Jasmine Sonia Failasufa

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
9# Tangga Lantai Dua
Horror Edition

9# Tangga Lantai Dua

Aku memandangi langit-langit rumah itu yang begitu luas. Membuatku masih begitu takjub. Padahal, sudah beberapa kali aku bertamu bahkan menginap di rumah itu. Rumah milik tanteku.

"Tolong ya, tante mau keluar kota sampai besok. Jaga dua anak itu di rumah. Maaf kalo mereka sering bandel. Besok pagi tante udah pulang kok," ucap tante padaku di jam tiga sore waktu itu.

Sebenarnya, tanteku itu memiliki empat anak. Namun, anak pertama dan kedua sedang sekolah di luar kota. Alhasil, aku mengiyakan permintaan kecil tanteku itu. Hitung-hitung juga, mumpung hari weekend.

Menjelang maghrib, aku menutup pagar rumah itu. Mengantarkan kedua pasangan itu-tante dan om-yang meninggalkan rumah dengan mobilnya. Lantas, melambaikan tangan pada kedua anaknya yang di rumah.

Segera kututup pagar rumah itu dan sekaligus menggemboknya. Mengantisipasi, tidak ada marabahaya yang akan mengancam nanti malam. Yeah, sejujurnya rumah itu berada di gang sempit. Hanya orang-orang yang punya nyali besar yang mau mendatangi rumah itu. Lagipula, rumah itu terlalu berjarak dari rumah tetangga. Itu membuatku semakin berwaspada.

"Kak! Aku mau nonton TV!" ucap sosok anak laki-laki berambut keriting. Merengek padaku sembari menarikku ke depan televisi

"Iya, nonton TV juga tidak apa," jawabku.

Sedangkan kakaknya, sosok yang lebih tua dari'nya, memasuki kamar dan mulai bermain ponselnya. Ah, mungkin bermain game.

Aku melangkah ke dapur. Menyiapkan makan malam. Setidaknya, aku akan mengurus kedua anak itu semalaman. Bermain dengan mereka, membantu pekerjaan kecil mereka, dan menemani tidur mereka. Kubuka kulkas besar itu. Mengambil beberapa simpanan makanan untuk makan malam. Lantas, berjalan ke dapur yang tepat berada di bawah tangga lantai dua.

Beberapa menit terlewati, aku terlalu sibuk di dapur. Bolak balik ke meja makan untuk menata meja itu. Kemudian, segera memanggil kedua anak kecil itu untuk makan malam.

Kedua bocah laki-laki itu berlari kecil. Tawa mereka memenuhi seluruh ruangan. Padahal, hanya ada kami bertiga. Namun rasanya, ada banyak anak yang tertawa di rumah itu. Kuambilkan makan malam untuk mereka. Tanpa aku tawarkan untuk kusuapi, mereka dengan lahap memakannya. Raut wajah mereka membuatku teringat dengan adikku satu-satunya yang berada jauh di luar kota dari tempatku. Bersama orang tuaku, sedangkan aku merantau sendirian.

"Kak! Aku mau makan es krim! Ambilkan di kulkas," rengek kakaknya.

"Kenapa nggak ambil sendiri?" tanyaku sembari menumpuk piring-piring kotor untuk kucuci.

"Nggak sampai," responnya sembari membuka kulkas besar itu, menggapai bagian freezer yang memang lebih tinggi darinya.

Aku mengangguk dan tersenyum. Mengambilkan untuknya. Lantas, berjalan ke dapur kembali untuk mencuci piring.

Namun tiba-tiba, ketika aku melewati tangga itu. Aku merasa ada sosok yang mengawasiku dari atas. Sayangnya, ketika aku menengok tidak ada siapa-siapa di atas. Hanya tangga yang gelap.

Ah, mungkin pikiranku. Pikirku.

Saat aku mengelap tanganku, selepas mencuci piring. Kini, aku mendengar sebuah suara. Seolah, ada sosok yang sedang berjalan. Keherananku semakin bertambah. Ketika aku mendengarnya berasal dari lantai dua. Seakan-akan, memang ada sosok yang turun atau naik dari tangga.

Aku menunggu. Menanti, siapa yang turun atau naik dari lantai dua. Namun, suara itu seketika hilang ketika aku hanya berdiam diri di depan wastafel selama dua menit untuk menunggu sosok itu. Karena penasaran, aku menengok kembali ke atas. Lagi-lagi, tidak kutemukan siapapun di atas. Hanya ada tangga yang gelap. Ah, lagi-lagi mungkin hanya pikiranku. Lagipula, lantai dua hanya ada satu kamar kosong milik anak pertama tante yang merantau keluar kota hampir setahun. Tentu saja tidak ada siapa-siapa di atas.

Kutemui kembali dua keponakanku itu yang fokus menonton televisi. Aku tersenyum.

"Udah ngerjain PR?" tanyaku.

Seketika, mereka menoleh bersamaan. Dengan wajah yang terlihat heran, mereka mengucapkan sesuatu yang mungkin bisa didengar hampir bersamaan juga.

"Di belakang Kakak, dia siapa?" tanya mereka bersamaan. Membuatku terdiam dan mencerna ucapan mereka. Kemudian, kutolehkan kepalaku menghadap belakang dengan segera. Sayangnya, tidak ada siapapun di belakangku.

:)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Lanjutttttt! i like it! Maaf. karena baru baca sekarang. Semangatttt!

10 May
Balas

Iya gpp, trims ya buat suportnya! ♡

10 May

Aaaah. Itu yg sering kurasakan T-T misal lagi mandi tu, keramas, kan merem mestinya. Dibelakang tu kyk ada yg ngawasib gt iih T-T pdhl y gk ada

09 May
Balas

Lah, jan bilang gitu deh, Chel. Aku jadi takut juga nih kalo mau keramas. Soalnya, selain juga takut kalo merem. Aku juga memilih ngebilas samponya ngga nutup mata. Jadi cuman rambut belakang. Yah, takut ada hal" yang terjadi. Contohnya, pas melek habis ngebilas malah ada hantu yang wajahnya wallahu 'alam bishowab di depan kita. 'Kan ngga aesthetic sayangkuuu T~T.

09 May

Ahahah. Bayangin aj lah... Hantuny ganteng, cakep gt. Kan jadi aesthetic honeyku....

09 May

Hei untung aku tidak karna aku selalu melek dan rambut berada di depan seperti KUNTILANAK hahaha dan aku bilas dengan keran mudah kan?

10 May

@Chella Agatha ahahaha. Bener juga, bayangin hantu cakep" di anime" boleh juga tuh.

10 May

@Jameela Arifa Failasufa kalo ngga punya kran? -_____-

10 May

ya udah, tinggal dibilas pakai gayung kan:)

10 May



search

New Post