Jasmine Sonia Failasufa

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
8# Perasaan paling bahagia

8# Perasaan paling bahagia

Rara terdiam. Mungkin, saat itu juga ia harus menerima kenyataannya pahit, bahwa Alvan memang tidak mempunyai rasa suka dengannya.

“Gue-”

~

"Gue suka sama lo!"

Rara terdiam. Mencerna kembali kalimat yang baru saja diucapkan Alvan. Empat kata itu, berhasil membuat jantungnya berdegup kencang.

A.. apa?! Jadi, se.. selama ini?!

"Ha?" bingung Rara, kembali memproses. Berharap, ia memang tidak salah dengar.

"Iya gitu," ucap Alvan.

"Gitu apa?"

"Iya tadi yang gue bilang."

"Emang, lo ngomong apa?"

Alvan menelan ludahnya. "Ya udah kalo nggak tahu."

"Iya karena itu, gue mastiin!"

"Udahlah, Ra. Lupakan aja."

"Jadi, Alvan maunya Rara ngelupain perasaan Alvan?"

Seketika, Alvan terdiam. "Nggak gitu," pasrah Alvan.

"Perjelas!"

“Apa yang harus diperjelas?”

“Ucapan Alvan tadi!”

“Yang mana?”

Rara menggeram kesal. Alvan kembali memancing perasaannya. “Iya yang Alvan ucapkan tadi!”

“Iya, yang mana?

“Yang Alvan mengatakan rasa suka Alvan ke Rara!”

“Nah, itu udah tahu,” ucap Alvan dengan perasaan leganya.

“Tapi gue butuh penjelasan, Al,” bantah Rara.

"Kenapa harus diperjelas? Lo kan udah tahu."

"Ugh. Brarti bener, Alvan nerima Rara sebagai perasaan?" tanya Rara memastikan kembali, setelah dua tahun mereka hanya terikat pertemanan.

Alvan memanyunkan bibirnya.

"Gue nanya beneran, Al," ucap Rara.

Alvan bergumam. Menandakan itu benar.

"Jawab kek, iya atau nggak!"

"Buat apa?"

"Ya Tuhan, tinggal jawab iya atau nggak, malah jawab yang lain."

"Terus?"

"Jawab Alvan! Alvan nerima perasaan Rara balik?" tanya Rara penuh harap.

"Iya," jawab Alvan pendek.

Rara menahan senyumnya. Perasaannya semakin tidak terkontrol. Segala keresahan dengan perasaannya, kini sudah terjawabkan. Bahkan, harapannya dikabulkan oleh Tuhan.

"Iya udah," ucap Rara sembari mengangguk beberapa kali tanpa memudarkan senyum bahagianya.

"Diem bentar," suruh Alvan. Kemudian, mengeluarkan sesuatu dari balik sakunya lagi-lagi.

"Eh, ada apa, Al?" tanya Rara.

Alvan masih terdiam, kemudian memasangkan jepit rambut pada poni gadis itu. “Risih aja gue ngelihat poni lo,” ucap Alvan.

Gadis itu mengangkat satu alisnya. Risih? Satu kata yang membuatnya berpikir. Memangnya, ada apa dengan poninya selama ini?

"Makasih," respon Rara dengan jepitan pemberian sosok yang disukainya selama ini.

“Cantik,” ucap Alvan lirih. Kemudian, segera menutup mulutnya dan menolehkan kepalanya. Berharap Rara tidak mendengarnya dan tidak ia terlalu larut dengan pemandangan baru di depannya.

“Eh, apa, Al?” tanya Rara, sejujurnya Rara sudah mendengar kata yang diucapkan Alvan itu. Namun, ia ingin mendengarnya lebih jelas.

“Tidak ada,” ucap Alvan sembari menggeleng kecil. Lalu, senyum tipis mengukir senyumnya.

“Idih, ditanya kok!”

“Nggak penting.”

“Tapi bagi Rara penting.”

“Lupakan aja, Ra,” pasrah Alvan.

Rara menghela napasnya. “Dari tadi, Alvan nyuruh Rara ngelupain semuanya. Emang Alvan beneran mau kalo Rara ngelupain semuanya?!” tanya Rara memprotes.

“Terserah,” jawab Alvan pendek.

Dengusan kecil dari gadis itu terdengar. Ia terlihat pasrah dengan sikap sosok yang di depannya selama ini. Bahkan, setelah sosok itu mengungkapkan perasaanya pada gadis yang disukainya, ia terlihat kaku untuk mengatakan hal kecil yang bersifat romantis. Entahlah, tapi tidak apa. Perasaan bahagia dari gadis itu, sudah cukup melupakan segala kekesalannya.

“Alvan.. tinggal bilang aja, Alvan tadi ngomong apa?”

“Bukan apa-apa, Ra.. kan udah gue bilangin, nggak penting.”

“Tapi.. Rara ngerasanya itu penting.”

“Penting buat gue, buat lo nggak usah aja,” bantah Alvan.

“Lah.. kok gitu konsepnya?!” tanya Rara lagi-lagi memprotes, tentu saja ia tidak mau Alvan menikmati kata itu sendirian saja.

“Iya gitu,” jawab Alvan.

“Al-”

“Ra?” panggil Jie. Membuat dua sejoli itu menoleh bersamaan, menatap Jie dengan pikiran mereka masing-masing.

“Eh, Jie?” panggil Rara balik. Membalas panggilan Jie yang memotong ucapan kekesalannya pada Alvan.

“Em.. bukannya mengganggu waktu kalian. But, lo nggak ke perpustakaan?” tanya Jie pada Rara.

