Jasmine Sonia Failasufa

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
16# Marah atau Cemburu Lagi?

16# Marah atau Cemburu Lagi?

~

“Ra,” panggil seseorang.

Rara membuka matanya. Mengerjapkan kelopak matanya beberapa kali. Memandangi sekilingnya, mencari ingatannya kembali.

Eh, gue ketiduran? Batin Rara.

Sorry, Ra. Gue kira lo nggak dengar panggilan gue. Kalo mau lanjut tidur, tidur aja nggak apa-apa,” lanjut Jie menatap iba mata lelah gadis itu.

“Tunggu-tunggu,” ucap Rara, memotong ucapan Jie yang mungkin akan keluar lagi, “kok gue ketiduran?!” protes Rara. Kemudian, melirik jam tangannya.

Gila! Gue tidur selama 3 jam?! Ini udah kayak ke Jakarta ke Bandung woy! Batin Rara lagi-lagi.

Jie mengetuk dagunya beberapa kali. Seolah, kembali mengingat yang terjadi beberapa waktu yang lalu.

“Oh, tadi gue nggak tidur. Saat mau ngajak lo ngobrol, lo malah tertidur di samping gue,” jelas Jie.

Rara berdecak. Kemudian, mengacak-acak rambutnya. “Kenapa lo nggak bangunin gue, Jie?!” protes Rara.

Jie tertawa kecil. Melihat gadis yang keras kepala selama ini, terlihat frustasi karena sesuatu. “Udah-udah, rambut lo jadi berantakan, nih,” ucap Jie, lantas merapikan rambut gadis itu, “karena, gue nggak tega buat bangunin lo,” lanjut Jie.

Gadis itu diam. Ia tidak memberontak kembali ketika tangan Jie merapikan kembali rambutnya. “Padahal, lo yang sedang sakit,” respon Rara.

“Ada lo di sini, itu udah cukup menyembuhkan sakit gue.”

“Lo sakit apa?”

“Apa? Mungkin, cuman kelelahan seperti biasa.”

“Bohong.”

“Gue nggak bohong, Ra..”

“Bohong.”

“Astaga. Kenapa? Khawatir banget, ‘ya?”

“Nggak gitu, Bego! Lo kenapa?!”

Jie tertawa kecil. “Ada masanya, di mana kita dipertemukan oleh sesuatu. Kemudian, dipisahkan oleh sesuatu itu juga.”

“Woy! Nggak baik ngomong kayak gitu!” protes Rara.

“Apa?”

“Lo mau mati?” tanya Rara.

Jie menepuk dahinya. Kemudian, tertawa kecil. “Nggak gitu, Rara...,” pasrah Jie.

Rara membulatkan matanya. “Terus, ngapain ngomong kayak gitu?”

“Yang mana?”

“Argh, yang dipertemukan dan dipisahkan itu!” bantah Rara.

“Oh.. maksud gue, gue dipertemukan rasa sakit seperti ini dan dipisahkan rasa sakit juga.”

“Ha?”

“Lo dengan Alvan,” jawab Jie.

Seketika, Rara mendadak terdiam. Mengingat, itu pasti hal yang sakit untuk dirasakan Jie.

“Udah, Ra. Kita balik ke kelas yuk! Kita udah bolos 3 jam,” ucap Jie, bermaksud mengalihkan pembicaraan mereka.

Rara mengangguk pasrah. “Perlu gue bantu?” tawar Rara pada sosok yang hendak berdiri itu.

“Lo kira, gue lumpuh?!” protes Jie tidak terima.

Maybe,” balas Rara. Lantas, membuat Jie mencubit kecil pipi gads itu.

“A.. aw, sakit, Jie!” respon Rara sembari mengusap pipinya.

“Tetep cantik kok,” balas Jie. Kemudian, segera melangkahkan kakinya meninggalkan UKS itu.

Rara mengekor. Pikirannya masih berputar untuk mencerna ucapan Jie.

Kenapa harus rasa sakit itu juga yang memisahkan? Batin Rara. Kini, ia merasa tidak hanya Alvan yang penuh dengan teki-teki. Namun, sosok yang berjalan di depannya juga penuh dengan teka-teki. Mengingat, ia yang sudah dua tahun berteman dengan Jie, sosok yang tidak terlihat kejanggalan apapun.

“Jie! Lo baik-baik saja?!” respon Sely, ketika mendapati dua sosok itu kembali ke kelas.

Jie mengangguk. “Gue nggak apa-apa kok. Btw, ini udah bubar sekolahnya? Sepi banget, beuh!” ucap Jie.

Tawa anggota kelas itu seketika pecah. Termasuk, tawa milik Rara. Mendengar, seorang Jie-anak darah campuran-yang mengucapkan kata ‘beuh’ dengan bahasa sunda. Itu cukup lucu.

Why?” tanya Jie.

“Lucu, Jie! Lo kayak anak kecil belajar ngomong!”

Aya-aya, wae,” ucap Jie lagi-lagi, sontak membuat seluruh anggota kelas itu refleks menyalakan ponselnya untuk merekam kejadian itu.

