Ismawati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Mati Satu Tumbuh Seribu

Acha, Gadis kecil yang sedang mengadakan Pesta Ulang tahunnya yang ke 9 tahun.

Pesta diadakan sederhana, hanya dengan keluarga dan teman dekatnya yaitu Adel.

"Loh ini anak mama kenapa cemberut gini mukanya?" Ucap Dilla atau Mama Acha, bingung melihat wajah putrinya yang seharusnya ceria di hari ulang tahunnya malah menekuk wajahnya.

"Adel kok belum dateng yah ma? Apa Adel nggak mau dateng ke pesta ulang tahun Acha?" Tanya Acha dengan wajah memelas.

Benar saja, Mamanya dari tadi sibuk mengurus makanan hingga lupa bahwa teman dekat putrinya itu belum juga datang sampai sekarang, padahal acara sebentar lagi akan segera dimulai.

"Mungkin masih ada urusan sama keluarganya sayang, gaboleh sedih gini dong, yakin Adel pasti dateng, kan Adel temen deketnya Acha" Ucap Mamanya menenangkan kesedihan sang putri.

Acha sedih karena di hari ulang tahunnya kali ini, ia ingin merayakan dengan orang-orang yang ia sayangi. Karna tahun-tahun lalu ia hanya merayakan dengan Kedua Orang tuanya saja.

TOK TOK TOK

"Itu pasti Adel Mamah!" Kata Acha kegirangan dan langsung berlari membukakan pintu.

Setelah membuka pintu, nampak Adel menunjukkan senyum manisnya sambil mengulurkan kotak kado kearah Acha.

"Ini buat Acha, maaf aku telat datengnya" kata Adel.

Acha menganggukkan kepalanya.

"Makasi Adel, Ayok masuk, kita potong kue" Acha menggandeng pergelangan tangan Adel.

Adel melepaskan pegangan tangan Acha dengan pelan. "Aku nggak bisa" ucapnya.

"Kenapa?" Tanya Acha sedih.

"Aku mau pindah sama Ayah Bunda aku" Jawab Adel.

Acha membulatkan kedua matanya. "Pindah kemana?" tanya Acha heboh.

"Aku ikut Ayah sama Bunda mau pergi, katanya jauh" ujar Adel.

"Tapi besok Adel pulang kan?" Tanya Acha lagi.

Adel menggelengkan kepalanya. "Enggak Cha, aku mau pindah lamaaaa. Kata Bunda nggak balik kesini lagi"

Kedua mata Acha langsung berkaca-kaca, "Kamu mau tinggalin Acha? Acha ada salah sama Adel?" Acha menggenggam pergelangan tangan Adel erat.

"Kamu nggak ada salah, aku cuma mau ikut Bunda sama Ayah"

Air mata yang sedari tadi Acha tahan, akhirnya runtuh juga.

"Aku pergi dulu yaa, semoga suatu saat kita bisa ketemu lagi. Selamat Ulang tahun, Acha. Semoga apa yang kamu mau bisa dikabulin sama Tuhan" ucap Adel tulus.

"Kalo aku mau Adel disini terus gimana?" tanya Luna masih dengan air mata yang semakin deras.

"Kalo itu aku nggak bisa. Aku harus pergi yaa Cha Makasih udah jadi temen terbaiknya Adel. Semoga nanti Tuhan kasih izin kita buat ketemu lagi. Titip salam buat Mama Papa kamu yaa Assalamu'alaikum" ujar Adel sambil menghapus air mata dikedua pipi Acha.

Acha masih meneteskan air mata dan menatap punggung Adel yang semakin menjauh.

"Loh kamu kenapa?" Tanya Mamanya panik.

Akhirnya Acha menceritakan semuanya pada Sang Mama sambil sesegukan.

"Acha, Acha ma-mau ke rumah Adel, Mama" Ucapnya dan langsung berlari ke halamam rumah.

"ACHAA" Teriak Mamanya sambil mengejar sang putri.

Mamanya bertambah panik, saat melihat gerbang rumahnya sudah terbuka.

"ACHA MAU KEJAR ADEL, MAMA"

"ACHA JANGAN NYEBRANG JALAN! "

TIN TIN

BRAKKKK!!!

"ACHAAAAA"

"MAMAAAAA"

Acha dan Mamanya tertabrak mobil dan langsung dilarikan ke Rumah sakit.

Kondisi Acha baik-baik saja, hanya mengalami luka ringan dan tangannya cedera.

Kini Acha ditemani Sang Nenek di ruangannya.

"Mama gimana, Nenek?" Tanya Acha.

"Mama ditungguin Papa" Balas Desi, Neneknya.

"Acha mau liat Mama" rengeknya.

"Nanti yaah, Acha kan masih sakit"

Bahkan Desi pun belum tau keadaan Menantunya sampai sekarang. Walau ia sangat khawatir karena Menantunya itu tengah mengandung cucu ke dua nya, dan usia janin masih sangat rentan keguguran.

"Acha mau liat Mamaa" rengeknya kekeuh.

Akhirnya Desi kewalahan menangani Acha yang terus saja menangis minta bertemu Mamanya, ia langsung menggendong Acha dan pergi ke ruangan dimana Menantunya dirawat.

Sesampainya mereka didepan ruang rawat Dilla, pemandangan pertama yang dilihatnya adalah Dimas atau Papa Acha yang berjongkok di samping pintu serta Farhan—Kakek Acha yang menunduk.

"Papaaa" panggil Acha.

Papanya mendongakkan kepalanya, ia menatap putrinya datar.

