Jasmine Sonia Failasufa

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
5# Akan Mencoba

5# Akan Mencoba

~

Sosok itu menghentikan motornya. Menuntunnya pelan memasuki garasi rumah. Matanya melirik sebuah motor yang terparkir juga di garasi.

“Hei, Van!” panggil seseorang, membuat Alvan menoleh.

Tebakannya benar. Reihan Fernando. Sepupu jauhnya kini berada di rumah. Alvan berdecak kesal, mengingat sepupunya ini selalu berbuat jahil. “Iya,” sapanya balik. Kemudian, berjalan memasuki rumah. Melepas sepatunya dan langkahnya berlanjut menuju kamarnya.

“Alvan pulang!” teriak Alvan. Sayangnya, tidak ada satupun yang menjawab sapaan Alvan. “Semuanya kemana, Bang?” tanya Alvan.

“Keluar cari makan siang,” respon Reihan sembari mengambil apel dari keranjang buah di meja.

Alvan menghela napasnya, kemudian kembali berjalan menuju kamarnya.

“Lo nggak ngobrol sama sepupu lo yang tampan ini?” pancing Reihan.

Alvan berhenti, menatap sepupunya itu. Kemudian, menghela napas. “Masuk,” ajak Alvan, menyuruh sepupunya itu mengikutinya. Memasuki kamar miliknya.

Reihan tersenyum sembari menggelengkan kepalanya, adik sepupunya itu masih terlihat anak-anak walau sudah menduduki kelas 2 SMA. “Gimana sekolah lo?”

“Masih berdiri,” jawab Alvan pendek sembari melepas seragamnya.

Reihan berdecak. “Maksud gue kehidupannya.”

“Masih lengkap juga.”

“Kepala sekolahnya, ada?”

“Ada.”

“Wakil kepala sekolah?”

“Ada.”

“Ketua kelas?”

“Ada.”

“Temen?”

“Ada.”

“Pacar?”

“Ad-” Seketika, Alvan memberhentikan ucapannya. Menatap sepupunya itu tajam. Yang ditatap malah tertawa kecil. Seolah, ia berhasil lagi menjebak Alvan.

“Udah besar, ya.. dulu pas kecil aja masih nangis pasir masuk ke mata,” respon Reihan.

“JELAS NANGIS LAH BEGO!” bantah Alvan tidak mau mengalah. Reihan semakin tertawa, melihat tingkah laku seorang Alvan.

“Beneran nih punya gadis?” tanya Reihan dengan nada mengodanya.

“Nggak,” respon Alvan pendek, kemudian berjalan mengambil kaos pendeknya.

“Nggak usah malu-malu.”

“Emang nggak punya!”

“Tadi katanya, ada..”

“Argh!” kesal Alvan sembari melempar seragam kotornya ke dalam keranjang baju kotor. “Oke! Jadi gini, gue nggak punya pacar.. gue cuman..” Alvan menggantungkan ucapannya. Sejujurnya, ia bingung untuk mendefinisikan sosok Rara dalam kehidupannya.

“Cuman?”

“Dia cuman teman gue, nggak lebih,” lanjut Alvan memperjelas.

“Beneran cuman temen?”

Alvan mengangguk pelan. Ia bimbang untuk mengakuinya. Hanya saja, ia tidak mau ada rasa suka dengan gadis itu.

“Dia punya rasa sama lo?”

“Entah.”

“Van..”

“Gue nggak tahu! Tapi dia pernah ngucapin kalo dia suka sama gue.”

“Berarti punya rasa sama lo!”

“Tapi itu udah dua tahun yang lalu!

“Dan selama dua tahun ini, lo ngegantung perasaan dia, gitu?!” tanya Reihan, seketika membuat Alvan terdiam.

Helaan napas Reihan terdengar. “Van, lo udah besar. Bahkan, lo udah kelas 2 SMA. Lo harusnya bisa membedakan, rasa suka dengan rasa teman. Kasian, jangan buat seorang gadis menunggu kepastian lo yang nggak pasti itu. Kalau lo suka ya lo ucapkan, kalo lo nggak suka.. lo mau nggak mau juga harus bilang ke dia kalo lo nggak suka dia! Jangan nyakitin hati seorang gadis seperti itu!”

Lagi-lagi, Alvan mengangguk pelan. Sejujurnya, ia tidak tahu harus bersikap apa. Ia tidak mau, jika Rara berpindah ke hati orang lain, apalagi pada sosok Jie.

“Coba, gue pengen liat cewek yang lo maksud,” ucap Reihan.

“Nggak,” jawab Alvan pendek. Tentu saja ia takut Reihan mengatakan yang tidak-tidak. Termasuk, menggoda.

“Ayolah..,” pinta Reihan.

Lagi-lagi, Alvan menggeleng pertanda tidak.

“Ntar gue traktir!”

“Traktir apa?”

“Nasi kuning!”

“Sama gado-gado 2 bungkus!”

Reihan terdiam sejenak. “Okelah!”

“Es kelapanya 2 gelas juga!”

Lagi-lagi, Reihan terdiam sejenak. Memikirkan kepastian. “Oke!”

“Krupuknya juga jangan lupa!”

“Oi!” teriak Reihan terkejut. Alvan memang selalu aneh-aneh jika meminta sesuatu.

Alvan tertawa. Lucu, setidaknya itu baginya.

“Iya bentar,” ucap Alvan dan membuka ponselnya. Berniat memperlihatkan sosok Rara pada sepupunya itu.

“Cantik?”

