Jasmine Sonia Failasufa

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
23# Penyakit Jie

23# Penyakit Jie

~

Gadis itu terdiam duduk pada kursi depan rumahnya. Ia mencoba menetralkan pikirannya semenjak ia pulang dari rumah mewah bernuansa putih itu. Bahkan, selama perjalanan mengantarkan temannya pulang ia sama sekali tidak menanggapi ucapan temannya itu. Hanya sesekali, jika itu penting. Ia masih terlarut dengan pikirannya.

...

“Rara?” tanya Mrs. Igrie, membuyarkan lamunan gadis itu ketika Mrs. Igrie menanyakan hubungan mereka tiba-tiba. Bukankah, selama ini mereka hanya sebatas teman? Pikir Rara.

Rara menggelengkan kepalanya sebentar. “I’m sorry, Mom,” ucap Rara dengan nada sendunya.

Wanita itu sekilas menurunkan senyumnya, lalu mengangkat senyumnya kembali pada gadis di depannya. Sejujurnya, ia berharap banyak pada gadis itu. Bahkan, mendampingi Jie untuk selama hidupnya.

“Kau tahu, Sayang?” tanya Mrs. Igrie.

Gadis itu sedikit mengkerutkan keningnya. Lantas, menggeleng pelan. Tanpa bersuara, ekspresinya sudah cukup menunjukkan bahqa dia tidak tahu apa-apa.

“Tapi janji, jangan katakan Jie sampai pada waktunya, 'ya!"

Rara menelan ludahnya. Oh astaga, ada apa? Pikir Rara.

Yes, Mom,” jawab Rara.

Mrs. Igrie terlihat mengirup napas pelan. Memejamkan matanya sebentar dan menatap gadis itu. “Mommy, mengandung adik untuk Jie!”

Really?!” tanya Rara tidak percaya.

Mrs. Igrie mengangguk tanpa memudarkan senyumnya. Pertanda, benar-benar mengiyakan keterkejutannya gadis itu.

“Cowok atau cewek, Mom?” tanya Rara lebih antusias.

Sosok itu tertawa kecil. “Cewek. Mommy harap, dia cantik dan begitu baik hati sepertimu.”

“Ahahaha, Mommy bisa aja,” elak gadis itu, kembali menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali. “Wah.. Jie bakal sayang banget sama adiknya,” ucap Rara. Kemudian, bertepuk tangan kecil.

Mommy harap seperti itu,” respon Mrs. Igrie dengan nada sendunya.

Gadis berkucir rambut rapi dengan jepitan hitamnya itu menurunkan senyumnya tiba-tiba. Seolah, aliran listrik berarus sedih dari Mrs. Igrie mengalir untuknya juga. Padahal, ia tidak tahu apa-apa.

“Sayang, Jie divonis mengidap punya penyakit jantung lemah sejak 3 tahun yang lalu. Oh, My Princess! Sungguh Tuhan telah memberikan umur yang cukup panjang untuk Jie,” ucap Mrs. Igrie. Lantas, perlahan ia mulai mengalirkan air matanya. Mengingat umur dari anaknya itu yang mungkin tidak lama lagi. Pengidap penyakit itu rata-rata tidak akan berumur panjang jika mempunyai kondisi yang buruk.

Rara terdiam. Perasaannya mulai tidak menentu. Jantungnya kembali berdegup tidak kencang. Namun, itu bukan perasaan bahagia ataupun tersipu malu seolah tersisir angin musim semi. Itu perasaan cemas, bahkan petir dalam perasaan jauh di lubuk hatinya membuatnya merasa kesulitan bernapas sejenak.

“Tenang, Mom,” hibur Rara, lantas memeluk wanita itu. Ia tahu, pasti sangat berat ketika mengetahui anak semata wayangnya mempunyai penyakit itu.

