Jasmine Sonia Failasufa

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
14# Malam Milik Rara

14# Malam Milik Rara

“Gue pulang ya, Ra. Have a nice dream,” ucap Alvan lirih pada telinga Rara. Kemudian, melangkahkan kakinya keluar dari rumah itu. Menutup pintu perlahan dan menyalakan stater motornya, menjauh dari perkarangan rumah bercat hijau itu.

~

Rara membuka matanya. Mengerjapkan kelopak matanya berkali-kali. Memandang sekelilingnya, mencari nyawanya kembali. Kemudian, melihat jam menunjukkan pukul berapa. Pukul enam sore.

“Argh,” kesal Rara sendiri. Kemudian, berjalan ke dapurnya. Mengambil air dari kran untuk membasuh wajahnya. Setidaknya, membuat matanya terbuka.

Gue ketiduran, ‘ya? Batin Rara. Lantas, kembali berjalan ke ruang tamu.

“Eh? Apa ini?” tanya Rara dengan sendirinya. Mengambil sebuah pembatas kertas yang tertempel di atas buku-bukunya.

From: Rara “Semangat! Gue pulang duluan. See you :)”

Rara tersenyum. Membaca tulisan itu yang tidak berubah sama sekali sejak delapan tahun terakhir. Yeah, setidaknya sudah lebih bagus.

Kring.. Reina (bunda) Calling..

“Iya?”

“Ra, bunda hari ini pulangnya telat.”

“Iya.”

“Jangan lupa makan malam.”

“Iya.”

“Jangan tidur larut-larut.”

“Iya.”

Terdengar helaan napas Reina. Sejujurnya, ia tidak mau meninggalkan anak perempuan bungsunya itu di rumah sendiri hingga larut malam. Sayangnya, ia tidak dapat melakukan hal itu.

“Kerjakan tugasmu, ‘ya?”

“Iya.

“Bunda tutup teleponnya.”

“Iya.”

Kemudian, telepon mati. Gadis itu menghela napasnya, kemudian melangkah ke kamarnya. Mengembalikan buku-bukunya dan memakai jaket. Angin malam membuatnya harus mengenakan hal itu untuk keperluan di luar.

Lagi-lagi. Batin Rara, ketika menyisir rambutnya tipis. Mengucir kembali dan membenarkan jepitan rambutnya. Terakhir, memandangi dirinya sendiri melalui cermin di kamarnya.

Lirikan Rara melirik pada pembatas kertas yang tertulis pesan Alvan. Lantas, ia mengambilnya. Menempelkannya pada cermin, tepat di samping ikat karet pemberian Alvan, dulu.

Rara tersenyum, membaca kembali pesan Alvan.

Ah, apa yang gue pikirkan. Gue berangkat, Al. Batin Rara, seolah membayangkan sosok yang membuatnya tersenyum selama ini berada di depannya.

Rara menutup pintu rumahnya. Mengeluarkan motornya dari garasi. Kemudian, menjauh dari perkarangan rumahnya.

“Selamat berbelanja,” ucap kasir supermarket itu, ketika Rara membuka pintunya.

Gadis itu hanya mengangguk sekilas dan menelusuri rak-rak.

Nggak mau yang ribet, makan mie aja. Batin Rara, lantas melangkahkan kakinya menuju rak berisi surganya mie.

“Ra?” sapa seseorang, membuat Rara menoleh. Melihat siapa yang memanggilnya.

“Jie?” sapa Rara balik.

“Kok lo di sini?”

“Definisi dunia sempit sesungguhnya itu seperti ini, ‘ya! Di sekolah, gue ketemu lo. Sekarang, di sekian banyak supermarket di kota, gue ketemu lo juga,” sindir Rara.

Jie tersenyum. Tiba-tiba saja, perasaan Jie kembali memburuk. Kemudian, ia menggelengkan kepalanya kecil. Mengusir jauh-jauh perasaan buruknya itu. “Beli apa?”

“Mie lah, Bego! Ya kali gue ke sini mau beli gayung,” respon Rara sembari menunjuk rak berisi mie, bahkan ia dapat berkata dengan nada biasanya. Seolah, melupakan kejadian tadi pagi.

Jie tertawa kecil dan mengangguk kecil. “Why? Di rumah nggak ada makanan?” tanya Jie.

Rara menggeleng, kemudian berjinjit untuk mengambil mie kesukaannya pada barisan paling atas.

Jie menghela napas kecilnya sembari tersenyum. Kemudian, mengambil mie yang dimaksud gadis itu. “Nih,” ucapnya, lantas memberikan mie yang diinginkan Rara.

“Idih, makasih,” jawab Rara.

“Tadi siang makan apa. Nggak makan?” tanya Jie.

Lagi-lagi, Rara menggeleng. Mengingat, ia malah tertidur ketika bersama Alvan.

“Bunda, ke mana?” tanyanya.

“Entah,” jawab Rara yang terlihat asal-asalan.

“Lo yang punya bunda, lo yang nggak tahu juga.”

“Yeeee, lo kira gue bodyguard bunda gue?!”

“Ya nggak gitu, emangnya bunda ke mana? ‘Kan lo anaknya.”

“Dibilang nggak tahu ya nggak tahu. Sumpah, bego banget dah lo ini,” bantah Rara, lantas kembali berjalan.

