Jasmine Sonia Failasufa

gadis remaja yang sedang menempuh pendidikan di sekolah tinggi ...

Selengkapnya
Navigasi Web
2# Sosok yang Cemburu

2# Sosok yang Cemburu

~

Alvan berjalan meninggalkan gadis yang baru saja ia rubah penampilannya. Senyumnya ia lukis begitu saja pada raut wajahnya. Kemudian, menurunkan kembali senyumnya. Mengingat bahwa ia tidak boleh memiliki perasaan lebih pada gadis itu.

“Al! Titipan gue di kantin mana?!” tanya Rangga, teman sebangku Alvan, yang mengetahui sosok temannya sudah kembali dari kantin dan memasuki kelas 11-A dengan langkah santainya.

Alvan melihat Rangga yang meletakkan dagunya pada meja. Terlihat seolah sedang menahan lapar. Kemudian, Alvan mengerjapkan kelopak mata beberapa kali. Mencoba mencerna kalimat yang ditanyakan Rangga.

“Titipan?”

“Gue nitip nasi goreng di kantin woy! Lo lupa?!”

“Em.. bentar,” jawab Alvan dan duduk pada bangkunya. Menghela napasnya dan menatap Rangga dengan sendunya.

“Terus nasi goreng gue mana?!” protes Angga, mungkin ia sudah meledak jika tidak sabar menghadapi sosok Alvan.

Alvan mengeluarkan nasi goreng yang ia beli dari kantin dengan keadaan sudah terbuka tanpa ikat karet.

“Ini karetnya ke mana?!” tanya Rangga memprotes lagi. Mendapati titipan nasi bungkusnya sudah dalam keadaan terbuka tanpa karet, hanya tergulung terlipat-lipat.

DEG! Mampus! Kan gue ambil buat kucir rambutnya Rara! Batin Alvan sembari menelan ludahnya.

“Kayaknya Mbak Iwan lupa ngasih karet deh,” jawab Alvan asal-asalan.

“Hah?!”

“Yah, namanya juga Ibu Kantin kita udah agak tua.. mana anaknya udah satu lagi, wajar saja lupa!”

“Bukannya Mbak Iwan masih berumur 35 tahun? Itu dinamakan udah tua, ‘ya?”

“Bukan itu maksud gue.. mungkin anaknya rewel, jadinya nggak sempat ngasih ikat karet di nasi goreng yang itu! Udahlah, gue mau belajar. Habis ini ulangan harian Bahasa Inggris, ‘kan?” jawab Alvan beralasan dan berakhir mengalihkan topik pembicaraan mereka.

“WOIYA! GUE LUPA!” respon Rangga dan memakan nasi gorengnya dengan terburu-buru. Mengingat ia belum menghabiskan makanannya itu.

“Santai aja.. biasanya, mr. Vino agak telat datangnya.. jadi nggak usah terburu-buru. Lo mati di sini, gue ogah tanggung jawab,” ucap Alvan, membuat Rangga hanya mengangguk mengiyakan.

Alvan membuka ponselnya, berniat mengirimkan pesan pada sosok Rara. Mengingat, pasti gadis itu akan kesal jika ia mengucir rambut panjangnya dengan ikat karet.

To: Gadis bawel Nggak usah kesal dengan kucir rambutnya. Inget, potong atau kucir!

Alvan kembali terdiam sejenak. Kemudian, menghapus pesan itu. Berpikir kembali untuk pesan tepat yang akan dikirimkannya pada gadis itu.

To: Gadis bawel Potong atau kucir!