Mommy nggak tahu harus bagaimana, Sayang. Mommy sama Daddy sudah berusaha mencari transplantasi jantung untuk Jie. Namun, tidak ada yang begitu cocok untuknya. Oh My God,” respon Mrs. Igrie, kembali menangis secara terisak-isak pada dekapan gadis itu.

Rara mencoba menyalurkan perasaan tenangnya pada wanita itu. Setidaknya, hanya itu yang hanya bisa ia berikan saat itu juga. Mengembalikan suasana baik di siang kali itu.

Beberapa menit kemudian, suasana kembali membaik. Mrs. Igrie dapat kembali menarik simpul dari sudut bibirnya, walau itu tersimpan pilu yang amat mendalam. Lantas, ia menyuruh Rara untuk segera pulang. Itu sudah menunjukkan pukul tiga sore, bagaimana jika orang rumah mencarinya? Yeah, sejujurnya tidak ada yang mencari dirinya berada di daerah mana. Pikir Rara sejenak. Kue yang dimasak Mrs. Igrie juga sudah matang, bahkan wanita itu sempat memotong untuk dibawa pulang gadis itu dan temannya.

Kemudian, mereka pamit. Meninggalkan rumah itu, membalas lambaian dari Mommy dan Daddy di teras rumah itu. Hari itu, Rara menemukan informasi mengenai penyakit sosok pemilik manik bewarna hitam yang selalu terlihat konyol itu. Mungkin, Jie memang sengaja tidak menceritakan itu padanya secara langsung. Itu terlalu menyakitkan.

...

“Nih,” ucap seseorang, menyodorkan tas plastik berwarna hitam di depan gadis yang melamun di kursi depan rumahnya.

Rara menoleh. Melihat siapa yang datang ke rumahnya sore hari itu. Harusnya, ia tersenyum. Harusnya juga, ia senang. Mendapati sosok yang disukainya berada di sampingnya. Walau tidak untuk menenangkan perasaan sedihnya pada Jie.

“Apa, Al?” tanya Rara.

Sosok itu menghela napas. “Gue yakin lo laper,” ucap Alvan.

Rara mengangkat kedua alisnya. Lantas, mengkerutkannya menjadi satu di tengah dahi. “Isinya, apa?” tanya Rara memancing.

“Yang lo makan sejak tujuh tahun yang lalu,” balas Alvan dengan suara lirihnya.

Tawa kecil milik gadis itu pecah. Kemudian, berkata, “Ah, ayo masuk dulu. Lebih enak di dalam kalo makan.” Kemudian, beranjak untuk membuka pintu. Lagi-lagi, ia masih sendirian di rumah.

Alvan mengikuti gadis itu. Menyandarkan punggungnya pada sofa sembari meletakkan makanan untuk gadis itu pada meja ruang tamu. Kemudian, menghela napasnya.

“Satu mangkuk untuk Rara dan satu mangkuk buat Alvan,” ucap Rara. Memberikan mangkuk itu pada sosok itu dan membuka tas plastik itu.

“Makasih, Ra, tapi tekwan itu semuanya buat lo aja,” respon Alvan dan mengembalikan mangkuknya di samping mangkuk gadis itu.

Rara menghentikan aktivitasnya. Terdiam sejenak. Kemudian, menghirup napasnya pelan dan menatap sosok itu. “Kenapa?” tanya gadis itu dengan nada datarnya sembari menatap Alvan.

Sejujurnya, ia sedikit membenarkan ucapan Sely. Perlahan, mau tidak mau ia harus melupakan Alvan. Percuma juga, apa yang diharapkan dari sosok itu?

“Apa?” tanya Alvan balik.

“Kenapa lo susah-susah bawain tekwan buat gue?”

“Gue nggak susah-susah bawain itu buat lo.”

“Katanya, udah nggak peduli dengan gue. Lantas, kenapa lo kemari dengan bawain tekwan kesukaan gue sejak tujuh tahun yang lalu?”

“Gue nggak bilang kalo nggak peduli sama lo.”

“Lantas?”

