1# Karet Ikat
~
“Rara!"
Gadis itu berhenti. Menolehkan kepalanya untuk melihat siapa yang baru saja menyebut namanya. Terlihat seorang guru pembimbing konseling yang setiap hari terlihat kesal dengan rambut panjang seorang siswinya. Bahkan, di hari itu juga. Bu Siti.
"Mau kamu panjangkan sampai mana rambutmu itu!? Itu sudah cukup panjang!” protes bu Siti yang kewalahan melihat rambut panjang milik seorang gadis itu. Rara Aveli.
“Seperti princess Rapunzel, Bu!” celetuk gadis itu, tanpa rasa bersalah.
Guru perempuan itu menepuk dahinya. Kemudian, menghela napasnya.
“Kalau sewaktu-waktu saya berada di menara dan akan diselamatkan oleh seorang pangeran tampan.. kan nggak perlu susah-susah nyari tangga yang panjang, tinggal saya jatuhkan rambut panjang saya.. kemudian, pangeran tampan memanjat ramb-”
“Sudah! Saya tidak mau mendengar dongeng asal-asalanmu! Besok, saya ingin kamu memotong rambutmu atau kamu mengikat rambutmu. Risih saya melihatnya,” ucap bu Siti memotong cerita siswinya itu.
Rara memanyunkan bibirnya kesal.
Hei! Gue nggak ngasal cerita, Bu! Hanya berimajinasi saja! Batin Rara menolak.
“Kalau gitu, Bu Siti nggak usah melihat rambut saya. Kan selesai!” usul Rara yang membuat bu Siti menatapnya dengan tatapan tajam, “eh! Em.. iya Bu, besok saya usahakan. Saya duluan, Bu.. permisi,” lanjut Rara sembari tersenyum paksa dan kembali berjalan. Jujur saja, ia sedikit takut ketika menatap balik tatapan tajam milik bu Siti itu.
Bu Siti terlihat menghela napasnya. “Murid paling aneh keluaran planet mana ini, Ya Tuhan..,” gerutu bu Siti dengan lirihnya.
Rara segera menaiki anak tangga satu persatu dengan perasaan kesal. Mungkin memang nasibnya begitu sial di hari itu, bertemu bu Siti di tengah-tengah perjalanannya dari kantin di lantai bawah untuk kembali menuju kelasnya yang berada di lantai tiga.
“Apa salahnya sih punya rambut panjang?! Kan nggak ganggu rumah tangga milik bu Siti juga,” kesal Rara dengan suara lirih. Berharap, guru perempuan itu tidak mendengarnya.
Langkahan gadis itu berhenti seketika, menatap keberadaan seseorang yang bersandar pada tembok di tangga itu dengan tangan yang dilipat di depan dadanya. Seolah, sedang menunggu seseorang.
Alvan Aditya.
“Ra,” panggilnya yang membuat gadis itu terdiam membeku sejenak.
Rara menelan ludah sembari menarik napas pelan. “I.. iya, Al.. Alvan?” responnya dengan suara gemetar, ketika berpapasan dengan cowok yang membuat perasaannya semakin rumit selama ini.
“Habis kena omel bu Siti lagi?” tanya Alvan dengan nada datarnya.
Rara menganggukan kepalanya pelan dan itu cukup membuat Alvan mangut-mangut mengerti.
Cowok itu menghela napas pelannya. “Potong atau kucir?” tanyanya.
“Hah?” bingung Rara. Alvan memang selalu menanyakan sesuatu dengan pertanyaan yang tidak terlalu dipahami. Bisakah lain kali jika ia bertanya menggunakan kalimat yang mudah dipahami orang lain? Tanya Rara memprotes batinnya.
“Gue nanya, Ra.. lo pilih rambut lo dipotong atau dikucir?” tanya Alvan lagi, menjelaskan lebih detail pertanyaannya tadi.
Oh, itu maksudnya. Batin Rara.
Rara menggaruk tengkukku yang tidak terasa gatal sama sekali. Sejujurnya, Rara juga bingung untuk menjawab persoalan itu. “Kalau hanya ada dua pilihan itu sih.. gue lebih memilih dikucir aja, sia-sia dong perjuangan gue buat manjangin rambut sepanjang pinggang?!”