Sosok itu tersenyum. Mungkin pesan ini lebih memberikan makna baik.

```

“Eits! Bagi dua..,” ucap seseorang yang membuat Rara berhenti mendadak di ambang pintu kelas.

Rara menggeramkan tangannya kesal. Menatap tajam sesosok yang memotong jalannya begitu saja. “Mau nyari mati, HAH?!” tanya gadis itu dengan perasaan kesal.

Sesosok pemilik nama Jie Gabriel itu tertawa kecil. Kemudian menggaruk tengkuknya dan berkata maaf. “Udah lah.. gue juga udah minta maaf, jangan cemberut gitu..,” responnya dengan senyumnya yang menggoda. Sayangnya, senyuman itu lebih terasa menjijikkan bagi Rara.

Gadis itu memijit dahinya ketika melihat kelakuan seorang Jie Gabriel. Seorang siswa satu-satunya dalam sejarah SMA Jayapura yang memiliki darah campuran, Indonesia dengan Inggris. “Please, Jie.. gue pusing dengan sikap lo yang terlihat anak-anak seperti ini.. lo kira gue masih kayak anak-anak di PlayGroup yang biasa aja kalau dikagetkan temannya?! Kalau gue jantungan dadakan gimana?!” protes Rara.

Jie lagi-lagi tertawa kecil. “No! Jangan, berdo’a kaya gitu lah, Cantik..,” jawabnya setelah tawanya mereda. Kembali menatap gadis yang terlihat lucu sejak awal ia mengenalnya.

Rara terdiam sembari menghela napas kecil. Berjalan melewati Jie begitu saja, seolah tidak memperhatikan Jie merespon protesnya seperti apa.

Kenapa Jie harus diatur sekelas dengan gue, sih?! Batinnya kesal.

“Ra! Perasaan tadi pagi, gue ngelihat rambut lo masih terurai seperti Rapunzel deh, kenapa jadi kekucir? Lo ambil ikat karet dari bungkus nasi goreng di kantin, ‘ya?! What?!

Rara meletakkan pantatnya di bangku dengan kesal, melirik Jie dengan tajam yang duduk sebangku dengannya.

Oh astaga! Apakah nasib sial memang merutuki gue untuk hari ini? Pertama, bertemu bu Siti. Kedua, bertemu Alvan. Ketiga, menghadapi hari-hari gue yang duduk sebangku dengan seorang Jie Gabriel! Tunggu, bertemu Alvan apakah dinamakan nasib sial? Ah, gue jadi memikirkan dia kembali. Batin Rara, frustasi dengan mengacak-acak rambutnya.

Jie mengangkat satu alisnya ketika menatap Rara yang terlihat kesal. Padahal, ia hanya bertanya pada gadis itu. “Gue cuman nanya, Ra..,” ucapnya lagi.

Helaan napas pasrah Rara terdengar. Seolah, sudah pasrah dengan sikap Jie. “Lo kira gue semiskin apa sampai nggak mampu beli kucir rambut?” tanya Rara balik, bermaksud menjatuhkan pertanyaan Jie.

“Gue beliin roti buat sarapan lo.. lo ambil balik loh,” jawab Jie sembari mengetuk dagunya dengan jari telunjuk.

“Iiiihhh,” kesal Rara dengan menunjukkan sikapnya yang seolah ingin memakan Jie hidup-hidup kali itu juga.

Oi! Itu bukan berarti gue miskin karena mengambil roti yang lo tawarkan! Gue hanya menghargai lo, bukan karena membutuhkan makanan itu! Oh, Ya Tuhan.. ciptaanmu yang satu ini apakah memang seperti ini sejak diciptakan? Sungguh mengesalkan! Batin Rara yang ingin sekali berteriak mengungkapkan kekesalannya.

“Lo nggak beneran ambil ikat karet dari bungkus nasi goreng di kantin, ‘kan?!” tanya Jie, “eh.. tapi kucir yang lo pakai beneran ikat karet! Jangan-jangan tebakan gue benar?!” sambungnya.

“Eh?” Rara segera menjauhkan kuciran rambutnya dari pandangan Jie, mungkin saja Jie habis melirik ikat karetnya. “Bukan, ini dari Alvan!” bantah gadis itu dengan segera untuk tidak membuat Jie salah paham bahwa Rara sampai mengambil ikat karet nasi goreng bungkus di kantin.