“Biasa aja sih, menurut gue,” respon Alvan, kemudian memperlihatkan foto gadis itu.

“Wih! Ini cantik, Van!” puji Reihan menatap foto gadis itu yang memakai seragam abu-abunya.

Alvan hanya berdeham.

“Kalau lo nggak suka, biar gue yang ambil,” ucap Reihan.

Seketika, Alvan kembali menarik ponselnya. Menjauhkan predator itu dari foto Rara.

“Kenapa? Katanya nggak suka, biar gue aja yang ambil.”

“Nggak gitu,” elak Alvan.

“Terus?”

“Abang itu udah berumur 21 tahun! Mikir skripsi aja sana! Lagipula, dia masih muda.. nyarinya yang sepantaran dengan gue aja!”

Reihan tersenyum sembari menggelengkan kepalanya kecil. “Masalahnya itu, Van.. abang lo ini udah berumur 21 tapi belum juga dapet pacar.. skripsi juga baik-baik aja tinggal nunggu sidang! ‘Kan lo juga nggak tahu selera cewe itu kayak gimana, kalau mau sama gue ya bagus dong! Terus, lo sendiri katanya juga nggak suka sama dia!”

“Abang udah kayak pria yang pedofil aja! Sukanya sama gadis muda! Ya setidaknya jangan sama Rara!”

“Oh.. namanya, Rara.. imut banget namanya.”

“Bang, kalo macem-macem sama dia. Gue nggak segan-segan menghabisi abang,” ucap Alvan. Membuat Reihan mendenguskan napas kecilnya. Teringat, dulu ia juga seagresif itu ketika mempertahankan pacar di masa lalunya.

Belum sempat Reihan menjawab kembali ancaman Alvan. Suara pintu terbuka dengan panggilan menggelegar milik bunda Alvan terdengar, meminta semuanya untuk kumpul di meja makan dan makan siang.

“Van, dulu gue juga seperti itu. Gue membohongi diri gue sendiri kalau gue tidak menyukai gadis yang dulu gue sukai. Akhirnya, semuanya terlambat. Dia bersama orang lain, dan gue tetap sendirian bersama perasaan terpendam gue. Agresif itu boleh, membohongi dan memaksa diri sendiri dengan mengakui hal yang tidak benar, itu yang tidak boleh,” ucap Reihan, kemudian akan beranjak meninggalkan Alvan.

“Mungkin karena lo masih kecil, lo ngga paham apa yang gue maksud. Van, percayalah! Jaga dia. Selama dia punya rasa suka ke lo, jangan lo sia-siain! Dan mungkin lo tahu, karma itu tetap ada.”

Alvan terdiam. Mencerna kembali ucapan sepupunya.

Gue cuman.. cuman nggak siap buat nyatain perasaan gue. Batin Alvan, kemudian mengikuti langkah Reihan yang berjalan menuju sumber suara.

“Ayo Reihan, Alvan.. kita makan siang bareng,” ucap mama Alvan. Lestari Putri.

“Gue coba, Bang,” ucap Alvan, berbisik pada Reihan yang mengambil nasi dari wadahnya.

Reihan menatap adik sepupunya itu. Kemudian tersenyum. “Kalo gitu, makan yang banyak.. jangan sampai lengah di tengah-tengah perjalanan lo,” respon Reihan sembari memberikan empat centong nasi pada piring Alvan.

“Bang!” teriak Alvan kesal. Melihat sikap sepupunya yang sudah berumur 21 tahun, tapi masih bersikap seumuran dengannya.

Sedangkan Reihan, tertawa kecil menanggapi teriakan Alvan.

BERSAMBUNG.

Hai, Guys.. bertemu lagi nih sama cerbung Jasmin!

-Terima kasih atas dukungan kalian :)

Saran dan kritik, dipersilahkan ^_^

Do'akan kedepannya semakin baik ya cerbungnya, semoga menghibur cerbung kali ini! ^_^

Oh ya, mau tahu Authornya? Bisa kunjungi akun instagramnya kok! @minemine_19 atau @its.mineeee_19Kalian bisa berkomunikasi dengannya di sana! Dia menunggu direct kalian loh! ^_^

Atau, kirim pesan lewat emailnya:[email protected]

Salam Penulis,

Jasmine Sonia Failasufa

Muach :3

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bagus Kakakkakakakakka , ga sabar nunggu lanjutan nyaaaaaa

05 Apr
Balas

Aaaa, terima kasih banyak atas dukungannya ^_^

05 Apr

asli lucu ihh.. semangat terus, btw terserah deh kaka mau jawab apa pakai ka kata "Trims buat supportnya" juga gpp :)

05 Apr
Balas

Iya, makasih atas dukungannya ^_^

05 Apr

waww kata kata baru >~< aduh nanti jawabannya begitu terus.. tpi gpp deh yg penting ceritanya bagus >~<

05 Apr

Erere :) makasih dukungannya ^_^

05 Apr

baperrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr............. semangaatttttt.... [ jawab aku dengan kata 'trims buat suportnya] kangenn

05 Apr
Balas

Syukurlah, trims ya buat suportnya ^_^

05 Apr

Mantap

05 Apr
Balas

Makasih atas dukungannya ^_^

05 Apr

aku tunggu lanjutannya

06 Apr
Balas

Trims atas suportnya ^_^

06 Apr

Masama

06 Apr

Cepat cepat cepat cepat aku aku aku aku aku aku suka suka suka suka bangget loh

08 Apr
Balas

Iya, trims ya buat suportnya! ♡

09 Apr



search

New Post