Jie mengkerutkan keningnya dan mengikuti Rara. “Jangan keseringan makan mie, Ra.. nggak baik,” bisik Jie.

“Apaan sih, yang makan juga gue. Ngurus banget kehidupan orang,” respon Rara.

“Ya udah, beli apa lagi?”

“Kenapa? Mau lo traktir?”

“Boleh,” jawab Jie ramah.

Rara mengembangkan senyum dan mengangkat satu alisnya. Seolah, akan melakukan hal yang aneh-aneh.

“Kalo gue minta supermarketnya?”

“Boleh, sekalian cucu pemilik supermarketnya juga boleh.”

“Emang siapa?”

Me.

“Nggak ketawa gue,” respon Rara, kemudian mengambil jajanan.

“Mending roti, Ra,” komentar Jie.

“Suka-suka gue, Jie.......,” jawab Rara dengan pasrahnya. Kemudian, ia berjalan ke kasir.

Helaan napas Jie terdengar. Mengingat, Rara adalah sosok yang keras kepala. Lantas, mengikuti Rara kembali.

“Bareng sama saya, Mbak,” ucap Jie, ketika Rara menyodorkan belanjaannya pada meja kasir. Membuat pegawai kasir itu tersenyum tipis melihat tingkah dua orang remaja di depannya.

Rara menoleh, melototkan matanya. Menatap Jie yang malah tersenyum.

“Apaan lagi sih, Jie?” tanya Rara, ketika mereka keluar dari supermarket itu.

“Katanya minta ditraktir,” balas Jie.

Kini, gadis itu menghela napas pasrahnya. “Udahlah, gue pulang dulu. Makasih traktirannya,” respon Rara.

Jie mengangguk sembari mengancungkan jempolnya. Tatapannya mengikuti gadis itu yang menuju motornya. Kemudian, menyalakan staternya. Lantas, meninggalkan supermarket. Menjauh dari Jie.

DEG! Please, my heart! Batin Jie sembari memegangi dadanya sejenak.

“Rara, pulang..,” ucap Rara. Setelah ia sampai di garasi rumahnya, memarkirkan motor dan memasuki rumah.

Namun, tidak ada jawaban. Itu membuat gadis itu kembali menghela napas.

Bunda belum pulang. Batin Rara. Lantas, memasuki rumah. Segera ia membuat mie dan memakannya.

Pikirannya kembali bernostalgia, mengingat dulu ayah dan bundanya selalu ada ketika ia makan malam di rumah. Setidaknya, dua tahun yang lalu itu hanya dilakukan.

Rara menoleh, mendengar suara notif pada ponselnya.

One message for you from Alvan: Malam. Segera tidur, besok jangan terlambat. Gue jemput.

Rara mengangkat senyumnya, ketika membaca delapan kata itu dari pesan Alvan. Itu sukses menemani malamnya waktu itu.

BERSAMBUNG.

Hai, Guys.. bertemu lagi nih sama cerbung Jasmin!

"Jangan kebanyakan makan mie."-Alvan.

"Suka-suka, Rara! Gantian, wlekkk!"-Rara.

"Hm."-Alvan.

"Alvan khawatir?"-Rara.

"Nggak."-Alvan.

"Keknya, Alvan punya hobi bohongin Rara terus deh!"-Rara.

"Bohongin, apa?"-Alvan.

"Bilang aja, Alvan khawatir sama Rara, 'kan?!"-Rara.

"Ya udah, iya."-Alvan.

"Terus, tadi kenapa bilangnya 'nggak'?"-Rara.

"Kenapa nanya kalo gue khawatir?"-Alvan.

"Em.."-Rara.

"Hm?"-Alvan.

"Mastiin aja!"-Rara.

"Iya. Gue khawatir."-Alvan.

"Cie, malu-malu."-Author.

"Iihh!! Apaan sih, Author!"-Rara.

"Cie, blushing. Ups!"-Author.

-Terima kasih atas dukungan kalian :)

Saran dan kritik, dipersilahkan ^_^

Do'akan kedepannya semakin baik ya cerbungnya, semoga menghibur cerbung kali ini! ^_^

Oh ya, mau tahu Authornya? Bisa kunjungi akun instagramnya kok! @minemine_19 atau @its.mineeee_19Kalian bisa berkomunikasi dengannya di sana! Dia menunggu direct kalian loh! ^_^

Atau, kirim pesan lewat emailnya:[email protected]

Salam Penulis,

Jasmine Sonia Failasufa

Muach :3

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Lanjut Kak

14 Apr
Balas

Iya, trims ya buat suportnya! ♡

14 Apr

Plis lanjut plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis plis Aku gak tega kalo cerita ini tamat. :(

15 Apr
Balas

Iya, trims ya buat suportnya! ♡

15 Apr

kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak kak lanjut kakak

15 Apr
Balas

Ahahahaha. Iya, trims ya buat suportnya! ♡

15 Apr

Ntapss, lanjuttz

15 Apr
Balas

Iya, trims ya buat suportnya! ♡

15 Apr

100% Keren.. Lanjuut yaakk! Uuuh, dukung truus nih. :)

15 Apr
Balas

Iya, trims ya buat suportnya! ♡

15 Apr

LANJOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOT TTTTTTTTTTTTTT KAK ^__^

14 Apr
Balas

Iya, trims ya buat suportnya! ♡

14 Apr



search

New Post