"Mama masi sakit? Mama masih tidur ya??" Tanya Acha.

"Adik kamu udah nggak ada" Ucap Papanya datar.

"Dilla keguguran?" Tanya Desi panik.

"Iya Bun" balas Dimas pelan.

"Keguguran itu apa, Nenek?" Tanya Acha.

"Adiknya Acha udah nggak ada" balas Desi dengan mata berkaca-kaca.

"Adik nggak jadi temuin Acha? Adik nggak jadi main sama Acha?" Tanya Acha yang sudah mulai menangis.

"Iya, Allah lebih sayang sama adik" jawab Desi.

"Kenapa Allah ambil adiknya Acha? Adel udah pergii, sekarang adiknya Acha juga pergiii" Lirihnya sambil menangis.

"Itu semua karena kamu lebih mentingin Adel daripada dengerin omongan Mama kamu!" Bentak Dimas membuat Acha terlonjak.

"DIMM!" Tegur Desi.

"Maafin Acha, Papaa" Tangis Acha semakin keras.

"Ini semua takdir Vel, hanya saja mungkin jalannya dari Acha. Kamu nggak boleh marahin anak kamu kaya gini, mungkin kamu sama Dilla belum dikasih anak kedua sama Allah, itu artinya, kamu masih perlu urus anak pertama kamu, kamu sayangi dia, jangan dibentak-bentak, karena itu juga titipan dari Allah" ujar Farhan menasehati.

"Bunda tau kamu kehilangan calon anak kedua kamu, tapi caramu ngelampiasin semuanya, nggak dengan marahin Acha. Acha masih kecil, kehilangan Adel yang termasuk salah satu teman baiknya, pasti buat dia sedih, ditambah dengan tangannya cidera. Terus, kamu nyalahin Acha, bentak-bentak Acha, seolah Acha yang paling salah dalam kejadian ini" Ucap Desi tegas.

"Maaf Bun, tadi Dimas kebawa emosi pas Acha masih sempet-sempetnya bilang kehilangan Adel" Kata Dimas lirih dan menyesal.

"Itu pasti Dim, kamu tau sendiri gimana deketnya Acha sama Adel" balas Desi.

"Bukan berarti Bunda belain Acha dan Bunda nggak sayang sama kamu. Bunda juga kehilangan calon cucu kedua Bunda, tapi Bunda coba ikhlasin. Bunda nggak mau kehilangan cucu kedua Bunda, dan ngelampiasin semuanya ke cucu pertama Bunda. Kamu juga harus gitu, Kamu nggak boleh marahin Acha, Kamu harus rawat dia, karena dia yang udah bikin kamu bahagia selama ini" Ucap Bundanya sambil meneteskan air mata.

"Acha minta ma-maaf... Acha yang salah--karena nggak dengerin Ma-Ma te-teriak-teriak" Ucap Acha sesenggukan.

Cklek

Pintu ruangan Dilla dibuka, dan keluarlah Dokter perempuan.

"Gimana keadaan anak saya, Dok?" Tanya Desi.

Dokter tersebut tersenyum, "Ibu Dilla sudah sadar, dan sudah selesai dibersihkan. Silahkan boleh dijenguk" ujarnya.

"Terimakasih Dokter"

"Sama-sama, jika tidak ada yang ditanyakan lagi, saya permisi" kata Dokter tersebut.

Setelah semuanya masuk ke ruang rawat Dilla, Acha dipangku Dimas(Papanya) duduk disebelah ranjang Dilla.

"Kenapa Papa mau pangku Acha? Papa udah nggak marah sama Acha? Papa nggak mau bentakin Acha lagi?" Tanya Acha yang masih bingung dengan perubahan sikap Papanya.

"Papa udah nggak marah. Papa minta maaf yaa karena tadi udah bentakin Acha" ucap Dimas sambil mengusap-usap pipi bulat putrinya.

"Iya. Acha maafin, Papa juga harus maafin Acha" Ujarnya.

"Mama sedih yah, adik udah nggak ada?" Tanyanya pada sang Mama dengan menunjukkan deretan giginya yang rapi.

Dilla menunjukkan senyum manisnya, "Adik udah sama Allah di surga. Mama nggak boleh sedih, biar adik juga nggak sedih".

" Acha boleh sedih?" Tanya Acha.

"Acha sedih kenapa?"

Acha menundukkan kepalanya.

"Hari ini Acha Ulang tahun, hari ini umurnya 9 tahun. Tapi hari ini Acha kehilangan banyak. Acha kehilangan Adel, Acha kehingan adik, Acha juga kehilangan tangan Acha yang bisa gerak-gerak seperti dulu" lirihnya.

Dimas memeluk putrinya dari belakang. "Tapi Acha nggak akan pernah kehilangan Mama sama Papa. Masih banyak yang sayang sama Acha, ada Kakek ada Nenek, masih ada temen-temen sekelasnya Acha juga" ujar Dimas.

Dilla menganggukkan kepalanya, "Mati satu tumbuh seribu. Hari ini Acha kehilangan banyak, tapi hari ini Acha juga dapet pengalaman dan pelajaran yang nggak kalah banyak".

" Iya Mama. Kata Bu Dokter tadi, Acha harus sabar dan ikhlasin semuanya. Biar Adik sama Adel nggak pada sedih" ujar Acha.

"Tuh kannn, berarti Acha nggak boleh se--"

"--DIH" sambung Acha sambil tersenyum.

Dan diikuti senyum semua orang yang ada disitu.

Selesai.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post