“Balik dari UKS, bukannya di sambut.. malah divideo,” cibir Rara kecil, lantas ia mendekat pada sosok itu, “sekalian fotoin, ‘ya!” pintanya pada beberapa pasang kamera yang menyorot pada Jie.

Jie tersenyum, lantas menyentuh puncak dari kepala itu.

“Cieee yang mesra banget!!” teriak Sely.

“Cieeee!!” respon seluruh anggota kelas itu dengan tepukan kecil.

“Eh-eh.” Jie melambaikan tangannya, pertanda menolak ucapan mereka semua.

Rara sedikit mengkerutkan keningnya, ketika menatap Sely yang bertepuk tangan kecil dengan senyumnya.

Ternyata, lo sebahagia itu kalo gue sama Jie ya, Sel. Padahal, ini nggak nyata. Batin Rara, menatap Sely yang sesekali mengalihkan pandangan pada beberapa anak di sampingnya. Seolah, mencari dukungan untuk mendukung Rara dengan Jie.

Rara melirik sekitarnya dengan senyum kikuk. Ia juga merasa bimbang ketika di tengah situasi seperti itu. Sejujurnya, ia hanya bersikap bercanda pada sosok Jie.

Bola mata gadis itu melebarkan. Menatap seseorang yang ikut bertepuk tangan di ambang pintu kelas. Menyandarkan diri pada pintu di kelas itu.

Mampus! Lagi-lagi Si Kulkas Dua Pintu! Batin Rara.

Alvan tersenyum tipis, ketika seorang gadis yang menjadi tujuannya ke kelas itu menoleh menatapnya kembali. Lantas, Alvan melangkahkan kakinya, meninggalkan gadis di kelas itu.

Gadis itu menggelengkan kepalanya kecil. Kemudian, segera mengambil tasnya.

“Gue duluan, ya,” ucap Rara. Segera melangkahkan kakinya, mengejar sosok Alvan yang terlebih dulu meninggalkannya. Entahlah, seolah memberikan isyarat pada Rara untuk segera mengikuti.

“Al!” panggil Rara.

Namun, sosok itu masih tetap berjalan.

“Al!” panggil Rara lagi, kini lebih keras. Bahkan, sempat membuat beberapa murid berhenti dan menoleh. Melihat siapa yang sedang berteriak keras memanggil nama Si Kulkas dengan Dua Pintu.

Lagi-lagi, Alvan seolah tidak mendengar panggilan itu. Ia tetap berjalan santai menuju parkiran lebih cepat.

“Alvan Aditya! Berhenti!”

“Alvan!”

“Al!”

“Al-van!”

Sayangnya, panggilan gadis itu dihiraukan oleh sosok itu. Ia benar-benar terlihat tidak mendengar panggilan itu.

“Sayang!”

Seketika, sosok itu berhenti. Ketika mendengar panggilannya berganti nama dengan sebutan ‘sayang’. Rara tersenyum miring. Segera ia berjalan mendekati sosok itu.

“Jangan deketin gue,” ucap Alvan.

DEG! Apa? Batin Rara tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

Rara menurunkan senyumnya ketika ia hampir dua langkah tepat berada di depan Alvan. Mendengar tiga kalimat itu, membuatnya terasa jatuh pada jurang kehampaan. Lantas, menatap punggung sosok itu yang perlahan menjauh darinya.

BERSAMBUNG.

Hai, Guys.. bertemu lagi nih sama cerbung Jasmin!

"Alvan marah sama Rara?"-Rara.

"Nggak."-Alvan.

"Nggaknya Alvan, lagi-lagi nggak iya atau nggak salah?!"-Rara.

"Apa sih, Ra?"-Alvan.

"Alvan berhenti baca bukunya bentar, bisa? Rara ngajak bicara Alvan!"-Rara.

"Nggak."-Alvan.

"(cemberut)"-Rara.

"Udah-udah, Ra."-Author.

"Rara capek, Rara pulang dulu."-Rara.

"Eh, Rara?!"-Author.

"Hm."-Alvan.

"Eh, Alvan?!"-Author

-Terima kasih atas dukungan kalian :)

Saran dan kritik, dipersilahkan ^_^

Do'akan kedepannya semakin baik ya cerbungnya, semoga menghibur cerbung kali ini! ^_^

Oh ya, mau tahu Authornya? Bisa kunjungi akun instagramnya kok! @minemine_19 atau @its.mineeee_19Kalian bisa berkomunikasi dengannya di sana! Dia menunggu direct kalian loh! ^_^

Atau, kirim pesan lewat emailnya:[email protected]

Salam Penulis,

Jasmine Sonia Failasufa

Muach :3

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Njot Kakkk

17 Apr
Balas

Iya, trims ya buat suportnya!

17 Apr

llllllllllaaaaaaaannnnnnnnnjjjjjjjjjuuuuuuuuuuuhhhhhhhhttttttttttttttt!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!1 semungut kakak

16 Apr
Balas

Iya, trims ya buat suportnya! ♡

16 Apr

Lanjutts

16 Apr
Balas

Iya, trims ya buat suportnya! ♡

17 Apr

Kak mine plis up di wp

25 Dec
Balas



search

New Post