosialku.. bahkan dia sengaja menghindar ketika aku berkunjung ke rumahnya. Sepertinya, dia memang marah padaku," jawab Vera.
Dela menghela napas kecilnya. "Afka memang keras kepala seperti itukah?" tanya Dela yang kesal terhadap dirinya sendiri karena tidak menemukan jalan keluar permasalahan Vera dan Afka.
"Kami memang sering bertengkar, tapi Afka tidak pernah semarah ini denganku."
Dela berdiri dan beranjak pergi menuju Afka yang sedang sibuk menulis catatan.
"Afka," panggil Dela yang membuat gadis berkulit putih itu segera menutup lembarannya.
"Iya?" respon Afka dengan ekspresi datarnya.
Dela mencubit pipi Afka yang tembam itu dengan gemasnya. "Kapan kamu mau baikan dengan Vera?" tanya Dela disela ia mencubit Afka dan langsung direspon Afka yang menyibakkan tangan Dela dari pipinya.
"Aku mau ke kamar mandi," jawab Afka yang masih dengan datarnya dan meninggalkan Dela.
Dela terdiam. Baru kali itu Afka menyibakkan tangan seseorang yang menyubit pipinya karena gemas, itu membuktikkan bahwa gadis itu pasti sedang marah besar!
```
"Benci! Argh!" kesal Afka yang membanting tasnya di kasur kamarnya.
"Apaan sih, Dek? Baru pulang marah-marah, laper?" tanya Rangga, kakak laki-laki Afka.
"Kak! Afka mau curhat nih.. tapi kakak mau dengerin, kan?!"
Rangga mengangguk dengan tatapan yang masih menatap laptop, memainkan PS barunya.
"Kak!! Kalau Kak Rangga mau dengerin curhat Afka, harusnya Kakak matiin dulu PSnya!" kesal Afka yang membuat kakak laki-lakinya itu menurut dan mematikan laptopnya.
"Apa.. adikku yang tembam banget.. ih, jadi gemes deh!" ucap Rangga yang diiringi cubitannya pada pipi adik satu-satunya itu.
Afka mengambil napas dan menghembuskannya secara perlahan. Mencoba menata detak jantungnya yang tidak stabil karena terburu-buru pulang dari sekolah.
"Afka sebel! Kakak tahu sendiri kan Afka selama ini belajar mati-matian setiap hari, bahkan ikan emas Afka mati gara-gara Afka lupa tidak memberikan makan karena sibuk belajar. Afka ingin ikut perjalanan membimbing tour ke luar negeri yang dipilih oleh pihak sekolah, tapi kenapa Kak.. kenapa bukan Afka yang terpilih?! Bahkan, wali kelas Afka sudah bilang kalau semua nilai Afka adalah yang paling baik satu angkatan dan itu bisa membuat Afka mengikuti perjalanan membimbing tour ke luar negeri!"
"Terus?" tanya Rangga dengan santainya.
"Ih! Kok Kakak cuman ngerespon itu sih?!" tanya Afka balik yang bertambah kesal karena kakaknya tidak memperhatikan ceritanya.
"Kakak yakin ceritanya nggak cuman gitu doang," respon Rangga yang membuat Afka semakin mengernyitkan dahinya karena kesal.
"Dan Kakak tahu nggak siapa yang terpilih?!"
"Siapa?" tanya Rangga dengan polosnya.
"Vera, Kak!"
"Vera sahabatmu itu?"
Afka mengangguk dengan melipat tangan di dadanya dengan duduk bersila. Tidak lupa raut wajahnya yang begitu marah, cocok menghiasi sikapnya sekarang.
Rangga malah menguap karena mengantuk mendengar ceritanya adiknya itu. "Terus, kalian berantem begitu?" tanya Rangga.
"Iyalah! Mana mungkin Afka memaafkannya!"
Rangga semakin menguap dan menghela napas kecilnya. "Untung adik, kalau temen.. udah aku cekik!" kesal Rangga dengan sendirinya, "Afka.. dengerin, Kakak.. bukankah kalian udah sahabatan lama? Aarggghh, kenapa sikapmu masih seperti anak-anak sih?" tanya Rangga yang merasa kesal sendiri mendengar cerita adiknya itu.
"Iya, tapi percuma bersahabat lama kalau ujung-ujungnya ada yang mengkhianati!"
"Mengkhianati? Emang, Vera mengkhianati apa?" tanya Rangga dengan polosnya.
"Dia.. dia udah khianati sahabatnya sendiri!" kesal Afka terhadap kakaknya yang tidak paham dengan jalur ceritanya.
"Iya.. maksud Kakak, dia khianati kamu dalam hal apa?"
Afka terdiam. Sejujurnya, Afka juga tidak tahu kenapa Afka mengatakan Vera mengkhianati dirinya.
"Ya harusnya Vera menolak untuk mengikuti perjalanan membimbing tour ke luar negeri itu! Harusnya dia mengusulkan aku, lagipula dia kan sudah tahu alasan kenapa aku selalu belajar mati-matian selama ini?!"
Rangga menelan ludahnya dan kembali menyalakan laptopnya.
"Kakak!"
"Apa?"
"Kakak dengerin aku curhat nggak sih?!"
"Dengerin kok, kenapa?" tanya Rangga yang memulai untuk melanjutkan permainan PSnya.
"Terus kenapa Kakak main PS dan nyuekin Afka?!"
"Terus maunya gimana?"
"Ya kasih saran dong! Masa' didengerin doang sih!"
