Ismawati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Suara Semesta (H-17)

Orang tua seringkali menuntut anak untuk menjadi yang terbaik, mendapat nilai sempurna, sampai masuk sekolah favorit. Tapi anak jarang diajarkan bagaimana menghadapi kegagalan, padahal dalam hidup, kita tidak akan terus berhasil.

Disini, kami ingin memberikan sedikit pandangan tentang akibat dari kesalahan dalam menanggapi kegagalan seorang anak.

Pukul sembilan lewat lima belas menit. Empat gadis berseragam putih biru tengah berkumpul dan mengobrol setelah mengerjakan tugas kelompok.

Awan : "Aku boleh cerita nggak sih?"

Lintang : "Kalau mau cerita tentang pacar anime-mu besok aja, Wan."

Awan : "Aku serius, Lintang."

Mereka berhenti tertawa begitu melihat wajah muram Awan. Gadis itu terlihat sedang banyak pikiran.

Mentari : "Kamu baik-baik aja, kan?"

Awan : (Menggeleng) "Nilai bahasa Indonesia ku jeblok. Ayahku marah. Padahal aku udah belajar."

Lintang : "Eh, jangan nangis. Nilai jelek wajar, yang nggak wajar ayahmu yang marah gara-gara nilai."

Mentari : "Lintang ih ngomongnya."

Bulan : "Nggak ada yang salah sama omongan Lintang. Bukannya aku nyalahin ayahmu, tapi kan kamu udah berusaha. Namanya usaha pasti ada yang berhasil, ada yang gagal."

Lintang : "Nah, maksud aku gitu. Bayangin deh, pelajaran kita segitu banyaknya. Masa kita harus pinter di semua bidang? Bisa gila aku."

Awan : "Aku beneran mau gila. Setiap mau ujian, aku ngerasa tertekan. Aku takut gagal. Aku takut orangtuaku marah."

Mentari : "Mereka nggak tau gimana usaha kita buat sempurna di semua pelajaran. Aku belajar bahasa Indonesia sampai tengah malam pun, yang nilainya bagus tetep matematika. Soalnya passion ku disana."

Awan : "Ayah sama ibu selalu bandingin aku sama anak tetangga yang ranking satu itu. Aku emang sebodoh itu ya?"

Bulan : "Setiap individu itu punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Lintang pinter bahasa Inggris, tapi dia nggak bisa bahasa Arab. Mentari pinter tuh matematika, tapi nilai seni budayanya ancur."

Mentari : "Bukan hancur ya. Cuma jelek aja."

Lintang : "Gagal di satu mapel nggak akan bikin planet ini hancur kok."

Seketika semua tertawa karna ucapan Lintang.

Membandingkan anak dengan anak lainnya hanya akan menurunkan tingkat kepercayaan diri seorang anak. Membuat mental sang anak perlahan rusak.

Orang-orang harus paham. Dari kelas ini, ada calon seniman yang tak perlu mengerti matematika. Ada calon pengusaha, yang tidak butuh pelajaran sejarah atau sastra. Ada calon musisi, yang nilai kimia-nya tak berarti. Ada calon olahragawan, yang lebih mementingkan fisik daripada fisika disekolah.

Anak-anak itu diciptakan untuk sesuatu yang lebih besar lagi dalam hidup ini.

Dan mohon, berhentilah berpikir bahwa hanya dokter dan insinyur yang bahagia di dunia ini.

Dan satu hal yang perlu diingat. Sekolah itu tujuannya menuntut ilmu, bukan menuntut nilai.

Sekolah itu selain mencerdaskan anak bangsa juga membentuk attitude & karakter siswa.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post