Lagi-lagi, Alvan yang hanya mangut-mangut mengerti. Gadis yang dihadapannya ini memang aneh. Bukankah memiliki rambut panjang adalah suatu hal yang menyusahkan? Pikir Alvan dengan sendirinya.
Beberapa menit setelahnya, Alvan mengeluarkan sesuatu dari balik sakunya. Membuat Rara mengangkat satu alis. Kemudian, ia berjalan mendekati gadis itu.
“Eh, ada apa, Al?” tanya Rara spontan dengan perasaan gugup. Alvan tidak pernah sedekat ini dengannya.
Sosok itu terdiam tidak menjawab pertanyaan Rara dan itu membuat gadis itu semakin bimbang, tidak lupa menciutkan bibir karena perasaan kesal. Kemudian, Alvan mengalungkan tangannya melingkari leher Rara.
Oh astaga! Gue bisa terkena serangan jantung dadakan kalau begini! Batin Rara dengan setengah berteriak. Berharap dapat mengeluarkan perasaan bahagianya.
Tangan milik Alvan mengucir rambut gadis itu yang sepanjang pinggang dengan cepat. Terakhir, tangan itu menyisir halus poni Rara.
Ya Tuhan, jangan cabut nyawa gue sekarang! Gue masih ingin menatap Alvan lebih lama lagi! Teriak Rara dengan bahagianya.
“Senyum,” suruh Alvan tanpa merubah nada suaranya, datar. Berdiri dihadapan gadis itu ketika selesai dengan urusannya.
“Hah?” tanya Rara lagi-lagi masih merasa bingung, atau lebih tepatnya merasa kikuk.
“Senyum, Rara..,” suruhnya lagi.
Rara merasa bimbang. Dengan perasaannya aneh, ia malah terkesan memberikan senyum kikuk pada Alvan.
Ini terlihat memalukan! Batin Rara.
“Kalau gini diliatnya ‘kan nyaman, udah.. gue mau kembali ke kelas,” respon Alvan dan melangkahkan kaki untuk meninggalkan gadis itu.
Rara masih terdiam membeku, kelopak matanya mengerjap beberapa kali. Ia mencoba mengembalikan kesadarannya dengan apa yang baru saja Alvan lakukan.
“Al.. Alvan!” panggil Rara setengah berteriak dengan suara getarnya. Berharap, cowok itu mendengar panggilannya.
Cowok itu berhenti melangkah. Menolehkan kepala kembali menatap gadis dengan penampilan barunya. Kemudian, mengangkat satu alisnya seolah bertanya ‘ada apa’ dengan isyarat yang baru saja ia lakukan.
Gadis itu menghirup udara perlahan dan menghembuskannya. “Ma.. makasih,” ucapnya.
Alvan memberikan senyum tipisnya. Memberikan arti sama-sama. Kemudian, berbalik dan kembali melangkahkan kakinya. Menghilang dari sudut anak tangga.
Ah, apa yang lo pikirkan Rara!? Nggak mungkin dia menganggap lo lebih ke perasaannya, dia hanya sekedar temen. Nggak lebih. Setidaknya, lo jangan berharap sesuatu yang menyakitkan! Batin Rara sembari menggelengkan kepalanya. Mencoba mengusir perasaan lebihnya pada Alvan.
Kaki gadis itu melangkah kembali menuju kelas. Menghilangkan sejenak perasaannya yang terlalu rumit untuk Alvan. Jujur saja, terkadang ia memang mengakui sedang merasa berbunga-bunga ketika bersama Alvan. Terkadang juga, ia merasa kesal sendiri ketika mengingat bahwa Alvan tidak menganggapnya lebih dari sosok temannya.
“Kok, kucir rambutnya terasa aneh?” tanya Rara lirih pada dirinya sendiri, ketika mulai merasakan sesuatu yang aneh pada kucir rambut yang diberikan Alvan. Rara menghentikan langkahnya.
Tangan gadis itu mulai meraba-raba kucir rambut itu. “ARGH! Alvan! Dasar, nggak ada romantisnya sama sekali! Masa’ seorang gadis kayak gue dikasih karet ikat sih! Emang, dikiranya gue nasi bungkus apa?!” kesal Rara dengan sendirinya. Bahkan, ia sempat menghentakkan kakinya beberapa kali.