Rangga mengusap wajahnya. "Afka tadi mintanya ke Kakak buat dengerin curhat Afka.. atau buat ngasih saran ke Afka?"
"I.. itu," jawab Afka terbata-bata yang membuat Afka berpikir benar dalam ucapan kakaknya.
"Itu yang membuat semuanya salah, Afka..," ucap Rangga yang fokus menatap laptopnya untuk bermain PS, "Kamu terlalu tergesa-gesa mengambil keputusan, padahal kamu tidak tahu sumbernya.. kamu marah dengan Kakak, padahal sepanjang ceritamu Kakak mendengarkannya. Lalu, kamu marah karena Kakak tidak memberikan saran padamu, bukankah kamu meminta Kakak untuk mendengarkanmu saja dan bukan memberikanmu saran," lanjut Rangga dan menatap Afka.
Afka yang merasa kesal sedari tadi melemaskan pundaknya untuk berpikir lebih jernih.
"Afka.. Afka tidak tahu bukan kenapa Vera yang terpilih mengikuti perjalanan membimbing tour ke luar negeri itu. Menurut Kakak, itu bukan hal yang dapat dilihat dari segiat apapun kamu belajar.. segiat apapun kamu mendapat nilai yang sempurna. Barangkali, itu dapat dilihat dari sisi emosional. Sifat suka marah-marahmu itu yang membuat orang lain tidak nyaman..," lanjut Rangga dengan polosnya yang membuat Afka melotot kesal.
"Apa?! Jadi, Kakak menyebutku suka marah-marah?!"
"Ah! Itu.. itu cuman contoh saja adikku yang manis..," jawab Rangga terbata-bata dalam mencari alasan. Ia tahu, Afka pasti akan marah besar.
"Jadi, begitu..," ucap Afka dengan lirihnya yang membuat Rangga melirik gadis remaja di sampingnya dengan senyumnya.
```
"Coklat?" bingung Vera yang menemukan coklat batangan di atas mejanya.
"Maaf."
Vera menoleh untuk melihat siapa yang mengucapkan kata itu di sampingnya.
"Maaf sudah membuat persahabatan kita hampir hancur. Aku sudah tahu, aku salah.. aku menganggap semua ini berlebihan. Maaf membuatmu bersedih karena keegoisanku selama ini..," ucap Afka dengan lirihnya. Mungkin itu tidak akan bisa didengar siapapun, kecuali Vera.
Vera tersenyum dan menuliskan sesuatu pada telapak tangannya dengan satu bolpoin yang selalu berada di saku seragamnya. Kemudian, menyodorkan tulisan tersebut pada Afka.
IYA, AKU JUGA MINTA MAAF.
Afka mengembangkan senyumnya dan langsung memeluk sahabatnya itu.
"Aku minta maaf tidak mengatakannya padamu, ketika aku ingin menjelaskan semuanya.. kamu sudah marah padaku. Maaf aku tidak tahu cara membuatmu memaafkanku," ucap Vera lirih di telinga Afka yang membuat gadis itu geli dan semakin mempererat pelukannya.
"Etdah.. ada tontonan perpisahan anak TK nih di kelas kita," ucap Dela yang melihat kejadian berpelukan itu yang membuat Afka langsung melepas pelukannya.
"Hei!" kesal Afka yang membuat Dela terkejut diam.
"Kalian udah baikan?" tanya Dela yang membuat dua gadis itu saling menatap dan mengangguk bersamaan, "syukurlah," lanjut Dela yang membuat mereka tertawa lega.
"Eh, kamu Vera, kan?" tanya seorang laki-laki yang tiba-tiba datang dengan napas beratnya, seolah habis berlari dan bertanya menatap Vera.
"Iya.. kenapa?" tanya Vera.
"Kamu, dipanggil ke kantor," ucapnya.
```
"Ada apa?" tanya Afka setelah Vera dipanggil ke kantor.
"Sepertinya kita memang sahabat yang punya nasib sama," jawab Vera yang membuat Afka tertawa.
"Terus, siapa yang terpilih?" tanya Afka.
"Kau pasti tidak percaya," ucap Vera dengan tawa kecilnya.
"Siapa, Vera..," rengek Afka sembari menggoyang-goyangkan tubuh Vera.
"Tapi janji jangan bertengkar," jawab Vera yang memperingatkan Afka dan itu membuat Afka menaikkan satu alisnya heran.
"Iya!"
"Anak laki-laki kelas 12, Rangga Saputra."
DEG!
TAMAT.
Hai, Guys.. bertemu lagi nih sama cerpen Jasmin!
Maaf ya baru bisa update hari ini, soalnya kemarin sekolahku libur.. jadinya mau santai-santai sambil makan gorengan aja di kasur. Ups!
Do'akan kedepannya semakin baik ya cerpennya, semoga menghibur cerpen kali ini ^_^
Oh ya, mau tahu aku? Bisa kunjungi instagramku kok!@minemine_19 atau @its.mineeee_19Kalian bisa berkomunikasi denganku di sana! Aku tunggu loh direct kalian! ^_^
Atau, kirim pesan lewat emailku:[email protected]
Salam Penulis,
Jasmine Sonia Failasufa
Muach :3
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
wkwk, apakah vera gak tau kalau rangga tu kakanya afka?
Tau, maka dari itu Vera bilang ke Afka jangan bertengkar. Nanti malah ganti bertengkar sama kakaknya. Ups! >_<
Bgus critany seru x))
Makasih, do'aka kedepannya lebih seru lagi ^_^