“Gue cuman bilang, mau lo sama siapa aja, gue nggak peduli,” jawab Alvan, kembali dengan nada suara datarnya.

Gadis itu menghela napasnya. “Gue capek, Al,” ucap Rara.

“Buat?”

“Sikap lo ke gue.”

Alvan terdiam. Ia ingin mendengar pengakuan yang akan diucapkan gadis itu.

“Sudahlah, Al. Gue nggak mau manjangin ceritanya,” pasrah Rara.

“Kenapa memangnya?”

“Gue udah nyakitin orang yang bener-bener sayang sama gue di sisa waktu hidupnya.”

Alvan terdiam. Ada dua kemungkinan, Sely atau Jie? Atau keduanya? Atau tidak dengan keduanya?

“Jie,” lanjut Rara. Membuat lensa pada bola mata sosok kulkas mempunyai dua pintu itu tiba-tiba mendadak terdiam. Perasaannya tiba-tiba saja terasa bimbang. Bukan karena Jie adalah orangnya, tapi ada apa dengan di sisa waktu hidupnya.

Ada apa? Batin Alvan.

BERSAMBUNG.

Hai, Guys.. bertemu lagi nih sama cerbung Jasmin!

"Beli di mana tekwannya?"-Rara.

"Menurut lo?"-Alvan.

"Gang dekat tempat les kita waktu SD."-Rara

"Itu tau."-Alvan.

"Gilak! Lo jauh-jauh dari selatan ke barat cuman buat tekwan ini?!"-Rara.

"Hm."-Alvan.

"Buat apa?"-Rara.

"Nggak apa-apa."-Alvan.

"Eh?"-Rara. #_#

"Kenapa?"-Alvan.

"It.. itu.. makasih."-Rara.

"Imutnya.. EH! IYA, NGGAK APA-APA."-Alvan.

(Author tertawa kecil.)

-Terima kasih atas dukungan kalian :)

Saran dan kritik, dipersilahkan ^_^

Do'akan kedepannya semakin baik ya cerbungnya, semoga menghibur cerbung kali ini! ^_^

Oh ya, mau tahu Authornya? Bisa kunjungi akun instagramnya kok! @minemine_19 atau @its.mineeee_19Kalian bisa berkomunikasi dengannya di sana! Dia menunggu direct kalian loh! ^_^

Atau, kirim pesan lewat emailnya:[email protected]

Salam Penulis,

Jasmine Sonia Failasufa

Muach :3

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Lanjutt Kakkk

24 Apr
Balas

Iya, trims ya buat suportnya! ♡

24 Apr

Lanjutt Kakkk

24 Apr
Balas

Iya, trims ya buat suportnya! ♡

24 Apr

Alvan ngapa itu diakhir jadi tsundere TwT. Lanjut kak!

24 Apr
Balas

Biasanya orang cuek emang kayak gitu, terkadang tidak memperlihatkan sifat tsunderenya. Padahal, emang tsundere :v ya udah, Author ganti yandere di chapter selanjutnya. Gimana? :^

24 Apr

Iya, trims ya buat suportnya! ♡

24 Apr

Seru ceritanya. Lanjut ya kakk, semangat!

24 Apr
Balas

Iya, trims ya buat suportnya! ♡

24 Apr

lanjutttttttttt terussssssssss kak! aku sering bayangin ni cerita jadi film hhaha

24 Apr
Balas

Iya, trims ya buat suportnya! ♡

24 Apr

:"

24 Apr
Balas

hueaaa aku tidur jam 1 dini tadi malam, kaka tidur jam beraapa?

24 Apr

Ahahaha. Alhamdulillah mau ngehabisin darah, ngga tidur sampai shubuh :)))

24 Apr

Jangan lupa lanjuuut yaa!

24 Apr
Balas

Iya, trims ya buat suportnya! ♡

24 Apr

Lanjut kak ••

24 Apr
Balas

Iya, trims ya buat suportnya! ♡

24 Apr



search

New Post