Drrtt.. Rara merasakan getaran pada kantong seragamnya. Baru saja ia merasakan ponselnya yang bergetar, pertanda ada pesan masuk untuknya. Diambilnya ponsel dari saku dan membaca pesan yang tertera.
One message for you from Alvan: Potong atau kucir!
Pesan itu singkat, namun mampu membuat gadis itu tersenyum. Lagi-lagi, Alvan mengingatkankan Rara tentang hal itu. Bahkan, Rara berharap kejadian itu akan menjadi paragraf paling indah di novel sejarah hidupnya.
Rara menggelengkan kembali kepalanya kuat-kuat dan kembali berjalan. Menghapus senyum dan pikirannya yang berpikir tidak-tidak, seperti membayangkan sikap manis dari Alvan atau berharap akan dapat tertulis kembali cerita indah seperti itu dalam lembaran hidupnya. Rara mendenguskan napas kesal, berpikir mungkin saja Alvan mengirimkan pesan itu agar membuat Rara tenang dengan sikap kesalnya.
Mentang-mentang lo habis ngasih sikap romantis ke gue, bikin gue nggak sadar kalau yang lo kasih adalah ikat karet bungkus makanan, gitu?! Iiiihh, untung gue sayang. Eh. Batin Rara menolak senyumannya akan pesan yang dikirimkan Alvan.
BERSAMBUNG.
Hai, Guys.. bertemu lagi nih sama cerbung Jasmin!
Bimbang. Satu kata yang sekarang Author rasakan. Entah apa itu, hanya saja Author merasa.. bimbang saja.
Saran dan kritik, dipersilahkan ^_^
"Yeay! Kali ini akan menceritakan kisah gue!"-Rara.
"Membosankan."-Alvan.
"Oi! Dukung kek atau kasih semangat!"-Rara.
"Apa?"-Alvan.
"Dari sekian banyak cerita, kisah kita yang dipilih!"-Rara.
"Oh.."-Alvan.
"Iiihh.. sudahlah! Maaf ya, Author.."-Rara.
"Dih."-Alvan.
"Iya udah ngga apa-apa, Ra.."-Author.
"Gue sebagai tokoh utama gadis di cerita ini, mewakili cerbung Harapan untuk mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Author karena telah memilih cerita kita dan kepada para pembaca karena sudah stand by menunggu cerita dari Author."-Rara.
"Iya.. terima kasih juga karena sudah membuat Author bekerja keras melanjutkan cerita ini.."-Author.
"Eh, Al! Kasih ucapan makasih kek atau gimana!"-Rara.
"Hm.. iya, makasih."-Alvan.
"Yee.. baru di suruh baru mau, ngga ada inisiatif sama sekali!"-Rara.
"Penting ngucapin."-Alvan.
Author tersenyum. Kalau tokoh utamanya bukan Rara, mana mungkin Author akan memilih cerita dengan cowok berhati kutub utara seperti lo, Al.. dingin! Batin Author.
Do'akan kedepannya semakin baik ya cerbungnya, semoga menghibur cerbung kali ini! ^_^
Oh ya, mau tahu Authornya? Bisa kunjungi akun instagramnya kok! @minemine_19 atau @its.mineeee_19Kalian bisa berkomunikasi dengannya di sana! Dia menunggu direct kalian loh! ^_^
Atau, kirim pesan lewat emailnya:[email protected]
Salam Penulis,
Jasmine Sonia Failasufa
Muach :3
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ehhe. Rrr. Dinginnya
Ups! Trims ya buat suportnya ^_^
Bagus bangett jangan lupa dilanjutin awas loh kaka kalo dihapus lagi, dan jawab komen ku jangan pake "Trims support nya" Jangan pake kata kata itu lohh
Eh?
Lantas bagaimana?
Tunggu chapter selanjutnya, do'akan yang terbaik saja.. trims ya buat suportnya ^_^
kwkkwkwk
wkwk.. ujung2nya jadi pk kata "Trims ya buat supportnya". hihii.
Erere :) trims ya buat suport kalian ^_^
Cepat lanjut aku suka bangget cepat lanjut
Iya, trims ya buat suportnya! ♡
Hai mine❤️
Hai! >~<
Trims ya buat support nya♡
Eh? >~<
Trims juga buat suportnya! ♡