Rara menepuk tangannya. Teringat, ia ada tugas untuk ke perpustakaan. Bu Sri akan marah jika tahu Rara tidak ke sana. “Ah, iya.. Alvan, gue duluan, ‘ya.”

Sosok itu mengangguk pertanda mengiyakan. Kembali mengembangkan senyum tipisnya, membuat gadis itu melempar kembali senyumnya.

Mungkin, hari itu. Di lorong sekolah itu. Akan menjadi saksi pengungkapan perasaan Alvan pada seorang gadis yang menyimpan rasa selama dua tahun padanya.

Rara berjalan masih dengan mengembangkan senyumnya. Memandang lingkungannya dengan perasaan yang terlihat bahagia, menyapa adik kelas yang melewatinya-yang sejujurnya tidak pernah ia sapa-dengan ramahnya, bahkan menyingkirkan debu di daun pada pohon di sampingnya.

“Please, Ra! Lo jangan gila lagi!” ucap Jie, mencoba menjauhkan Rara yang kini membantu semut menyeberang dari dahan satu ke dahan yang lainnya.

“Gue? Gila? Mana ada!” bantah Rara yang masih dengan perasaan senangnya.

“Lo nggak seperti biasanya!”

“Emang gue seperti biasanya kayak gimana?” tanya Rara.

Jie memijit dahinya pelan. Iya memang benar ucapan Rara, dia masih seperti biasanya. Tidak waras. Hanya saja, kini bertambah menjadi tidak waras double extra!

“Udah ayo ke perpus!” ucap Jie, memilih segera menyeret gadis itu. Menghindarkannya dari hal-hal yang membuatnya semakin tidak waras.

“Jie!” kesal Rara, tiba-tiba saja seperti biasa tanpa aba-aba Jie menarik pergelangan tangannya menuju ke perpustakaan secepatnya.

“Apa?” tanya Jie masih dengan nada lembutnya, ketika mereka berhenti di depan perpustakaan. Itu membuat Jie melepas genggamannya.

“Lo kenapa sih?!” tanya Rara.

“Lo yang kenapa, Ra! Okey, lo emang nggak waras sejak awal, tapi lo tambah nggak waras, Ra!”

Rara kembali menyunggingkan senyumnya. Ia menggeleng kecil, pertanda tidak mau menceritakan hal yang membuat ia semakin tidak waras itu. Kemudian, langsung melangkahkan kakinya memasuki perpustakaan.

Jie menggelengkan kepalanya kecil, kemudian menghela napas. Menatap gadis itu dengan tatapan sendu. Harapannya musnah begitu saja. Ia benar-benar terlambat. Terlambat memiliki gadis itu. Barangkali, semesta hanya mengizinkan ia mengenal dan menyukai gadis itu. Tanpa ada kesempatan untuk memilikinya.

Kalau ada kesempatan, gue akan mengungkapkan perasaan gue untuk lo. Walau, kini lo udah milik orang lain. Batin Jie dengan senyumnya, mencoba menenangkan perasaan kecewanya.

BERSAMBUNG.

Hai, Guys.. bertemu lagi nih sama cerbung Jasmin!

"Author!!!"-Rara.

"Iya, Ra?"-Author.

"Tau nggak, Thor! Rara seneng banget!!"-Rara.

"Emang kenapa?"-Author.

"Tadi, Rara di-"-Rara.

"Bukannya Author juga udah tahu?"-Alvan.

"Ih! Alvan jangan seenaknya motong ucapan Rara!"-Rara.

"Tapi bener, 'kan? Author udah tahu."-Alvan.

"Iya, tapi Rara maunya cerita!"-Rara.

"Nggak usah, Ra."-Alvan.

"Apaan sih! Suka-suka Rara dong!"-Rara.

"Udahlah, mending Author nyari Jie buat dengerin cerita dari dia aja."-Author.

(sedangkan sosok Jie sedang menyendiri, merenungkan dirinya untuk berdamai dengan perasaannya sendiri)

-Terima kasih atas dukungan kalian :)

Saran dan kritik, dipersilahkan ^_^

Do'akan kedepannya semakin baik ya cerbungnya, semoga menghibur cerbung kali ini! ^_^

Oh ya, mau tahu Authornya? Bisa kunjungi akun instagramnya kok! @minemine_19 atau @its.mineeee_19Kalian bisa berkomunikasi dengannya di sana! Dia menunggu direct kalian loh! ^_^

Atau, kirim pesan lewat emailnya:[email protected]

Salam Penulis,

Jasmine Sonia Failasufa

Muach :3

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Lanjot Kakkkk g sbar syyy

08 Apr
Balas

Iya, trims ya buat suportnya ♡

09 Apr

Lanjut ya, kakk. Semangat

08 Apr
Balas

Iya, trims ya buat suportnya ♡

08 Apr

_nggak seperti yang kubayangkab tetep_

09 Apr
Balas

Sama, authornya juga tidak mengira akan terjadi seperti itu :(

09 Apr

yaya, berarti mereka parah donk :')

09 Apr

lanjut kaka saranghe... jawabannya.. pasti hah sudah kuduga aoa jawabannya, btw kamsahabnida karena dah ngasih percakapan tokoh cerita dengan author makin love dah! jumuseyo ^_^!

08 Apr
Balas

Ahahaha. Iya, trims ya buat saran dan suportnya! ♡

09 Apr

lanjutttt

08 Apr
Balas

Iya, trims ya buat suportnya ♡

08 Apr

Ya Allahh, kebawa baperr

09 Apr
Balas

Erere, trims ya buat suportnya! ♡

09 Apr

Cepat lanjut nya kak

08 Apr
Balas

Iya, trims ya buat suportnya ^_^

08 Apr



search

New Post