Jie mengkerutkan keningnya. Tawa kecilnya untuk gadis itu memudar. Jujur saja, ia cemburu dengan gadis itu yang bisa bersama sosok Alvan. Apalagi, penampilan baru gadis itu yang lebih cantik ternyata dari Alvan.

Kalau gue bisa bertemu lo lebih cepat dari Alvan. Gue bisa dapetin hati lo dari awal, Ra! But, i know it’s impossible. Batin Jie dengan perasaan kecewanya, mengingat bahwa itu juga mustahil.

“Alvan?” tanya Jie memastikan.

Rara mengangguk pertanda mengiyakan. Memang benar, Alvan yang memberikan kucir rambut itu pada gadis itu. Walau, hanya sekedar ikat karet.

Jie hanya menganggukkan kepalanya, seolah mengerti apa yang gadis itu maksudkan.

Hei? Dia tidak memikirkan hal yang lain, ‘kan? Pikir Rara.

Beberapa menit setelahnya, mereka saling diam. Rara yang sibuk bermain ponsel dan Jie yang membolak-balikkan lembaran bukunya.

Rara tidak terlalu menanggapi perasaan Jie. Sedangkan, sosok Jie yang terdiam dengan perasaan kecewanya.

“Ra,” panggil Jie beberapa saat setelah diam membuat mereka canggung untuk membuka suara.

“Apa?” respon gadis itu sembari menolehkan kepala, menatap pemilik manik berwarna hitam pekat itu.

“Pulang temenin gue lagi, okey?” pinta Jie.

Kini, Rara mengangkat satu alisnya. “Ke mana?”

Jie hanya tersenyum dan mengerlingkan matanya. “Ada deh,” jawabnya pendek dan kembali fokus ke bukunya.

Rara menghela napas pasrah, sembari menatap sesosok itu dengan perasaan bimbang.

Please, ke mana lagi Jie akan menculik gue? Ke pasar untuk membeli mesin cuci seperti minggu kemarin? Atau, ke toko ikan untuk membeli ikan cupang agar bisa diadu? Entahlah, gue harap bukan hal yang random lagi. Gue nggak tahu. Apa kebanyakan anak-anak di Inggris juga seperti lo, Jie? Kekanak-kanakkan yang terlihat lucu? Dasar.

BERSAMBUNG.

Hai, Guys.. bertemu lagi nih sama cerbung Jasmin!

-Terima kasih atas dukungan kalian :)

Saran dan kritik, dipersilahkan ^_^

Do'akan kedepannya semakin baik ya cerbungnya, semoga menghibur cerbung kali ini! ^_^

Oh ya, mau tahu Authornya? Bisa kunjungi akun instagramnya kok! @minemine_19 atau @its.mineeee_19Kalian bisa berkomunikasi dengannya di sana! Dia menunggu direct kalian loh! ^_^

Atau, kirim pesan lewat emailnya:[email protected]

Salam Penulis,

Jasmine Sonia Failasufa

Muach :3

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tapi.. Nama Joe itu lebih mirip kejepang2an tau...

02 Apr
Balas

Ah.. nama Jie itu diambil dari nama orang inggris yang aku kenal. Dia orangnya baik ^_^

02 Apr

Trims buat suportnya ^_^

02 Apr

menurutku ini lebih bagus dari pd yg X dan Y. bagus banget! beneran! beneran ini! jangan dihapus yg artikel ini nyeh

02 Apr
Balas

Sama sama bagus ah kak perasaanku

02 Apr

@Yasmine Ghata wah.. syukurlah ini lebih bagus. Do'akan aja deh •_< trims ya buat suportnya ^_^

02 Apr

@caera.eisha trims semoga kedepannya lebih menghibur deh •_< trims ya buat suportnya ^_^

02 Apr

apa cuman aku yg muak dengan kata kata itu? :v

02 Apr

@caera.eisha lantas aku harus bagaimana??

03 Apr

ga harus bagaimana bagaimana, lantas aku tak perlu komen itu sudah cukup bukan? hanya membaca dibanding aku komen, dan dijawab dengan jawaban kaka yg membuatku sungguh.. males -_-

03 Apr

Kamu sudah mengunjungi akunku untuk membaca artikelnya sudah cukup membuatku berterima kasih kok! Mohon maaf jika ada yang kurang mengenakkan :(

03 Apr

Cepat apdet aku mau baca

08 Apr
Balas

Iya, trims ya buat suportnya! ♡

09 Apr



search

New Post